Bismillaahirrahmaanirrahiim

Ketika jiwa terpuruk perih dan asa terjatuh dalam kepungan malam, secercah cahaya di pelupuk mata pun akan sulit terlihat. Jika kebahagiaan itu mempunyai bentuk, kira-kira bentuknya seperti apa? Mungkinkah seperti kaca yang tak kasatmata? Karenanya, walau kebahagiaan begitu nyata, kadang kehadirannya tak terasa. Padahal kebahagiaan itu rasa yang paling sederhana. Menerima keramahan dan memberi ketulusan merupakan contoh terkecilnya. Masih banyak lagi contoh kebahagiaan yang terangkum dalam buku kumpulan kisah-kisah menarik tentang kebaikan hati yang tak akan mampu dihargai dengan emas.
Sang Dewa Penolong


Judul              : Sang Dewa Penolong
Pengarang      : Risty Arvel dkk
Ukuran           : 13 cm x 19 cm
Tebal              : iv + 132 hlm
Terbit             : Oktober 2012
Harga             : Rp 38.000,-
Penerbit          : AE Publishing

Kontributor :
---------------
Pelangi Putih, Nyi Penegah Dewanti, Deanitha Rizky, Anna Lulus, Samudrawan Kertapati, BOLIN, Nenny Makmun, Nay Riskara, Titi Haryati Abbas, Yusrotun Kharimah, Gemintang Halimatussa’diah, Uchie Ef-el, Sandza, Tulip, Afifah Haryanti, Fuatuttaqwiyah El- Adiba, Vina N Istighfarini, Robertha Drea, Mulyoto JJ, Arinda Sari, Putrie Ve, Peri Bulan, Nurmayanti Zain, Fauziah Abdul Aziz.

Sinopsis Salah Satu Kisah :
-----------------------------
Dihimpit rasa takut, lapar dan haus, saat itulah pertahananku roboh. Air mataku bercucuran keluar, isak tangisku pun terdengar. Aku anak usia lima tahun, baru kali ini jauh dari rumah, tak tahu arah pulang, sendiri tanpa ibu dan kakakku. Teringat pesan ibuku, tentang penculikan anak kecil untuk dijual, tangisku tambah meledak. Otakku terasa sudah buntu, tak tahu harus bagaimana. “Bagaimana kalau aku tak bisa bertemu lagi dengan Bapak, Ibu dan Kakak-kakakku?” Kelebatan wajah-wajah orang yang kusayangi membayang silih berganti, tangisku pun semakin kencang.

Tiba-tiba, seorang bapak berkumis yang mengenakan kaos putih usang dan celana tiga perempat warna hitam menghampiriku. Aku merapat ke pohon, memeluk pohon dengan sebelah tanganku, ketakutan setengah mati. Tampangnya sangar, mungkinkah dia penculik?

Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah benar Bapak sangar itu adalah penculik? Apakah aku bisa kembali ke rumah dan bertemu dengan keluarga? Apakah ada orang yang akan menolong? Temukan jawabannya hanya di buku ini. Buku yang berisi 25 kisah tentang Dewa Penolong dalam kehidupan penulis. Yang mengajarkan untuk berhati-hati dalam bertindak dan berprasangka.

-^^-^^-^^-^^-^^-^^-^^-^^-^^^^-^^-^^-^^-^^-^^-^^-^^-^^-^^-^^-^^-^^-^^-

Cara Mendapatkan Buku Antologi Sang Dewa Penolong :
------------------------------------------------------------
1. SMS ke AE Publishing
Ketik : SDP # NAMA LENGKAP # ALAMAT LENGKAP # JUMLAH # NO TELP
Kirim ke : 082333535560
Nanti akan mendapatkan balasan SMS berisi No. Rek dan jumlah biaya yang ditransfer.

2. Email ke Penulis
Tulis : SDP # NAMA LENGKAP # ALAMAT LENGKAP # JUMLAH # NO TELP
Kirim ke : admin@nurmayantizain.com
Nanti akan mendapatkan balasan Email berisi No. Rek dan jumlah biaya yang ditransfer.

