Bismillaahirrahmaanirahiim

Senja yang sepi membersamai kepulanganku dari kampus. Tertatih, aku melangkahkan kaki ke dalam rumah. Yaa Allah, sungguh lelah sangat. Pengurusan seminar hasil penelitian tesis bener-bener bikin rambut tambah rontok. Hiks.

"Maa-yaa~" suara panggilan dari mama terdengar begitu menggelitik.

Cerah. Aku melihat bening yang bersinar di wajah mama. Ada apa ini? Tiba-tiba saja aku merasakan firasat aneh. Burukkah? Ee, tunggu sebentar. Perlahan tapi pasti, aku merasakan perubahan aura yang manis. Emm... rasanya tuh semisal kamu memiliki rahasia dan ingin sekali berbagi tetapi informasi yang kamu beritahukan hanya sedikit. Syalalala, super misterius!

Aku berbalik ke sebelah kiri, di sana tampak kak Hera yang mengangkat alis, gregetan. Di sampingnya, kak Indra terlihat cukup berusaha menahan senyum. Wah, aku benar-benar tampak sebagai satu-satunya makhluk yang berpikir keras di ruangan ini.

"Tadi pagi, Mama melihat Maya di wajah seseorang," tutur mama membuka pembicaraan.

Wh-what?! 

Sontak, lidahku kelu. Kaget. Tak sepatah kata pun mampu terucap. Yaa Rabbi, apa mama melihat doppleganger (double walker, germany red) yang ditakhayuli sebagai kembaran diri sendiri di muka bumi?

Ee, loh! Tunggu, kok aku mikirnya kacau begini? Mama kan tadi bilangnya melihat wajahku. Ya, melihat pinang dibelah duaku, bukan melihat bayangan diri. Er-rr, berarti... jangan-jangan maksudnya...?

apple in love
Mama melihat Maya di wajah seseorang - Apple in Love - Original picture was here

"Ketika dia tersenyum, subhanallah, miriiip sekali sama Maya. Rasanya tiba-tiba jatuh terpana, bagai mendapati anak kandung yang tidak keluar dari rahim sendiri. Yaa Allah, Mama kepengen segera mempertemukan Maya dengan dia," aku mama tanpa basa-basi.

Hah?!

Tanpa menunggu reaksiku lebih lanjut, mama kembali berujar, "Walau baru pertama kali ketemu, mama langsung tahu. Dia laki-laki sholeh yang baik, akhlaknya pun bagus. Masya Allah, kenapa Maya tidak pernah bilang kalau selama ini dimentori oleh sosok sekeren itu?"

Aku menganga. Terperanjat lebih dalam. Deru napasku mendadak saling berkejaran. Belum lagi, jantungku memompa darah dengan begitu tidak sabar. Astaghfirullaha wa atuubu ilaihi. Nyaliku menciut. Gila, aku seperti narapidana yang tengah divonis hukuman mati!

Kucoba menata sepatah kalimat, "Mama, dia... emm... dia..."

"Dia laki-laki yang santun dan dewasa. Cocok untuk Maya. Di dalam hati kecil, Bapak selalu menerka-nerka, bisa jadi dia memiliki rasa untuk Maya. Wacana ini tak pernah terlontar, hingga pagi tadi mama turut menemani Bapak ke kantornya, dan akhirnya bertemu dengan dia," Bapak tersenyum, turut angkat bicara.

Ugh. Yaa Allah, tolong aku. Sesak. Aku nggak tahu mau ngomong apa!

Mama segera memelukku, lalu berbisik, "Apa Mama boleh mengundangnya ke rumah? Maya harus bertemu dengannya."

Aku balas berbisik, "Aku pernah bertemu dengannya, Ma."

"Benar? Kapan?"

"Iya. Tahun lalu, ketika pertama kali aku dan Bapak mengikuti training cash management perusahaan. Alhamdulillah, aku akhirnya bisa menangani pembukuan online dengan lancar berkat diajari langsung oleh ahlinya, dia."

