Setelah persiapan selesai—sarapan pagi, koper-koper, dan lain hal sebagainya—kami berangkat dari rumah menuju bandara Hasanuddin kira-kira pukul 06.00 WITA. Setibanya di bandara, kami langsung naik pesawat menuju Jakarta.
Oia, aku lupa memperkenalkan siapa kami. Ehm, Kami itu berjumlah delapan orang. Ada bapak, mama, kakak perempuan yang sekarang kuliah di FK angkatan 2006, Saya, adik laki-laki yang baru mau masuk kuliah, adik perempuanyang sekolah di SMAN 17 kelas XI, adik laki-laki yang sekolah di SMPN 4 kelas IX, dan tante (kakak dari bapak).
Lalu saat tiba di Jakarta, kami harus menunggu lantaran pesawat ke Jeddah boarding pukul 13.20 WIB padahal saat kami sampai baru pukul 08.15 WIB. Nah, jadilah kami seperti anak terlantar. Duduk-duduk tidak jelas dan yang dilakukan hanya makan dan foto-foto saja.
Kemudian akhirnya kami berangkat. Lama perjalanannya kurang lebih 9 jam. Ugh- Di atas pesawat yang saya lakukan hanya berdzikir, makan, tidur, dan buang air kecil saja. Untunglah kami naik Garuda jadi service-nya mantap! Hehehe.. Terus pukul 18.00 waktu Jeddah kami sampai di bandara King Abdul Aziz Jeddah.
Wow! Sangat menegangkan plus menyenangkan. Tiba di negeri orang tanpa tahu bahasanya. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab. Kadang saya seperti orang bodoh yang tersesat karena tidak bisa berkomunikasi. Walau kadang ada beberapa petugas yang bisa bahasa Inggris, itu tidak cukup membantu. Terus, petugas perempuannya sama sekali gak ada! Sejauh mata memandang, yang ada hanyalah laki-laki, laki-laki dan laki-laki. Katanya, perempuan tidak dibolehkan bekerja. Perempuan hanya boleh tinggal di rumah saja.
Selanjutnya, kami naik bis menuju Hotel “Holiday Inn” yang menempuh waktu sekitar 20 menit dari bandara. Benar saja, di sepanjang jalan pun kami tidak melihat adanya tanda-tanda perempuan. Aku jadi merasa gimana gitu. Lalu tiba di hotel deh. Hotelnya keren! Sangat luas dan mewah. Kamarnya juga asyik punya. Kami dibagi dua kamar. Kamar pertama adalah Bapak dan Mama bersama kedua anak laki-laki. Sedangkan kamar kedua adalah Kakak, saya, adik perempuan, dan tante.
Akhirnya bisa tidur nyenyak juga… Oh, No!!! Mataku tidak bisa terpejam. Sekarang pukul 23.30 waktu Jeddah. Ayolah, ini tengah malam tapi tetap tidak bisa tidur. Oia,Jetlag. Saya lupa. Di Makassar sekarang adalah pukul 04.30 dan saat itu saya sudah bangun dan mengerjakan aktivitas. Uhh.. Gak bisa tidur deh.
HARI KE- 2 / AHAD 15 JUNI 2008
Eh, akhirnya mata ini bisa terpejam walau tidak lama. Masalahnya, saya selalu terbangun entah karena apa. Ooo.. Sudah pukul 04.30 waktu Jeddah dan itu artinya sudah shalat Subuh. Sayangnya, tidak ada yang mendengar adzan dan saat resepsionisnya ditelepon gak ada yang angkat. Yaa, kalau begitu kami langsung shalat saja. Namun, kami masih memiliki masalah kedua; kami tidak tahu di mana arah kiblat. Gak ada petunjuk sama sekali. Yaa, kalau begitu kami shalat menghadap sesuai hati nurani saja. Toh, di mana pun kamu berada di situlah wajah Allah. Lagipula ini darurat.
Tadinya saya mau melanjutkan tidur tapi ada telepon dari Bapak. Katanya, sarapan di hotel akan disiapkan pukul 06.00 waktu Jeddah. Jadi kita harus bersiap-siap jangan sampai kehabisan makanan. Lalu kami mandi deh… Kamar mandinya aneh! Luas banget dan banyak kacanya. Mengerikan. Mana bathtub lagi. Untungnya airnya hangat tapi lama kelamaan malah jadi air panas, eh bukan, air mendidih. Kabar bagusnya, kami tidak perlu menghabiskan waktu berlama-lama di kamar mandi.
Sarapannya cool! Makanannya cukup membuat takjub. Kami makan roti yang besar tapi gak ada isinya. Lumayan enak sih. Ada juga sosis dan daging yang dipanggang. Terus pake nasi kuning tapi yang gak ada lengkuasnya, rasanya agak hambar. Setelah sarapan, kami menunggu bus hotel untuk pergi ke Balad. Katanya, di sana adalah pusat pertokoan di Jeddah. Kalau mau diibaratkan sih mungkin seperti Mall hanya saja tidak terlalu mewah. Jadi kami berbelanja deh walaupun kami hanya mengunjungi satu toko saja tapi itu cukup melelahkan.