-^^-^^-^^-^^-^^-^^-^^-^^-^^^^-^^-^^-^^-^^-^^-^^-^^-^^-^^-^^-^^-^^-^^-

Bias Sang Penulis :
--------------------
Alhamdulillah wa Tabaarakallahu Ta'ala. Ini bukuku yang keempat, tepatnya Buku Antologi yang ketiga. Tak banyak cerita yang bisa aku paparkan. Habisnya bukunya terbit setelah aku berada jutaan mil dari rumah. Alhasil aku sendiri belum melihat wujud buku tersebut. Ya, aku masih penasaran. Gyaboo!

Buku Antologi : Sang Dewa Penolong terdiri dari 25 kisah yang super hangat dan memesona. Masya Allah deh. Dijamin bisa menggelitik sanubari yang tertidur. Ehem, salah satu kisahnya yang berjudul Wahai Ksatria Penjaga adalah milikku. Kisah nyataku dengan sosok keren dan rupawan yang tak kenal lelah menjagaku bak seorang ksatria. Mau tahu siapa dia? Baca bukunya ya! Hohoho promosi.

Well, kalau tentang sampul dan layoutnya, aku no comment ya. Silakan dinilai sendiri. Kan sudah kubilang, aku bahkan belum menyentuh buku tersebut. Ck, aku beneran bingung mau ngomong apa. Waduh timbul kesan reviewnya malah asal-asalan gini ya. Pokoknya buku ini bagus, seriusan. Mau protes? Hihihi. Tak apalah, yang jelas satu buku lagi telah memajang namaku di sana. Lalu mana namamu?

.:: salam penolong ::.

View Post
Bismillaahirrahmaanirrahiim

"Maya tidak sadar ya?"

Tiba-tiba saja suaranya memelan. Seorang laki-laki paruh baya yang sehari-hari bekerja sebagai kepala dinas di salah satu bidang pemerintahan itu menatapku lurus. Rasa kikuk merayap begitu cepat melalui tengkukku. Beliau melanjutkan kalimatnya, "Waktu pertama kali kenal, Bapak kira Maya itu remaja berusia 19 tahun yang baru menginjakkan kaki di dunia kampus. Soalnya Maya itu imut, cantik dengan pesonanya sendiri."

Uhuk! Aku tersedak. Wajahku, oh-hh aku tidak tahu semerah apa ronanya sekarang. Ya Allah, padahal kalau diri sendiri yang narsis, aku baik-baik saja tuh. Kenapa rasanya begitu memalukan ketika mendengarnya dari mulut orang lain ya?

Tiba-tiba saja seorang dosen dari universitas lain pun ikut menimpali, "Apalagi Maya ini punya website pribadi. Tulisannya bagus loh, mengalir sesuai hati pemiliknya. Sayangnya, akan sangat sulit menemukan sosok yang pas mendampingi Maya kelak. Tahu tidak, Maya itu ibarat putri dalam kotak kaca. Terlihat begitu memukau sampai orang lain takut mendekat karena tak terjangkau."

Putri dalam kotak kaca? Yang benar saja, itu berlebihan. Aku sudah sering ditegur karena sikapku yang selalu membuat orang lain penasaran. Kesannya tebar pesona, sok misterius atau apalah namanya. Ini aneh. Sejujurnya, aku malah tidak menyembunyikan apapun. Namun dengan mudahnya orang-orang menyematkan kata sempurna padaku. Sebenarnya apa yang salah pada diriku? Huh, jika aku putri dalam kotak kaca, aku butuh pangeran dengan palu besi.

Speechless. Aku benar-benar tidak tahu bagaimana menanggapi forum kecil yang mendadak terbentuk dengan bahasan tentang diriku. Belum sempat aku menjawab, wakil rektor universitasku muncul. Aku tersenyum manis berharap beliau tidak mendengar pembicaraan barusan.