"Lalu kapan pertemuan kedua akan terjadi?" ungkap mama tak sabaran.

Aku bergeming.

Alih-alih meminta dukungan dari Kak Hera agar posisiku tidak terlalu tertekan, aku malah memilih bungkam. Soalnya kak Hera melempar senyum menggoda, sih. Haduuh, benar-benar menggalaukan. Ups, sampai lupa! Aku kan masih punya kartu as!

"Mama, bolehkah aku menyelesaikan tesis dulu? Insyaa Allah usai sidang tertutup memperoleh gelar magister teknik, aku akan memikirkannya dengan lebih serius."

"Janji?" mama menepuk kepalaku.

Lagi, aku bergeming.

Aku sangat mengerti, beberapa tahun lagi, usiaku sudah mencapai seperempat abad. Aku sangat mengerti, bapak begitu ingin melihatku berbahagia dengan sesegera mungkin menggenapkan separuh dien. Aku sangat mengerti, mama pun tidak akan mengizinkanku kuliah Ph.D kecuali statusku telah berubah dari single menjadi double. Aku sangat mengerti, mama dan bapak bermaksud memberikan kebaikan pernikahan atas diriku.

At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Jika ada orang yang kalian ridhoi agama dan akhlaknya meminang putri kalian, maka nikahkanlah ia (dengan putrimu). Jika kalian tidak melakukannya, maka fitnah di bumi dan kerusakan yang besar akan terjadi."

Aku sangat mengerti. Tapi entah kenapa, dadaku tetap saja merasa sesak. Napasku masih saja tercekat, bak berada di dalam air dan tengah mencoba menggapai-gapai oksigen. Yaa Allah Yaa Rabb, kok aku pengen banget nangis ya? Ah, tidak, tidak.

Aku menguatkan hati, lantas mengangguk, "Janji. Insyaa Allah."



Makassar, dalam balutan-balutan masa depan.
Ya, Aku sangat mengerti. Insyaa Allah. Insyaa Allah.
21 Maret 2013 Miladiyah / 27 Rabiul Akhir 1433 Hijriyah.


View Post
Bismillaahirrahmaanirrahiim

Seseorang pernah berkata padaku, karena cinta kamu akan membiarkan seseorang salah paham padamu. Seberapa besar pun kekacauan pikiran yang terjadi, kamu akan bertahan dengan kondisi tersebut. Tak ada maksud berbohong apalagi menyakiti tapi kamu tak jua bisa menjelaskan apa yang terjadi. Karena menurutmu itu adalah cara terbaik untuk membuat orang yang kamu cintai tidak menderita lebih dalam.

***

Tak kusangka ini kali kedua aku mengalami ruam rasa seperti ini. Sigh, benar-benar menyesakkan dada lagi menguras air mata. Parah, pikiranku buntu. Belum lagi, jari-jemari yang kaku, tidak mampu menyampaikan maksud hati dengan benar. Jadilah sebuah benang kusut yang ruwet dari invensi pemikiran yang ditunggangi emosi labil.

Perih. Distorsi. Ilusi.

Yaa Allah Yaa Rabbi... aku sangat sadar, aku ini begitu beruntung, bak mendapat cahaya di atas cahaya. Skenario langit yang paling kusukai; dicintai utuh, menyeluruh dan sepenuh hati. Ya benar, aku memiliki orang yang sangat mencintaiku karena-Mu. Kehadirannya mengingatkanku pada cahaya-Mu. Membuatku mampu mengisi hari dengan memperbaiki diri dan mengingat mati. Subhanallah, itulah guna seorang saudari.

