Bismillaahirrahmaanirrahiim
Kamu datang dalam hidup saya dalam kilatan elektron, begitu memukau. Lalu sebagaimana fungsi elektron, kamu pun membuat lintasan-lintasan baru untuk mengorbitkan cahaya. Sayangnya cahaya bukan proton, bukan pula neutron, cahaya adalah radiasi elektromagnetik, ia lebih dikenal dengan sebuah foton yang hangat. Sehingga saat kamu bersikeras mengelilingi pendarnya, ia meredup. Karenanya saya pikir saya telah kehilangan cahaya.
Namun ternyata ada sesuatu yang tumbuh pada diri saya. Saya bukannya mencoba untuk menutupinya, apalagi menyembunyikannya, saya hanya tidak menyadari kalau perasaan ini nyata. Perasaan macet yang bahkan saya tidak tahu bagaimana mengungkapkannya dengan benar. Seperti ada megaflash yang terperangkap di dalam perutmu? Hmm, lebih dari itu.
Perasaan ini sangat kuat, saya tidak bisa melarikan diri darinya. Dan karena saya juga yakin pertemuan kita adalah takdir baik, saya akan berusaha menjadi kuat. Sehingga seberapapun ego kecemasan itu menjauhkan saya dari kamu, saya akan tetap kembali padamu. Toh sejak awal saya tidak pernah kemana-mana.
Hingga kemudian, semuanya tampak berbeda. Setelah saya benar-benar meleburkan ego dan kecemasan itu pun menghilang bersama udara, penglihatan saya menjadi sangat jelas. Ternyata sejak awal, lintasan orbit itu tidak ada. Saya mengira itu ada karena saya ingin berpikir seperti itu. Faktanya, elektron tidak pernah mengorbitkan cahaya, ia memancarkannya.
Dan... ya, saya pun tidak pernah kehilangan cahaya. Sejak awal, elektron selalu beredar dengan memancarkan cahaya ketika ia berada di titik dasar. Wah Masya Allah, jadi saya bertemu dengan pengendali cahaya, ehm?
Lalu teka-teki terakhir, perasaan macet apa ini? Cinta? Tidak. Ini lebih dari itu, karena cinta tidak bisa membuatmu bertahan. Butuh sesuatu yang besar untuk bisa bertahan, dan itu adalah...?
Ilallah, menuju Allah.
Saya membenarkan ini adalah satu-satunya alasan. Karena ketika kita menyerahkan diri kepada Sang Khaliq, kita jadi bisa melihat hal-hal yang sebelumnya tidak bisa terlihat. Semua menjadi objektif dan saya pun jadi bisa melihat dengan sangat jelas; betapa dirimu sangat memukau. Saat ini dan saat akadmu mengguncang 'Arsy tujuh tahun lalu. Baaraakallahu fiikuum.
Kamu datang dalam hidup saya dalam kilatan elektron, begitu memukau. Lalu sebagaimana fungsi elektron, kamu pun membuat lintasan-lintasan baru untuk mengorbitkan cahaya. Sayangnya cahaya bukan proton, bukan pula neutron, cahaya adalah radiasi elektromagnetik, ia lebih dikenal dengan sebuah foton yang hangat. Sehingga saat kamu bersikeras mengelilingi pendarnya, ia meredup. Karenanya saya pikir saya telah kehilangan cahaya.
Namun ternyata ada sesuatu yang tumbuh pada diri saya. Saya bukannya mencoba untuk menutupinya, apalagi menyembunyikannya, saya hanya tidak menyadari kalau perasaan ini nyata. Perasaan macet yang bahkan saya tidak tahu bagaimana mengungkapkannya dengan benar. Seperti ada megaflash yang terperangkap di dalam perutmu? Hmm, lebih dari itu.
Perasaan ini sangat kuat, saya tidak bisa melarikan diri darinya. Dan karena saya juga yakin pertemuan kita adalah takdir baik, saya akan berusaha menjadi kuat. Sehingga seberapapun ego kecemasan itu menjauhkan saya dari kamu, saya akan tetap kembali padamu. Toh sejak awal saya tidak pernah kemana-mana.
Hingga kemudian, semuanya tampak berbeda. Setelah saya benar-benar meleburkan ego dan kecemasan itu pun menghilang bersama udara, penglihatan saya menjadi sangat jelas. Ternyata sejak awal, lintasan orbit itu tidak ada. Saya mengira itu ada karena saya ingin berpikir seperti itu. Faktanya, elektron tidak pernah mengorbitkan cahaya, ia memancarkannya.
Dan... ya, saya pun tidak pernah kehilangan cahaya. Sejak awal, elektron selalu beredar dengan memancarkan cahaya ketika ia berada di titik dasar. Wah Masya Allah, jadi saya bertemu dengan pengendali cahaya, ehm?
Lalu teka-teki terakhir, perasaan macet apa ini? Cinta? Tidak. Ini lebih dari itu, karena cinta tidak bisa membuatmu bertahan. Butuh sesuatu yang besar untuk bisa bertahan, dan itu adalah...?
Ilallah, menuju Allah.
Saya membenarkan ini adalah satu-satunya alasan. Karena ketika kita menyerahkan diri kepada Sang Khaliq, kita jadi bisa melihat hal-hal yang sebelumnya tidak bisa terlihat. Semua menjadi objektif dan saya pun jadi bisa melihat dengan sangat jelas; betapa dirimu sangat memukau. Saat ini dan saat akadmu mengguncang 'Arsy tujuh tahun lalu. Baaraakallahu fiikuum.