Beliau bertutur, "Kalau begitu ini kesempatan buat Maya, mumpung masih muda dan belum berkeluarga. Nanti lanjut daftar beasiswa unggulan luar negeri dari universitas ya. Jadi bisa kembali ke Jepang secepatnya untuk sekolah lagi Insya Allah. Nah, pulang ke Indonesia untuk wisuda saja. Bagaimana?"

Aku menaikkan alis, tersenyum kikuk. Melihatku yang tidak merespon, seorang dosen senior di universitasku berkata, "Kenapa ragu? Maya punya pacar?" Aku menggeleng perlahan. "Ada seseorang yang menunggu kepulangan ke tanah air?" Lagi, aku menggeleng. "Dijodohkan dengan calon dari keluarga?" Untuk ketiga kali, aku menggeleng. "Lalu apa yang Maya tunggu? Kesempatan tidak datang dua kali."

Spontan, aku melepas tawa lalu mengangguk penuh terima kasih. Aku berkata lembut, "Insya Allah, akan dipikirkan dan direncanakan dengan matang terlebih dahulu."

Syukurlah detik berikutnya, forum kecil itu pun bubar. Pasalnya, hidangan santap malam telah siap. Satu per satu dari kami pun mengambil tempat untuk bisa makan dengan lahap.

Sungguh hidangan kala itu begitu mewah. Namun tenggorokanku tak jua bisa menikmatinya. Pikiranku semrawut. Bukan karena aku tidak sadar aku imut. Atau karena blog Kemilau Cahaya Emas dibaca dosenku. Apalagi karena tawaran beasiswa untuk lanjut kuliah mengambil gelar Ph.D di Jepang. Aku hanya sedang kacau. Hanya itu.

Aku teringat hampir dua tahun lalu, ketika aku mempersiapkan kelulusan dari bangku kuliah. Tekad yang bulat untuk membangun istana cahaya tak berjalan seiring dengan takdir. Mau bagaimana lagi, faktanya sang putri telah memiliki rumah tetapi sayang tak ada pangeran yang membawa tangga. Alhasil rumah tangga tak kunjung tercipta. Akhirnya keputusan untuk melanjutkan sekolah pun diambil. Dan di sinilah aku sekarang, di bumi momiji kemerahan yang berguguran. 

Chiba Daigaku
Sepanjang Jalan Chiba Daigaku Bertabur Daun Maple yang Berguguran

Bersama dengan kebekuan di bawah 6 derajat celcius, aku termenung. Pertanyaan sederhana pun terlontar, apa kali ini kejadian yang sama akan terulang kembali untuk kedua kalinya? Apa aku akan kembali menempuh jalan yang kuambil dua tahun yang lalu? Ah, putri dalam kotak kaca. Itu menyesakkan, tahu.


Kokusai-koryu-kaikan, dalam kepingan keputusan
20 November 2012 Miladiyah - 5 Muharram 1434 Hijriyah

View Post
Bismillaahirrahmaanirrahiim

Kau tahu, cinta tidak pernah mengikuti sajak atau alasan. Tidak peduli sebesar apa perasaan yang bersarang di hati, kalau tidak memberi tahu pada orang yang bersangkutan, maka itu tak berarti sama sekali. Setidaknya, jika kau mencintainya atau sangat mencintainya, nyatakanlah cintamu dengan baik.

Saat itu siang hari dengan awan yang begitu mendung. Beruntung, posisi tempat dudukku menghadap ke arah jendela. Jadinya aku bisa melayangkan pandangan tak terbatas. Ya, mengaburkan keramaian yang terjadi karena tawa teman-teman selaboratorium. Maklum saja bohlamnya tengah putus dan bermasalah, karenanya kondisi super sunyi seperti hari-hari sebelumnya nyaris tak tampak. Ditambah lagi petugas yang memperbaiki bohlamnya keluar masuk sambil membawa tangga dan peralatan lainnya.

