Bismillah
KKN ~ Kuliah Kerja Nyata
Seumur-umur baru kali itu aku tinggal di rumah orang lain, di daerah pula, dalam jangka waktu yang sangat lama. Seharusnya waktu yang ditargetkan untuk menetap di sana adalah 2 (dua) bulan. Namun sayangnya aku hanya mampu 1 (satu) bulan saja. Sisa 1 (satu) bulannya harus rela aku berikan untuk hari-hari penyembuhan dan perawatanku baik di rumah maupun di rumah sakit yang ceria karena ternyata ketika aku kembali ke home sweet home pas 1 (satu) bulan itu, tiba-tiba aku tumbang.
Daerah yang kuperoleh berjarak 120 KM dari tempat tinggalku. Itu berarti ini termasuk daerah safar (bepergian jauh). Hukum safar sendirian bagi seorang wanita jelas diharamkan. Aku berpikir keras bagaimana supaya bisa mendapatkan perjalanan yang dirahmati Allah Ta'ala. Bagaimana tidak, aku harus tinggal di daerah orang selama 2 (dua) bulan dan aku memulainya dengan sesuatu yang dimurkai Allah Ta'ala? Tidak.. Tidak.. Tidak.. Keinginan yang kuat dan usaha yang penuh perhitungan sudah aku jalankan. Akhirnya Alhamdulillah, orang tua mengizinkan adik laki-laki yang berumur 1 tahun di bawahku mau mengantarku menggunakan mobil pribadinya. Eh, pihak kampus? Ya, MasyaALLAH tidak masalah sama sekali.
Hari-hari KKN sangat keras bagiku. Apalagi jumlah perempuan hanya 2 orang termasuk aku. Dan lagi aku harus tinggal bersama laki-laki sebanyak 9 orang. Belum terhitung tuan rumah yang kami tinggali rumahnya beserta istri dan anaknya sebanyak 4 orang. Huftt, kalau bukan karena pertolongan Allah, aku tidak akan menjadi aku lagi saat ini.
Hari-hari KKN mengajariku bagaimana harus memasak makanan, membersihkan rumah, pergi berkebun, memanen hasil kebun, bermain bahkan hanyut di sungai (haha), tiada hari tanpa silaturahmi ke rumah tetangga, pergi ke puncak gunung, naik delman, berbelanja di pasar, jalan kaki di bebatuan, terpeleset di area perkebunan, mengajar anak SD, memahami orang lain, mencari solusi dari pertengkaran, dan menjadi dewasa. Cukup mengesankan, huh? Hehehe
Sejujurnya kondisiku di sana tidak terlalu baik, dalam artian banyak penyakit yang kuderita karena kesulitan adaptasi. Apalagi imun tubuhku sangat lemah. Pekan pertama aku kena diare, pulang balik kamar mandi, perut tak henti-hentinya berkontraksi. Pekan kedua aku kena penyakit kulit, gatal-gatal, ada benjolan merah kecil-kecil yang sangat gatal. Awalnya aku pikir itu karena kutu tapi ternyata itu karena kondisi air yang dipakai sehari-hari, ya itu air sungai. Pekan ketiga aku kena sakit mata. Awalnya mata sebelah kiriku yang merah darah kemudian sembuh lalu mata sebelah kananku lagi yang merah darah. Sampai aku kembali ke home sweet home, mata kananku tidak pulih-pulih padahal sudah diberi obat sakit mata. Tak tahunya itu bukan sakit mata melainkan pendarahan dalam. Entah di suatu tempat aku terbentur keras sehingga menimbulkan pendarahan dalam. Kemungkinan besar waktu aku terhanyut di sungai. Pekan ke empat aku tumbang kelelahan.
Lalu akhirnya aku pulang ke rumah untuk temu kangen dengan papa mama dan saudara-saudaraku. Namun sayangnya aku drop dan dokter mendiagnosis aku terkena maag akut, gejala tipes, dan gejala liver. Hari-hari selama 1 bulan berikutnya kulewati dengan kondisi antara hidup dan mati. Benar-benar nikmat kesehatan itu hanya bisa dirasakan ketika kita menderita sakit.
Yahhh... KKN yang penuh derita dari sudut pandang papa dan mamaku. Sejujurnya aku sendiri sangat menyedihkan kisah ini walau banyak hikmah yang bisa aku raih karenanya. Betapa tidak, masa sakitku itu adalah masa-masa Ramadhan. Masa-masa yang tidak sembarang orang bisa menjumpai bulan ampunan nan penuh rahmat itu. Namun, aku merasa ketidakberdayaan yang mendalam karena kualitas diriku waktu itu sangat mundur dibandingkan dengan tahun lalu. Aku bahkan tidak berpuasa selama 21 hari. Bukan jumlah yang biasa bukan? Namun, dipikir berapa kalipun tak akan menyelesaikan apa-apa. Yang aku tahu adalah aku yakin bahwa semua terjadi untuk yang terbaik. Dan ternyata dengan itu, semua masalah bisa selesai.