Anehnya, kadang aku merasa seperti memakan buah si malakama. Maksudku, kadang aku merasa seperti menghadapi keadaan yang serba salah. Keadaan itu muncul ketika kurasakan ukuran cinta yang diberikan padaku terlalu besar -overload- melebihi batas kapasitasku sebagai si penerima cinta.

kemilau cahaya cinta

Well for your information, jauh di lubuk hati, aku tahu, aku mengerti, aku memaknai haditsnya. Tersebutlah dalam periwayatan Imam Bukhari, Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam bersabda, “Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.”

Aku sadar, kesempurnaan iman seseorang teruji oleh ikatan hati yang berurat akar. Istilah kerennya, ukhuwah islamiyah, ikatan persaudaraan karena Allah Subhanahu wa Ta'ala. Maka tidak jarang, banyak hati yang begitu berlomba-lomba memuliakan saudarinya.

Nah di sinilah malakama muncul; ketika cinta tidak memenuhi syarat kesetimbangan. Maksudnya prasyarat? Iya sih, tidak ada prasyarat atau kualifikasi tertentu dalam menilai sebuah ukhuwah islamiyah, tapi beneran deh, gampang banget buat menyadari kalau ternyata cintanya berat sebelah. Umm... kondisi dimana kamu menerima terlalu banyak, sedang pemberianmu tidak ada apa-apanya.

Faktanya, bagaimanapun dekatnya ukhuwah itu, akan selalu ada hal-hal yang masih tetap tersembunyi. Ada hal-hal yang tetap tidak bisa kamu ceritakan padanya. Ada hal-hal yang kamu ingin dia mengerti sendiri, tanpa kamu harus menjelaskannya. Ada hal-hal yang kamu rela dia salah paham padamu, mengumumkan rasa kecewanya padamu, bahkan tidak mengapa bila dia sampai membencimu.

Karena menurutmu itu adalah cara terbaik untuk membuatnya tidak menderita lebih dalam. Karena menurutmu itu adalah cara terbaik untuk menyatakan cintamu padanya. Bodoh nian si pola pikir, maksud hati hendak mencintai, apa daya tangan melukai.

Ironis ya, secara harfiah, pengennya sih orang yang paling dekat denganmu alias paling mencintaimu adalah orang yang paling mengerti dirimu. Sayangnya, fakta di lapangan mengikrarkan bahwa orang yang paling dekat denganmu adalah orang yang paling mudah menyakitimu. Toh buktinya, hanya semudah membalikkan telapak tangan untuk berlaku gamblang di hadapan saudari sendiri ketimbang di hadapan orang asing.

Jujur saja, aku masih gagu dari ujian Allah yang satu ini. Di episode kehidupan yang lalu, aku telah mengalami guratan rasa yang menyedihkan itu dan (kupikir) aku telah menyelesaikannya dengan baik. Nyatanya, saat ini aku mengalaminya lagi. Lagi! Yaa Allah... ini sungguhan, aku remedial. Hiks, aku belum lulus.

Yaa Allah... maka nikmat Tuhanku yang manalagi yang aku dustakan? Astaghfirullah, ampuni segala kekacauan hati hamba, Wahai Rabb Yang Maha Membolak-Balikkan Hati.

Aku tidak bisa berjanji akan mendapatkan nilai bagus kali ini. Aku juga tidak bisa berakad akan mengurai benang kusut yang memusingkan ini. Namun hey, kabar baiknya adalah aku bisa memberikan satu hal; aku akan siap siaga untuk tetap tersenyum pada dunia.


Makassar, Ukhtayya, ana uhibbukifillah...
Untuk dan hanya untuk saudariku yang selalu tersudutkan
Tertanggal 28 Agustus 2013 Miladiyah / 21 Syawal 1434 Hijriyah

View Post
Bismillaahirrahmaanirrahiim 

Aku tidak tahu harus memulai bercerita darimana. Emm... anggap saja, ini suatu hal yang tiba-tiba, walau jujur kedatangannya tidak pernah terasa terlalu tiba-tiba.