Aku berdeham, sangat tidak nyaman dengan situasi sekarang. Bukan apanya, mereka ngobrol santai dengan bahasa jepang fasih lagi cepat. Bahkan sesekali aku mendengar namaku disebut. Emang ada ya kata Maya dalam kamus bahasa jepang? Ketika aku mencoba mengintip ke belakang, eh Manzoku-san tepat melirik ke arahku. Alhasil mata kami beradu! Spontan aku langsung membuang muka. Ck, benar-benar awkward moment yang bodoh. Aa-ah seseorang, tolong culik aku dari sini!

Hmm begini ya, dalam sejarah sebulanan aku di S-lab ini, aku tuh jarang bahkan bisa terhitung nggak pernah ngobrol ngalur-ngidul dengan anggota laboratorium yang lain. Kalau seputar penelitian sih, sering diskusi sama Ma-chan, Sanada-san, Okazawa-san dan Motegi-san. Tapi untuk cerita-cerita ringan tuh nggak banget deh kecuali pas party atau acara masak plus makan bersama. Soalnya kalau sudah berada di kursinya masing-masing, berasa ada tempelan di dahi mereka yang bertulisan, "Jangan ganggu, lagi sibuk". Seriusan! Makanya moment seperti ini benar-benar mengubah paradigmaku. Sayangnya aku bersikukuh nggak mau sedikitpun meninggalkan kursiku lantas bergabung dengan mereka. Huum, tiba-tiba saja aku merasa layaknya seorang diri. 

Melankolis merayap. Pelupuk mataku sedikit basah. Ada apa denganku? Rasa apa ini yang tiba-tiba membuncah dan tak terkendali? Rindukah aku akan cintamu? Ehem mungkin saja, karena kenyatannya, jiwa yang sendiri itu lebih pedih dibanding raga yang luka. Aku sadar, aku benar-benar bodoh nggak ketulungan. Maaf, aku bahkan tidak menyadari betapa cinta itu nyata untukku. Betapa ada sosok yang begitu merindukan kehadiranku. Betapa cinta itu tersimpan rapi di bumi pertiwi.

Aku hanyalah burung yang tak bisa terbang, sampai aku bertemu denganmu.
Aku hanyalah burung yang tak bisa terbang, sampai aku bertemu denganmu.

Aku bertemu dengan orang-orang baik di bumi sakura. Bahkan beberapa dari mereka benar-benar terasa begitu menghangatkan. Hanya saja, tetap saja ada hal-hal yang tak bisa tergantikan. Faktanya, detik ini aku galau seratus persen karenamu. Pada seseorang yang membuatkan surat cinta di sajak yang berhamburan. Pada seseorang yang menanti kartu pos dariku dengan penuh harap. Pada seseorang yang sangat cemas aku beneran dipinang pangeran sakura. Pada seseorang yang selalu mengajakku makan pizza berdua sambil berburu matahari tenggelam. Pada seseorang yang siap memarahiku ketika aku berlaku manja dan genit. Pada seseorang yang begitu merindu sampai berharap terbang ke Jepang untuk mencariku, menemukanku dan memelukku.

Sementara pandanganku mulai mengabur karena genangan bening, aku terus mengingat wajah-wajah tersenyum yang memanggil namaku. Aku tidak menyangka, angin bisa begitu lembut mengembuskan pesan-pesan cinta itu untukku. Sama halnya aku tidak menduga, daun-daun yang berguguran bisa begitu manis menjatuhkan memori-memori cinta itu untukku. Benarkah itu untukku? Benarkah rindu dan cinta itu tak salah sasaran?

Maaf sekali lagi, bukannya aku meragu. Hanya saja, ini terlalu nyata untuk seorang Maya. Aku bukan siapa-siapa. Aku tahu persis banyak orang yang mencercaku habis-habisan karena langkah yang kuambil berbeda dari langkah pijakan pada umumnya. Bahkan beberapa orang sudah mengambil kesimpulan asal tentang siapa dan bagaimana diriku padahal belum pernah bertemu denganku. Pertanyaanku, kenapa kau masih di sini? Kenapa kau masih ada untukku? Apa kau tahu, kau membuatku tidak tahu bagaimana cara berterima kasih dengan manis.

