Bismillaahirrahmaanirrahiim

Aloha Guys! Ramadhan Mubarak!
Ramadhan 1434 Hijriyah sudah di depan mata!

Untuk dan hanya untuk karena itu, disampaikan kepadamu, para pembaca setia blog Kemilau Cahaya Emas, bahwa tidak akan ada update postingan untuk satu bulan ke depan. You-know-why. Ehem, jadi aku mohon pamit, pengen lenyap sejenak!

Ayo, berlomba-lomba dalam kebaikan, jadilah Finalis Ramadhan!

Ramadhan 1434 Hijriyah


Diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Huzaimah, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

Pada malam pertama bulan Ramadhan, syetan-syetan dan jin-jin pembangkang dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup dan tidak ada satupun pintunya yang dibuka. Pintu-pintu syurga dibuka dan tidak ada satupun pintunya yang ditutup. Dan penyeru berseru, 'Hai pencari kebaikan, datanglah dan hai pencari keburukan berhentilah. Allah mempunyai orang-orang yang terbebas dari neraka, dan itu terjadi pada setiap malam.'

(Dinyatakan hasan oleh Al-Albany dalam shahih Al-Jami’, nomor 759)


Makassar, Ramadhan Tiba, Waktunya Hibernasi!
1 Ramadhan 1434 Hijriyah jatuh pada hari Rabu, 10 Juli 2013 Miladiyah.
Sesuai keputusan pemerintah melalui sidang itsbat di kantor kementerian agama RI.

View Post
Bismillaahirrahmaanirrahiim

Suatu siang, tanpa diduga, pikiranku tidak membiarkan kerongkonganku menelan makanan. Sekeras apapun aku mencoba untuk menggugah selera, sesuap nasi itu tidak jua bisa kunikmati. Kalut. Sedari tadi, aku hanya memainkan sendok yang bertengger manis di piringku. Sebenarnya aku niat makan nggak sih?

"Ada apa?" celetuk Kak Hera tiba-tiba.

Aku menatap ke sumber suara, kakunya wajahku terpaksa dipermak menjadi cerah. Kaget, aku bahkan tidak merasakan kehadiran kak Hera di meja makan.

Dengan lahap, kak Hera memakan santap siangnya. Selera super. Subhanallah, padahal dulu-dulu, sebelum menikah, dia nggak pernah tuh makan sekenceng itu. Sumpah, berat badannya pun nggak jauh-jauh dari kisaran 45 kg. Tapi coba lihat dirinya kini? Berat badan kami setara, euy! Bahkan aku ragu, mungkin aku lebih kurus darinya.

Malam Sebelum Akad Nikah - 22 Desember 2012

"Kak Hera..." aku membuka pembicaraan. Senyum simpul menghias bibirku, "Bagaimana rasanya setelah menikah? Apa ada yang berubah?"

Kak Hera menghentikan makannya. Dia mengedipkan mata lalu berkata, "Banyak!"

Wow! Aku terperangah mendengar jawabannya. Tidak kusangka, dia akan menjawab seceria itu. Perlahan tapi pasti, aku pun mulai terhisap dalam dimensi yang diciptakannya.

"Tahu nggak, May? Psikologis perempuan dan laki-laki itu bertolak belakang. Sebelum menikah, perempuan akan merasakan kecemasan yang bertubi-tubi, sedangkan laki-laki tidak pernah berpikir ke sana, mereka tipe yang easy going dan tenang. Nah pasca menikah, keadaannya berbalik."

"Cemas dalam artian apa?" tanyaku.

"Oh, come on Maya. You must be afraid of being alone forever. Kayak punya pikiran, aku bakal menikah nggak ya? Atau semacam, jodohku siapa sih? Bahkan sampai bilang, emang ada ya yang suka sama aku? Itulah cemas yang dimaksud. Paham nggak?"

Aku mengangguk. Sou, desu yo. Kadang-kadang bahkan sering kali, aku memikirkan hal-hal demikian. Ternyata faktor psikis toh. Hey hey, aku juga perempuan. Jadi tentu saja, aku tidak termasuk dalam pengecualian kecemasan.

"Pasca menikah, hati lebih tenang. Alhamdulillah. Aneh tapi fakta, aku sudah tidak peduli lagi dengan carut-marut di sekelilingku. Misal, ada berita-berita miring di rumah sakit atau kusutnya penelitian di mikrobiologi bahkan status-status gosip yang membahana di bbm atau facebook, I don't feel it anymore."

"Ya, iya. Kak Hera kan sudah punya dunia sendiri. Berasa dunia milik berdua kan?"

Kak Hera tersenyum dengan sangat manis. Asli. Ah, kakak perempuanku itu, benar-benar membuatku terinspirasi. Di antara The Zain Princess, dialah top of the top. Wajahnya cantik, otaknya brilian, akhlaknya santun dan kini sudah menyempurnakan separuh dien-nya.

Maasyaa Allaah, aku sangat-sangat bersyukur dijatuhkan di dunia teknik. Sehingga aku bisa melangkah tanpa dibanding-bandingkan dengannya, meraih jalanku dengan caraku sendiri. Begitu pula dengan Ulfa, adik perempuanku. Sungguh, memiliki dua orang kakak seperti kami, pasti akan sangat menekan alam bawah sadarnya.

"Bukan hanya itu, Maya. Pasca menikah, aura keibuan akan spontanitas muncul. Sekekanakan apapun seseorang, ketika telah menikah, dia akan tampak dewasa. Sikapnya sudah tidak meragu lagi, tidak akan segan-segan lagi dan yang terpenting, mampu mengungkapkan pendapatnya dengan bijak."

Aku melirik makananku, cepat-cepat kusendokkan sesuap nasi ke dalam mulutku. Tiba-tiba saja aku merasa harus makan. Mungkinkah aku sudah terprovokasi?

"Maya..." kak Hera merendahkan suaranya. Dia menatapku penuh kasih, "Sekarang giliranmu, May. Temukan pilihanmu sendiri. Sebenarnya lanjut sekolah ke Jepang, bukan ide yang benar-benar buruk. Yakin deh, tidak peduli seberapa jauh kamu akan pergi, kalau memang sudah takdir, kamu pasti akan menemukan jodohmu."

Aku tertawa. Luar biasa terima kasih kak Hera. Setidaknya beberapa beban yang ada di pundakku seakan terangkat. Lepas, diterbangkan asa dan semangatmu pasca menikah. Tabaarakallahu Ta'ala.

"Eh, May! Tertarik nggak, hidup didampingi oleh seorang dokter? Dia baik loh. Alim pula. Mirip-mirip Maya. Mau kukenalkan? Ah, tapi Maya kenal kok orangnya."

Hatiku tergelitik. Aku bertanya, "Siapa?"



Makassar, teruntuk putri pertama keluarga Zain.
Tanggal 04 Juli 2013 Miladiyah / 25 sya'ban 1434 Hijriyah.
Sepertinya aku mengerti, mengapa seseorang bisa gemuk pasca menikah.

View Post