Suatu malam, ketika aku selesai memperbaharui postingan Who-I-am yang memang hasil revisinya agak-agak brutal [baca: heboh, kepedean dan norak] hehehe yaa gitu deh  (•ˆ⌣ˆ•)/  nah, aku jadi teringat seseorang!

Seseorang yang memanggilku barbie bodoh yang mengejutkan.

Dia itu ... gimana ya mengatakannya? Sosok yang benar-benar mau dibilang keren nggak ketulungan. Romantis parah. Bodoh kuadrat. Sok kuat. Sok bisa. Jingga yang sama sekali nggak oranye. Si tukang kabur. Dan dan dan setiap aku melihat daun yang berguguran, aku selalu merindukannya. Selalu. Si pocahontas payah yang menyebalkan.

Tiba-tiba dia bertanya dalam sebuah sms, "Kamu mengantuk? Sudah mau tidur?"
Serta-merta aku menjawab enggak, menanggapi pertanyaan pertamanya. Begitupun untuk pertanyaan keduanya, "Enggak."

"Aku coba tulis sesuatu dulu ya di email. Kalo jaringan bagus sih," janjinya.
"Oke," jawabku cepat, semoga membuatnya berpikir bahwa aku menunggunya.

Lalu aku tertidur. Hening. Aku terlelap dalam buaian mimpi. Hahaha, aku tahu, aku sedikit usil ya padanya? Atau terbilang kejam? But, hey! Jangan menyalahkanku, dong. Waktu sudah menunjukkan pukul 23:07 WITA. Mataku benar-benar nggak bisa kompromi.

Gulita pun mengalir dan tibalah masa di penghujung sepertiga malam. Aku terbangun. Nikmat. Setelah menunaikan kebutuhanku terhadap Sang Pencipta, hal pertama yang kulakukan adalah membuka email. Aku ragu-ragu, apa dia sudah menuliskannya?

Wah, ternyata benar, sudah.

daun-daun yang berguguran

Hey, barbie bodoh yang mengejutkan.
Kenapa ingin dipanggil bodoh sih?
Kau itu kan tidak bodoh, hanya saja aku malas mengakuinya.

Hahaha! Kalimat pembuka yang super sekali. Sukses membuat gigi-gigiku bergemeletuk karena menahan tawa. Dasar tukang bikin greget! Seseorang tolong pahamkan aku, "hanya saja aku malas mengakuinya" itu maksudnya apa sih? Aku pintar, gitu? Whohoho!

Barusan kau tanya kenapa aku belum tidur.
Aku tidak bisa mengakui aku sedang menulis ini untukmu. Nanti kamu menunggu. Menunggu bisa membuat sesak. Dan kamu harus selalu bahagia. Harus.

Well, maaf. Aku tertidur. Dari kalimatmu, bisa kusimpulkan bahwa menunggu bisa membuatku tidak bahagia. Benarkah? Ah, itu hoax! Percayalah, aku memang orang paling tidak sabaran sedunia, tapi faktanya, hal-hal keren selalu menghampiriku jika pada akhirnya aku menunggu. Tahu kenapa? Karena semua hal butuh proses.

Kamu tidak rindu kupanggil putri cahaya? Apa karena semua orang memanggilmu begitu sekarang? Memangnya siapa sih orang yang mulai memanggilmu cahayaku? Atau kamu lebih suka kupanggil kak maya saja? Atau kau-kau yang seperti biasanya? Kau-kau itu spesial loh. Mana ada coba junior yang berani sebodoh itu?

Rindu nggak ya? Emm... mungkin tidak terlalu. Aku lebih rindu dengan panggilan barbie, sih. Memangnya dirimu ya yang merintis nama Putri Cahaya untukku? Benarkah? Tapi sepertinya sih begitu. Separuh ingatanku membenarkannya walau separuh yang lain meniadakannya. Hahaha, kak Maya! Sapaan itu bahkan tidak pernah terdengar dari mulutmu. Aish, sok spesial lagi. Kalau ngaku sebagai junior, anggap aku sebagai senior dong!