Aku kaget, rupanya kau mengikuti perkembanganku. Kau tahu semua tentangku, bahkan sisi gelap yang selalu kututupi darimu, bisa terbaca dengan jelas. Jujur aku merasa segalanya menjadi tidak baik. Bahkan terbersit asa bahwa lebih baik jika aku ditinggalkan. Namun aku terperangah ketika tahu ternyata kau membelaku mati-matian di hadapan orang-orang yang memandangku sebelah mata. Tak ragu kau juga meluruskan benang kusut kehidupanku dan meminta orang lain pun bersikap demikian. Tanpa kata, kau sukses merasuk ke relung hatiku yang terdalam. Oh, Ya Allah.

Lalu bagaimana sekarang? Aku tidak tahu apa yang sebaiknya kulakukan untukmu. Mengungkapkan cinta saja aku tidak mampu. Parahnya aku. Benar adanya, aku tidak sekuat yang kau duga. Kadang aku malah lebih cengeng dari anak kecil yang permennya direbut. Namun kau tidak perlu cemas karena dalam kondisi terjepit sekalipun aku masih bisa menampilkan senyum yang memesona. Itu bukan senyum palsu. Hanya saja menurutku, pada dasarnya jika mau membuka hati dan menerimanya, semua hal di dunia ini akan terasa indah. Jadi jangan terlalu khawatir tentangku. Aku cintamu, ingat?

Untukmu, aku akan berusaha melakukan yang terbaik di sini. Kabar baiknya, hari dimana aku mengingatmu adalah hari dimana program simulasi wireless buatanku bisa running. Alhamdulillah ala kulli haal walau masih perlu perbaikan di sana sini, itu cukup membuat sensei tersenyum dan memintaku belajar lebih keras lagi. 

Untukmu, aku akan berusaha istiqomah di tengah terpaan kelabilan yang menghadang. Kabar baiknya, hari dimana aku mengingatmu adalah hari dimana aku berhasil menelepon sosok yang kau rekomendasikan untukku. Ya, aku sudah mengikat janji untuk bertamu ke rumahnya Insya Allah. Dengan begitu semoga aku bisa menambah kadar ilmu dan imanku Insya Allah.

Untukmu, aku akan berusaha makan teratur dan istirahat cukup sehingga penyakitku tidak kambuh. Kabar baiknya, hari dimana aku mengingatmu adalah hari dimana flu dan demamku sudah lenyap disapu sehat nan bugar. Tenanglah, aku akan menjalani hari-hariku dengan penuh semangat. Apa itu cukup? Oke, aku akan lebih ceria lagi. Lalu selanjutnya, aku tidak sabar untuk pulang ke tanah air lalu bertemu denganmu. Semoga saat itu aku bisa mengungkapkan cintaku dengan baik. Ukhtayya, Uhibbukifillah.


Kokusai-koryu-kaikan, bersama waktu Subuh
Untuk mereka yang begitu mengharap kepulanganku
15 November 2012 Miladiyah / 1 Muharram 1434 Hijriyah

View Post
Bismillaahirrahmaanirraahiim

Hai, Apa Kabar Blog? (✿ ♥‿♥)ノ Aku tahu, akhir-akhir ini ada sesuatu yang tidak beres. Padahal masih terekam jelas kisah betapa kerennya aku di Citra Blog atau cerita begitu manisnya diriku di nurmayantizain[dot]com. Tak kusangka kali ini aku akan mengakui bahwa aku nggak keren apalagi manis. Huum, hanya seorang aku yang aneh. Eh bukan aku sih melainkan blogku, Kemilau Cahaya Emas.

