Aku tak habis pikir, kok bisa segitu sulitnya mencari toilet bersih di kampus yang bergengsi ini. Aku mengerutkan dahi, berpikir keras. Ada satu toilet di lantai IV yang cukup bisa dipakai tapi di sana ada petugas laki-laki yang rada suka marah-marah, belum lagi jarak tempuhnya jauh, dan terakhir kali aku ke sana, toilet itu sedang direparasi.
Harap-harap cemas, akhirnya aku tiba jua di depan toilet itu. Wah, gak nyangka toiletnya jadi mirip-mirip toilet elit di hotel terkenal. Ketika aku masuk, beberapa perempuan keluar dan seorang lagi masih becermin. Di dalam toilet itu terdapat empat kloset yang masih kosong. Rupanya aku beruntung karena tak perlu mengantri lagi. Setelah meletakkan tas, aku lekas masuk ke dalam kloset yang paling ujung.
Ketika aku keluar, perempuan yang tadi becermin sudah tidak ada dan pintu toilet tetap terbuka. Serta merta aku menutup pintu tersebut dan merapikan diriku di depan cermin. Terdengar beberapa kali bunyi knop pintu toilet yang ditekan untuk membuka pintu tersebut. Sayangnya, tak seorang pun yang masuk ke mari. Beberapa suara riuh di luar toilet membuatku semakin penasaran. Ada apa sebenarnya?
Aku terkunci! Terkunci sendirian di dalam toilet ini. Astaghfirullah. Pantas saja pintu toiletnya selalu dibiarkan terbuka. Pasalnya ketika pintu toilet itu tertutup maka tak kan bisa terbuka lagi. Mata pintu toilet tersebut tak bergeming saat gagang pintunya digerak-gerakkan. Urat-urat panik mulai menjalariku. Aku harus memberi tahu seseorang kalau aku berada di sini.
“Huahahaha.. Kenapa bisa kau terkunci di sana? Saya ke sana sekarang. Tunggu ma” masih terdengar tawa sahabatku, Riani, dari ujung saluran telepon sebelum dia menutupnya. Aku mendengus kesal, sempat-sempatnya Riani tertawa. Ups, sabar Aya...sabar. Aku membatin, menyadari saat ini aku sedang berpuasa di bulan Ramadhan yang penuh Kemuliaan ini.
Duk! Duk! Duk! Aku terlonjak kaget mendengar ketukan bertubi-tubi di pintu toilet. Astaghfirullah. Seorang petugas toilet berteriak dari balik pintu, “Ada orang di dalam?” Aku membalas dengan suara bergetar, “Iya, ada orang”. Seorang petugas yang lain mengintip dari balik jendela, memastikan bahwa benar-benar ada orang yang terkurung di dalam toilet.
“Aya, kau ada di dalam?” aku lega mendengar Riani meneriakkan namaku. Itu berarti Riani sudah berada di luar toilet. Aku bisa merasakan betapa kasak-kusuknya orang di luar sana. Astaghfirullah. Tiga, empat, atau lima orang laki-laki berteriak satu sama lain mencari cara bagaimana membuka pintu tersebut. Seseorang ingin mendobraknya tetapi tidak disetujui oleh yang lain. Menit demi menit berlalu, suara orang-orang di luar sana mulai terdengar ketus dan kesal. Astaghfirullah… aku melantunkannya di dalam hati dengan lebih khusyuk lagi.
Seorang petugas bertubuh mungil mencoba masuk lewat balik jendela tapi tak berhasil. Akhirnya petugas tersebut masuk ke dalam toilet lewat lubang angin di atas pintu toilet. Dia pun mencoba membuka pintu dari dalam. Aku tahu dia bermaksud menolong tapi kecemasanku memuncak. Apalagi setelah usaha pembukaan pintunya gagal dan dia berkata padaku, “Tidak bisa mi terbuka ini. Kita bermalam saja di sini”. Astaghfirullah.. Aku tidak mampu merespon kata-katanya. Aku terlalu takut memikirkannya. Kemudian aku kembali menyibukkan lisan dengan memohon ampunan kepadaNya, berharap agar aku bisa segera keluar dari masalah ini.
Selang beberapa menit akhirnya mereka berhasil membobol pintu tanpa harus menghancurkannya. Jangan tanya bagaimana caranya. Saat itu yang kuingat hanyalah ucapan terima kasih yang kulontarkan pada orang-orang yang menolongku. Selama ini memang petugas-petugas itu tampak tidak ramah tetapi aku tahu terdapat kebaikan di hati mereka. Ketika langkahku telah berada di luar toilet—aku berpikir—seburuk apapun kejadian yang menimpa anak Adam, selalu terdapat hikmah di dalamnya. Aku sadar, seseorang dinilai bukan dari penampilan atau raut wajahnya melainkan dari tutur hatinya.
Entah saya mau ketawa atau merasa kasihan...
ReplyDeletetapi memang merngerikan kalau terkunci didalam toilet...
hihihiihihiih!!!
hihihiih saya pernah lho mengalaminya, tapi untungnya bukan di toilet umum, tapi justru di kamar mandi rumah sendiri \dan akhirnya ya terpaksalah itu molos lewat kotak kecil dibawah pintu tuh ... keringat dinginlah tentu, namanya sendiri saja di rumah hiihih ...
ReplyDeleteeh ini postingan lama, tak apa ya dikomenin tetep hehehe
@nicamperenique di rumah sendiri :o
ReplyDeleteahahaha, rekor baru tuh mbak nique~ buh- lewat kotak kecil di bawah pintu(?) super sekali kisahnya, mbak!
masyaAllah untuk bisa keluar ya~
iya tak apa mbak :)