Yang pasti aku tidak mau memanggilmu cinderella. Itu panggilan dari orang paling spesial kan? Jadi biarkan saja yang spesial itu tetap utuh ke-spesial-an-nya. Selain karena aku tak pernah melihatmu memakai sepatu kaca sih.

Yup. Tapi sepertinya dia bukan tipe orang yang akan memanggilku cinderella, deh. Walau faktanya dialah sang pangeran yang telah menemukan sepatu kacaku Insyaa Allah. 

Ada banyak hal harus kuurus.
Aku mungkin akan menjadi lebih sibuk dari sebelumnya.

Kayaknya kamu memang selalu sibuk, deh. Serius. Kapanpun.

Ada banyak setengah hal yang tak kuceritakan. Tapi bukan berarti aku tidak percaya padamu. Mungkin sekedar bukan porsimu untuk tahu. Atau memang tidak begitu penting untuk kamu tahu. Tapi berhentilah meragukanku. Itu menyakitkan.

Bukan porsiku untuk tahu tuh maksudnya apa sih? Rasa-rasanya aku selalu menjadi orang yang paling akhir tahu. Aku selalu berusaha memercayaimu tapi Yaa Allaah... please deh, aku nggak pernah tahu kapan kamu benar-benar merasa kesakitan.

Aku selalu ingin menulis selama aku masih bisa melihat tanpa merasa sakit.
Tapi langit selalu punya skenarionya sendiri.
Aku sedang berjuang beberapa bulan ini.
Tapi seperti yang kamu bilang aku ini payah.

Kok auranya mendadak sedih gini sih?

Aku suka menulis, memotret, ke sawah, mandi selama 2 jam, menangkap serangga, melihat bintang, nasi goreng, donat, semua cake buatannya dian, cappucinno, gadget, main, barang-barang mahal, belanja, tidur, basket, meditasi, main ayunan, air kelapa muda, panen hasil kebun di desa, agak hiperaktif (bahasa yang sulit), ditraktir, sepatu olahraga yang cool, liat orang breakdance, travelling, main gitar di kamar, jam tangan, sherlock holmes, komik, jazz, kpop, one piece, cars movie, kungfu panda, dan banyak lagi.

Kamu tahu tidak? Ini part yang paling kusukai dari emailmu. I love to read it. Ketika kau bercerita tentang hal-hal yang kamu sukai, tentang kebiasan-kebiasaan abnormalmu dan yang terpenting tentang dirimu. Tentang kamu.

Tapi yang paling penting aku suka senyummu.
Karena kamu bisa membuat dunia ikut bahagia bersamamu.

Lalu di akhir, kalimatmu selalu menggantung padaku. Seperti ini.

Dan bagiku itu cukup.
Aku lebih rela dengan itu dibandingkan mendapatkan semua hal gila yang aku suka.

Atau seperti ini.

Maka bahagialah untukku, meski bukan bersamaku.

Ya, seperti ini. Hangat.

Aku mengantuk.
Pocahontas, Keren, Menyenangkan

Terima kasih untuk email di sela-sela kantukmu. Ya baiklah, aku mengakuimu, Pocahontas keren yang menyenangkan. Suka mendengarnya? I hope so. Soalnya aku juga suka.


Ehem... ini pertama kalinya aku menjawab emailmu melalui blog kan? Dulu-dulu, aku pasti hanya nge-posting emailmu di Kemilau Cahaya Emas dan membiarkan kamu tahu bahwa aku membacanya. Atau kadang, aku membalasnya di kotak komentar. Nah sering banget sih kalau cuma lewat sms. Tapi di blog?

Hey, ini sungguh pertama kalinya.
Very berry strawberry spesial untukmu.
Awas, kalau ini tidak membuatmu senang!