CUEK Jangan dipikirkan~ jadi malu Hanya sekadar perbodohan yang mendalam~


#1 Kembalinya Sitelinks Google
Well, ketika mengubah domain dari blogspot[dot]com menjadi [dot]com, aku kehilangan enam sitelinks yang telah rapi berjejer. Lima bulan setelah optimasi blog, sitelinks tak kunjung datang. Ah, ya sudahlah. Tanpa sitelinks, blog juga bisa tetap hidup kan? Nah anehnya, ketika aku mulai tak peduli, ketika aku tidak sedang memperjuangkan reward dari google, ketika aku berada jutaan mil dari kampung halaman, ternyata Kemilau Cahaya Emas sudah dicantol sama dua sitelinks. Aneh ya?

Sitelinks Kemilau Cahaya Emas
Sitelinks Kemilau Cahaya Emas

Aku bukannya nggak senang, Alhamdulillah blogku sudah diakui lagi sama google. Hanya saja ini tuh semacam hadiah yang terlambat. Ya, aku mendapatkan sesuatu yang sudah tidak aku cari lagi. Kadang-kadang hal seperti ini bisa membuat hati tergelitik dari penatnya urusan di laboratorium. Ehem, kesenangan yang aneh menurutku.

#2 Pesatnya Page Rank dan Alexa Rank
Well, aku kaget melihat page rank blog Kemilau Cahaya Emas berada di posisi 2. Padahal dulu masih bertelur loh. Anehnya lagi, per tanggal 10 November 2012 alexa rank mencapai peringkat 194.767 alias ramping banget. Percaya nggak sih?

page rank kemilau cahaya emas
Page Rank KeCE
alexa rank kemilau cahaya emas
Alexa Rank KeCE

Alhamdulillah Tabaarakallahu Ta'ala, jauh di lubuk hati aku sungguh bersyukur. Toh ini berarti blogku banyak yang akses. Akan tetapi tak bisa dipungkiri, ini suatu keanehan yang nyata. Beneran deh, syok! Soalnya sekarang kan aku jarang blogwalking karena sok sibuk. Aku juga sudah kesusahan me-reply komentar yang masuk. Lalu darimana datangnya jubelan pembaca yang menaikkan peringkatku sampai ke angka yang tak pernah kubayangkan ini? Aneh, karena jumlah komentar yang masuk tidak memperlihatkan jumlah pengunjung. Jujur, jadi sedikit terharu, aku punya ratusan pembaca tanpa jejak.

#3 Unggulnya Pengunjung dari Jepang
Well, sepertinya aku bisa jadi selebritis di Jepang nih. Kok di Indonesia aku tidak laku ya? Ha-ha-ha! Habis mau ngomong apa lagi, coba? Lihat, di Indonesia aku berada di urutan 30.217 sedang di Jepang aku nangkring di posisi 7.956. Menurut data, sekarang 91% pengunjungku berasal dari Jepang. Nah loh, bagaimana mungkin hal ini terjadi? Aneh kuadrat, emang ada ya orang Jepang atau orang Indonesia berdomisili di Jepang yang mau berkutat selama 11 menit memelototi tulisanku di Kemilau Cahaya Emas? Ehem, kemana perginya pembaca yang mendorongku naik ke urutan 2392 se-Indonesia dan urutan ke 55 se-Makassar?

pengunjung kemilau cahaya emas
Negara Pengunjung Kemilau Cahaya Emas

Terlepas dari itu semua, aku sungguh berucap Alhamdulillah. Walau ini sedikit membuat bulu kudukku menari. Aku benar-benar nggak mau memikirkan misalnya teman-teman laboratoriumku ternyata membaca blogku menggunakan google translate. Oh Yaa Allah, cowok-cowok itu atau bahkan sensei? Nggak mungkin. Kalau ada kemungkinan lain, aku memilih kemungkinan itu. Loh jadi lebih mending pembaca blogku itu orang Indonesia yang berada di Jepang ya? Ah-hh, aku juga nggak mau memikirkan hal itu. Lebih nyaman memikirkan kalau keanehan ini terjadi karena sistem analisisnya rusak atau salah perhitungan. Setuju? Yup, sangat setuju. Mari menertawakan kebodohanku, tepatnya kekikukanku. Ha-ha-ha!