KKN ~ Kuliah Kerja Nyata
Seumur-umur baru kali itu aku tinggal di rumah orang lain, di daerah pula, dalam jangka waktu yang sangat lama. Seharusnya waktu yang ditargetkan untuk menetap di sana adalah 2 (dua) bulan. Namun sayangnya aku hanya mampu 1 (satu) bulan saja. Sisa 1 (satu) bulannya harus rela aku berikan untuk hari-hari penyembuhan dan perawatanku baik di rumah maupun di rumah sakit yang ceria karena ternyata ketika aku kembali ke home sweet home pas 1 (satu) bulan itu, tiba-tiba aku tumbang.
Daerah yang kuperoleh berjarak 120 KM dari tempat tinggalku. Itu berarti ini termasuk daerah safar (bepergian jauh). Hukum safar sendirian bagi seorang wanita jelas diharamkan. Aku berpikir keras bagaimana supaya bisa mendapatkan perjalanan yang dirahmati Allah Ta'ala. Bagaimana tidak, aku harus tinggal di daerah orang selama 2 (dua) bulan dan aku memulainya dengan sesuatu yang dimurkai Allah Ta'ala? Tidak.. Tidak.. Tidak.. Keinginan yang kuat dan usaha yang penuh perhitungan sudah aku jalankan. Akhirnya Alhamdulillah, orang tua mengizinkan adik laki-laki yang berumur 1 tahun di bawahku mau mengantarku menggunakan mobil pribadinya. Eh, pihak kampus? Ya, MasyaALLAH tidak masalah sama sekali.
Hari-hari KKN sangat keras bagiku. Apalagi jumlah perempuan hanya 2 orang termasuk aku. Dan lagi aku harus tinggal bersama laki-laki sebanyak 9 orang. Belum terhitung tuan rumah yang kami tinggali rumahnya beserta istri dan anaknya sebanyak 4 orang. Huftt, kalau bukan karena pertolongan Allah, aku tidak akan menjadi aku lagi saat ini.
Hari-hari KKN mengajariku bagaimana harus memasak makanan, membersihkan rumah, pergi berkebun, memanen hasil kebun, bermain bahkan hanyut di sungai (haha), tiada hari tanpa silaturahmi ke rumah tetangga, pergi ke puncak gunung, naik delman, berbelanja di pasar, jalan kaki di bebatuan, terpeleset di area perkebunan, mengajar anak SD, memahami orang lain, mencari solusi dari pertengkaran, dan menjadi dewasa. Cukup mengesankan, huh? Hehehe
Sejujurnya kondisiku di sana tidak terlalu baik, dalam artian banyak penyakit yang kuderita karena kesulitan adaptasi. Apalagi imun tubuhku sangat lemah. Pekan pertama aku kena diare, pulang balik kamar mandi, perut tak henti-hentinya berkontraksi. Pekan kedua aku kena penyakit kulit, gatal-gatal, ada benjolan merah kecil-kecil yang sangat gatal. Awalnya aku pikir itu karena kutu tapi ternyata itu karena kondisi air yang dipakai sehari-hari, ya itu air sungai. Pekan ketiga aku kena sakit mata. Awalnya mata sebelah kiriku yang merah darah kemudian sembuh lalu mata sebelah kananku lagi yang merah darah. Sampai aku kembali ke home sweet home, mata kananku tidak pulih-pulih padahal sudah diberi obat sakit mata. Tak tahunya itu bukan sakit mata melainkan pendarahan dalam. Entah di suatu tempat aku terbentur keras sehingga menimbulkan pendarahan dalam. Kemungkinan besar waktu aku terhanyut di sungai. Pekan ke empat aku tumbang kelelahan.
Lalu akhirnya aku pulang ke rumah untuk temu kangen dengan papa mama dan saudara-saudaraku. Namun sayangnya aku drop dan dokter mendiagnosis aku terkena maag akut, gejala tipes, dan gejala liver. Hari-hari selama 1 bulan berikutnya kulewati dengan kondisi antara hidup dan mati. Benar-benar nikmat kesehatan itu hanya bisa dirasakan ketika kita menderita sakit.
Yahhh... KKN yang penuh derita dari sudut pandang papa dan mamaku. Sejujurnya aku sendiri sangat menyedihkan kisah ini walau banyak hikmah yang bisa aku raih karenanya. Betapa tidak, masa sakitku itu adalah masa-masa Ramadhan. Masa-masa yang tidak sembarang orang bisa menjumpai bulan ampunan nan penuh rahmat itu. Namun, aku merasa ketidakberdayaan yang mendalam karena kualitas diriku waktu itu sangat mundur dibandingkan dengan tahun lalu. Aku bahkan tidak berpuasa selama 21 hari. Bukan jumlah yang biasa bukan? Namun, dipikir berapa kalipun tak akan menyelesaikan apa-apa. Yang aku tahu adalah aku yakin bahwa semua terjadi untuk yang terbaik. Dan ternyata dengan itu, semua masalah bisa selesai.
du kasian sangat
ReplyDelete@THE HACKER (-_-") hiks.. kehidupan yang keras~ ^^ tapi tetap ada hal yang menyenangkannya kok :D
ReplyDelete