Makassar, a letter with truly love, fully hug and brightly kiss
19 Agustus 2013 Miladiyah / 12 Syawal 1434 Hijriyah
Si barbie bodoh yang mengejutkan untukmu.


View Post
Bismillaahirrahmaanirrahiim

Diriwayatkan dari Abu Ayyub Al Anshari radiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam pernah bersabda: "Barangsiapa berpuasa Ramadhan, lalu disusul dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) bagaikan puasa setahun penuh." (HR. Muslim)


Pagi itu, selepas melaksanakan shalat I'ed, kami berbondong-bondong ke rumahnya Dato' Ummi a.k.a panggilan untuk nenek dari pihak bapak. Sesampainya di sana, belum apa-apa, Rahmat sudah grasak-grusuk. Tujuannya yaa cuma satu: pengen cepat makan! Hahaha.

Yes, totally he gets what he wants!

Rahmat memasukkan potongan burasa ke dalam mulutnya dengan lahap. Tak lupa kuah pallu basa yang disendoknya sedetik kemudian. Alhamdulillah, nyamanna tawwa bela ^^ Di sisi kiri Rahmat, Ulfa pun tak kalah lahap memakan ketupat dan sambal goreng dagingnya.

Daging!!

Wah wah, dua anak itu, kayaknya udah migrasi ke dimensi yang berbeda, deh! Fufufu~ Habisnya, pas tengok ke sisi lain, suasananya masih kalem. Ho oh, dengan adem ayem, Kak Hera masih menyiapkan makanan untuk Kak Indra, suaminya yang duduk tepat di sampingnya. Sedang Yudi, sepertinya masih bingung mau mengambil lauk apa, sedari tadi dia hanya bertengger di tepi meja makan.

Nah, aku sendiri? Fiuuh, masih sok sibuk dengan handphone. Tak lama, senyum sumringah muncul di bibirku selepas membaca kabar melalui pesan praktis bbm. Merasa cukup, lantas aku mengembalikan handphone tersebut kepada Rahmat, si empunya blackberry.

Tiba-tiba Rahmat berteriak, "Alhamdulillah puasa usai, sudah bisa makan lagi!!"

Ee! Sontak aku kaget dan mendaratkan bogem mentah ke pundaknya. Dia meringis, mengundang tawa dari penghuni ruang kala itu.

"Kak Maya kenapa, sih?" tanyanya kesal.

Aku menjulurkan lidah, "Siapa suruh mendadak teriak gitu, bikin jantungan, tahu nggak. Lagian masih ada puasa syawwal sebanyak enam hari, Rahmat sayaaang!"

Pats! Raut wajah Rahmat tiba-tiba tercekat, seakan aliran darahnya tidak berjalan normal, pias. Menyadari kegugupan Rahmat, Kak Hera mengeluarkan ledekannya, "Wiiih, Rah-mat! Sudah sebesar ini tapi ternyata masih malas puasa. Waduh, ada yang tidak beres! Aiiih, mau dilaporkan ke Mama, ya?!"

Uhuk, maafkan aku. Selamat ya Rahmat, kamu sukses jadi bulan-bulanan selama beberapa menit. Ulfa dan Yudi bergabung di medan penertawaan. Mereka berkoar tidak jelas hingga kutu pun mati karenanya. Ulala~ Plus tawa yang tak tertahankan dari Kak Indra. Lengkap sudah, Rahmat mati kutu!

Rahmat menoleh padaku, dia berbisik pelan tapi jelas, "Huum... Rasanya puasa di luar bulan Ramadhan tuh kayak ngangkat batu yang berat banget. Eeh, Kak Maya... Apa tadi Mama bbm nyuruh puasa syawal ya?"

Gubrak!! Oh adik bungsuku tercinta, Rahmat si bontot yang usianya sudah menginjak 19 tahun, selamat datang di medan penertawaan bagian kedua. Hahaha!