#4 Banyaknya Followers
Well, kalau ini aku benar-benar pengen minta maaf dulu. Ayo tunjuk tangan siapa yang belum aku follow balik? Silakan komentar, Insya Allah aku akan merespon as soon as possible. Makasih loh. Alhamdulillah followerku mencapai 603 orang. Jumlah yang menurutku cukup menggiurkan.

followers kemilau cahaya emas
Followers Kemilau Cahaya Emas

Ini masuk aneh nggak ya? Ehm, bisa jadi. Soalnya aku tahu pasti aku mengenal baik beberapa followerku di dunia nyata tapi anehnya dia tuh nggak sadar kalau aku itu Nurmayanti Zain yang itu. Ya, Maya yang bodoh dan payahnya nggak ketulungan itu. Jadi geli sendiri ketika seseorang bersikap begitu ingin mengenalmu padahal dia sudah tahu pasti siapa dirimu. Memangnya aku seberbeda itu ya? Memangnya di dunia ini Nurmayanti Zain ada berapa sih? Ratusan... Lebih! #Gubrak.

#5 Kesimpulannya
Alhamdulillah ala kulli haal, aku memang aneh. Tapi nggak apa, deh. Begini-begini aku masih tetap keren dan manis. Toh masih ada yang suka padaku? Misalnya saja kamu, yang tengah membaca postingan ini sampai akhir. Iya kan? Eh, enggak ya? Yaa, sudahlah~


Sepertiga malam di Chiba University International House.
10 November 2012 Miladiyah / 24 Dzulhijjah 1433 Hijriyah.
Apa kabar blog? Semoga tidak ada mata-mata di sini.

View Post
Bismillah

Ada apa dengan mataku? Aku menelan ludah, penglihatanku mengabur. Belum lagi sesuatu bergejolak di perutku, sakit sekali. Parahnya, aku ingin muntah! Ya Allah Ya Rabb, aku menggigil ketika tengkukku terasa begitu dingin.

Ketika ujian usai, teman-teman kuliahku mulai menyadari ada yang tidak beres padaku. Aku menunduk lalu bergegas meninggalkan ruangan.

"Maya, mukamu pucat sekali! Kau baik-baik saja?"

Belum berapa langkah, tiba-tiba aku goyah. Gyut! Lenganku ditarik dan tubuhku tidak jadi terhempas ke lantai. Aku menatap sosok yang menahanku. Siapa? Seorang kakak dengan raut wajah cemas di wajahnya. Dia berujar, "Jangan pulang! Kau tidak akan bisa menyetir dalam keadaan begini. Yang ada kau dan Fatih bisa celaka. Istirahat dulu di musholla. Aku antar ke sana. Mau ya?" Aku mengiyakan. Akupun dipapah olehnya.

Di tengah jalan, aku berpapasan dengan seseorang yang serta-merta mencubit pipiku. Kakak melepaskanku sehingga dia berhasil memelukku. Siapa? Aku mengenali wajah iseng teman seangkatanku itu. Dia memerhatikanku lekat, "Putih sekali. Kau tambah cantik, May. Tapi lihat lingkar mata pandamu ini? Kau apakan malam-malammu, huh? Dasar gila belajar."

Aku tergelak lemah, "Enak saja, siapa yang gila belajar?! Eh duluan ya, ukh! Barakallahu fiik. Ma'assalamah." Aku tersenyum padanya kemudian berjalan menjauh. Aku heran, pucat dan putih beda tipis ya?

Kakak berjalan mendampingiku lagi. Di depan musholla -setelah memaksaku berjanji tidak akan pulang sebelum merasa baikan- kakak pamit meninggalkanku. Aku melangkah masuk dan langsung merebahkan diri. Tak ada seorang pun di musholla. Aku meringis. Rasa sakit di perutku semakin menjadi, membuat sendi-sendi kakiku ngilu. Aku merintih tertahan. Laa Haula wa Laa Quwwata illaa Billaah.