Ba’da dhuhur kami berangkat ke Makkah. Dari Jeddah kami sudah berpakaian ihram. Kami sudah siap menyambut panggilan-Mu Ya Allah. Kami tiba kira-kira pukul 17.30 waktu Makkah. Kota Makkah itu luar biasa. Tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Banyak-banyak-banyak-banyak-banyak sekali yang berbeda dari Makassar. Bahkan banyaknya debu yang beterbangan lantaran sedang ada perluasan Masjidil Haram, itu tidak bisa menutupi pesona kota Makkah.
Ngomong-ngomong, mandi di kota Makkah lebih dahsyat lagi. Airnya semakin lama semakin panas dan bikin kulit melepuh loh. Memang, udara di kota Makkah ini cukup mengherankan. Kalau pagi, panas banget tiada taranya tetapi kalau malam asli sedingin es. Makanya, aku yang sebelumnya tidak pernah memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan dandan kepaksa harus melakukan perawatan diri secara teratur dan berkesinambungan. Mulai dari pakai lipgloss, handbody, dan pelembab muka. Kalau tidak begitu, bibir akan pecah-pecah plus memerah, kulit akan kering, dan rasanya perih sekali.
Setelah beres-beres di hotel “Hilton Tower” Makkah.Sesegera mungkin, kami bersiap untuk menuju ke Masjidil Haram. Menuju Ka’bah, qiblat umat Islam yang selama ini hanya pernah saya lihat melalui gambar. Masya Allah… kata-kata luar biasa tidak cukup pantas untuk melukiskan Ka’bah dan Masjidil Haram. Suasananya sangat teduh. Yang terdengar di sana, hanyalah nama Allah saja. Sangat dahsyat merasuk ke hati. Jika sudah masuk ke dalam, tidak ada niat sama sekali untuk ke luar.
Selanjutnya kami melaksanakan ibadah umrah sampai tengah malam. Asli ibadah umrah sangat memerlukan kekuatan fisik. Orang Indonesia di sana layaknya anak kecil karena postur tubuh yang mungil. Jadi beberapa kali saya terjepit dan terdorong baik waktu shalat, thawaf, sa’i, maupun waktu saya hanya berdiam untuk berdoa. Segala yang saya lakukan tidak boleh meleng karena bisa saja saya terinjak dan berujung pada kematian. Namun, sungguh saya sangat menginginkan bisa menghembuskan napas terakhir di sana. Bisa dishalatkan dan dimakamkan di sana. Saya pikir, itu lebih baik dari saya mendapatkan semua yang saya inginkan di Makassar. Kira-kira pukul 02.00 waktu Makkah kami kembali ke hotel untuk istirahat.
HARI KE- 3 / SENIN 16 JUNI 2008
Hari ini kami terkapar. Saking capeknya, kami hanya bisa shalat Subuh di hotel saja. Lalu selanjutnya kami memperbanyak ibadah di Masjidil Haram. Saya banyak bertemu dengan akhwat di sana. Walau kadang hanya bisa senyum-senyum karena tidak bisa mengerti bahasa satu sama lain. Yang saya lakukan di sana yaitu, baca Al-qur’an, berdzikir, memperbanyak doa, minum air zam-zam, kenalan sama akhwat pake bahasa Inggris dan tidur. Kalo soal foto-foto, itu tidak bisa dilakukan di dalam Masjidil Haram. Sebelum kami masuk, kami dirazia secermat mungkin bahkan sampai menyentuh bagian tubuh khusus wanita loh. Itu lantaran banyak orang yang sering menyembunyikan kamera sih. Awalnya agak risih, tapi ya memang harus begitu.
HARI KE- 4 / SELASA 17 JUNI 2008
Selanjutnya ziarah! Kami mengelilingi kota Makkah Al Mukarramah. Melihat Jabal Tsur yaitu bukit saat Rasulullah SAW dan Abu Bakar As-Siddiq berdiam diri di sana, Jabal Rahmah yaitu konon tempat bertemunya nabi Adam ‘Alaihissalam dengan hawa, Mina, Musdalifah, dan Arafah yang merupakan tempat-tempat bagi orang yang berhaji, dan Masjid Ji’ranah yaitu masjid yang dibangun oleh raja untuk putrinya.
Selanjutnya kami bermiqat lagi di masjid Ji’ranah dan kembali ke Masjidil Haram untuk melakukan ibadah umrah lagi. Sekali lagi saya akan berjuang untuk mendapat ridho Allah SWT.
HARI KE- 5 / RABU 18 JUNI 2008
Hari ini adalah hari terakhir kami di Makkah. Rasanya sedih sekali harus meninggalkan Makkah. Setelah thawaf untuk yang terakhir kalinya, pukul 15.00 waktu Makkah kami berangkat menuju kota Madinah Al Munawwarah.