Tiba-tiba Tantanning alias panggilan untuk kakaknya bapak menghampiri kami yang sudah amat sangat ribut di meja makan. Katanya, suara kami bikin geger Dato' Ummi yang masih berada di dalam kamar. Ups! Mentang-mentang tamu pertama dan tidak ada orang lain di sana, kami malah seenaknya berkelakar. Waduh, astaghfirullah. Beginilah kondisi anak-anak tanpa pengawasan orang tua. Jangan ditiru ya! Syalalala.

"Bagaimana kabar Bapak dan Mama, Nak?" selidik Tantanning, ingin tahu.

Aku yang beberapa menit lalu telah membaca kabar Bapak dan Mama via bbm segera menjawab, "Alhamdulillah, sehat walafiat tanpa kurang satu apapun. Karena Makassar lebih cepat lima jam, jadinya di sana masih takbiran, Tantanning. Masih persiapan untuk melaksanakan shalat I'ed."

"Alhamdulillah. Semoga Bapak dan Mama baik-baik saja sampai tiba di tanah air kembali," ujar Tantanning cepat. Aku tersenyum, ada nada haru yang terselip dalam kalimatnya. Dalam hati, aku mengaminkannya.

Makkah Al Mukarramah

Faktanya, Bapak dan Mama melaksanakan ibadah umrah semenjak tanggal 17 Ramadhan lalu. Semoga Allah merahmati keduanya. Tabaarakallahu Ta'ala, dapat program tiga hari beribadah di Madinah Al Munawwarah dan tujuh belas hari menetap di Makkah Al Mukarramah. Dahsyat sekali, bisa menghidupkan sepuluh malam terakhir Ramadhan di Rumah Allah, Baitullah. Lebih-lebih, bisa berlebaran di tanah haram. Alhamdulillah yah, sesuatu banget. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Fakta keduanya, kami berenam harus survive di atas kaki sendiri hingga tanggal 9 Syawal kelak, tanggal kepulangan Bapak dan Mama Insyaa Allah. Berat sih, tapi sebisa mungkin nggak boleh mengeluh. Toh intinya, kami harus kuat atau tampak kuat, berusaha maksimal tidak membuat Bapak dan Mama khawatir. Aal iz well. Parah dong, kalau ibadah Bapak dan Mama jadi terganggu hanya gara-gara kepikiran kami. Lagipula semua terjadi untuk yang terbaik, tidakkah begitu?

Situasi tawa telah berhenti, aku pun kembali ke topik semula, membangun suasana hati. Tanganku mengelus lembut pipi Rahmat, "Yang nyuruh puasa yaa Allah, dong. Pahala puasa syawal tuh setara dengan puasa selama setahun loh. Jangan disia-siakan ya Rahmatku?"

Ragu-ragu menghadang, selang beberapa detik berikutnya, Rahmat pun mengangguk perlahan. Dia berseru, "Boleh selang-seling kan, Kak Maya?"

Aku tersenyum mengiyakan, "Tentu saja!"



Makassar, Puasa Syawal, Beratkah? ^^ Tidak, Insyaa Allah.
Syawal tinggal dua puluh empat hari lagi. Don't miss it guys!
13 Agustus 2013 Miladiyah / 06 Syawal 1434 Hijriyah

View Post
Bismillaahirrahmaanirrahiim 



Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434 Hijriyah
Taqabbalallahu minna wa minkum
Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menerima
amal ibadahku dan amal ibadah kamu sekalian
Mohon maaf lahir dan batin ya ... !!!


--------------------------------------------------------------------
Makassar, Aloha Pembaca KeCE! Salam Jumpa Kembali ^^
Tertanggal 01 Syawwal 1434 Hijriyah atau bertepatan 08 Agustus 2013 Miladiyah
Berdasarkan penetapan pemerintah melalui sidang itsbat di kantor kementerian agama RI.


View Post