Aku mengatur posisi tidur dengan menekan bagian tubuh sebelah kanan. Tak lupa, tangan kanan menyanding pipi kanan dengan tas sebagai bantalan. Tabaarakallahu Rabbul 'Aalamiin. Lantunan dzikir tak putus dari lisanku. Berharap aku segera berlabuh ke pulau kapuk. Hasilnya, negatif. Aku tidak bisa tidur dengan rasa nyeri di tulangku.

Bagaimana mungkin aku bisa pulang? Astaghfirullah. Aku merasa tubuhku tidak akan membaik. Aku pun mengeluarkan handphone dan mengetik sms. Selang beberapa menit, tak ada balasan. Akhirnya aku menelepon.

"Kenapa bisa, Nak?"

Aku menangis dalam diam mendengar suara Mama dari seberang telepon. Aku berbisik menjelaskan kondisiku. Mama berkata pelan, "InsyaAllah satu jam lagi Mama jemput. Tidak apa, nanti Mama minta tolong mahasiswa untuk bawa pulang Fatih. Tunggu Nak, ya. Bersabarlah."

Still Love You Forever
I Love You [sumber gambar]

Tinggal satu jam. Sakit. Tinggal lima puluh menit. Sakit. Tinggal tiga puluh menit. Sakit. Oh ya Allah, aku ingin tidur dan melupakan rasa sakit ini. Aku resah dan gelisah. Gawat! Tiba-tiba aku tidak bisa merasakan tubuhku. Aku tidak bisa bergerak! Aku seolah terbuai tidur tapi entah kenapa aku masih bisa mendengar langkah beberapa akhwat yang masuk ke musholla. Aku masih bisa mendengar tiap kata yang mereka ucapkan. Aku masih bisa berpikir. MasyaAllah aku mohon, tidurlah.

Cup!

Mataku terbuka. Aku merasakan kecupan manis mendarat di pipi kiriku. Milik siapa? Aku duduk dan menyelidik sekitar. Beberapa akhwat tak bisa menahan diri untuk tidak tertawa. Aku jadi semakin gelagapan dibuatnya. Dengan lembut, sang pelaku kekikukanku itu mengelus kepalaku dan bertanya apa yang terjadi padaku. Sayangnya aku hanya bisa mengangguk apapun pertanyaan yang terlontar. Seseorang berkata usil, "Maunya sang putri terbangun karena kecupan manis dari pangeran, ya?"

Suara lain berceloteh, "Hahaha bukan begitu, coba perhatikan wajahnya Maya. Tak terbayang kalau tadi Maya terbangun dan di depannya ada sosok berkumis tipis. Hiiii! Menyeramkannya!"

Aku bergidik. Ck, akhwat ada-ada saja. Secepat kilat aku berbaring lagi dengan posisi semula. Eh? Aku merasakan seseorang memelukku dari belakang. Siapa? Ah, aku tidak ingin menyelidik lagi. Syukran wa jazakillahu khair, ukhtayya. Aku mendekap erat pergelangan tangannya yang merengkuh lenganku. Sejenak aku merasa aman dan nyaman. Subhanallah, membuatku lupa akan rasa sakit yang kuderita. Tak sadar, aku tertidur.

Tringgg!! Aku terbangun karena deringan handphone. Siapa? Aku merekah bahagia ketika melihat nama kontak "My Mama" tertera di layar. Alhamdulillah, akhirnya.

Hmm, hari ini aku benar-benar membuat orang lain kerepotan. Hanya dalam satu hari, begitu banyak rasa yang aku alami. Mencengangkan, di antara perih itu masih terselip cinta tulus yang terasa. I know you're out there. And I know you care. Cause I feel you like an angel watching over me. Ah-hh, satu senti kebahagiaan dalam hidupku. Teruntuk semua cinta, terima kasih banyak. Aku baik-baik saja, InsyaAllah.


Makassar, Lantai tiga kampus merah hitam
Hari-hari sebelum keberangkatan meminang sakura
09 Juli 2012 Miladiyah / 19 Sya'ban 1433 Hijriyah

View Post