Kami tiba di Madinah sudah hampir shalat Isya. Kota Madinah adalah kota yang menawan. Namun, kalau disuruh memilih, saya lebih suka berada di Makkah. Meski begitu, itu tidak mengurangi rasa kagumku pada kota yang terkenal dengan kota Rasulullah SAW ini. Kami pun makan malam dan istirahat di Hotel “Moven Pick” Madinah. Hotelnya tak kalah mewah dengan hotel di Jeddah dan di Makkah.
HARI KE- 6 / KAMIS 19 JUNI 2008
Kami ke masjid Nabawi dan ke Raodah. Seperti halnya di Makkah, kalau mau masuk masjid, harus digeledah dulu. Di masjid Nabawi, kalau kita kehilangan sandal atau sepatu, akan digantikan dengan sandal jepit yang baru dengan meminta kepada petugas yang bersangkutan. Tanteku pernah kehilangan sandalnya. Lucunya, sandal yang diberikan hanya memiliki satu ukuran, yakni ukuran kaki laki-laki dewasa.
Nah, tentang Raodah yang biasa dikenal dengan taman syurga. Di sana adalah tempat yang mustajab untuk berdoa. Sayangnya waktu untuk akhwat terbatas. Hanya ketika pukul 07.00 – 10.00 dan 21.00 – 24.00 waktu Madinah. Selain waktu itu, laki-laki bebas ke sana. Terus, kalau mau beribadah di raodah juga diatur oleh laskar akhwatnya. Dibuat secara bergiliran. Jadi, orang Indonesia dengan orang Indonesia, orang Turki dengan orang Turki, orang Arab dengan orang Arab, begitu seterusnya. Syukurlah ada pembagian seperti itu. Kalau tidak, orang Indonesia tidak akan pernah bisa sampai ke Raodah lantaran kalah berebut tempat dengan muslimah bertubuh tinggi besar dari negara lain.
HARI KE- 7 / JUMAT 20 JUNI 2008
Waktunya ziarah! Kami mengelilingi kota Madinah. Ke masjid Quba yakni salah satu masjid yang utama untuk dikunjungi, Jabal Uhud yakni tempat terjadinya perang Uhud, masjid Qiblatain yakni masjid tempat berubahnya arah kiblat dan ke pasar Kurma.
Malamnya kami ke Raodah lagi dan kami juga berpamitan pada Rasulullah SAW karena besok kami akan pulang. Rasanya sedih sekali. Namun, benar-benar sudah tidak bisa tidak kembali ke Indonesia. Maunya sih, tinggal di sini saja selamanya.
Aku lupa bilang, wanita tidak bisa berziarah langsung ke makam Rasulullah SAW dan kedua sahabatnya, Abu Bakar As-Siddiq dan Umar bin Khattab. Melihatnya pun kami tidak bisa. Yang bisa dilakukan hanyalah berdiri di depan tembok tempat makam tersebut dan memberi salam dalam hati. Perempuan juga tidak boleh pergi ke makam Baqi, yaitu pemakaman umat muslim yang gugur dalam medan peperangan. Itu semua hanya bisa dikunjungi oleh para lelaki. Awalnya, aku pikir itu curang, tapi begitu lebih baik karena ada kemungkinan perempuan akan menangis histeris nantinya.
HARI KE- 8 / SABTU 21 JUNI 2008
Kira-kira pukul 08.00 waktu Madinah kami kembali ke Jeddah. Siangnya kami shalat di Masjid terapung Jeddah dan makan siang di tepi Laut Merah. Pemandangan yang indah sekali.
Pukul 15.00 waktu Jeddah kami tiba di Airport King Abdul Aziz. Kami harus menunggu lagi karena pesawat boarding pukul 19.00 waktu Jeddah. Menunggu memang pekerjaan yang paling mudah tapi sungguh sangat menyengsarakan.
HARI KE- 9 / AHAD 22 JUNI 2008
Seperti yang saya katakan di atas. Kalau di pesawat, yang bisa dilakukan hanyalah berdzikir, makan, tidur, dan buang air kecil. Walaupun begitu, hal tersebut tetap menyenangkan.
Pukul 09.45 WIB kami tiba di bandara Soekarno Hatta Jakarta. Lalu pukul 12.50 WIB kami berangkat menuju kota halaman kami, Makassar.
Pukul 16.00 WITA kami tiba di Makassar. Setelah mengurus barang bagasi dan lain-lain. Kupikir kami akan langsung pulang ke rumah tapi ternyata singgah dulu di rumah nenek.
Akhirnya pukul 18.45 WITA kami sudah benar-benar pulang di rumah. Saya pun sudah kembali ke kamar yang sangat kusayangi.
Tadinya saya pikir akan bisa tidur dengan lelap. Hey, ini sudah pukul 01.00 WITA tapi mata ini belum terpejam. Oh, tidak! Sekarang masih pukul 20.00 di Makkah.
HARI KE- 10 / SENIN 23 JUNI 2008
Saya berusaha memulihkan tenaga dan pikiran. Lalu esok hari, saya akan bertempur di dunia kampus lagi...