Bismillaahirrahmaanirrahiim
Cahaya lampu dari mobil Honda CR-V itu masih setia berpendar di belakang kami. Guyuran hujan tak sedikit pun mengalihkan perhatianku padanya. Seraya memicingkan mata, aku berusaha melihat penghuni mobil berwarna putih tulang itu. Aku mengerutkan kening lalu berbisik pada Ulfa, "Hey, katakan kalau aku sedang bermimpi. Bukankah dari tadi mobil itu membuntuti kita?"
Ulfa terhenyak, "Er-rr, itu bukan mimpi, Kak Maya. Sedari tadi, hal itu juga mengganggu pikiranku. Ada apa gerangan dengan mobil itu? Tunggu, jangan-jangan itu fans yang tengah mengincar cinta salah seorang dari kita?"
Raut cemas bermunculan, aku dan Ulfa bertatapan. Lalu tawa pun meledak. Belum sempat aku mengucap sepatah kata, Kak Hera memelototi kami. Dia berkata, "Ya, kalian berdua sedang bermimpi! Jadi tolong tenang sedikit, aku tidak bisa tidur."
Tawa lebih keras dari aku dan Ulfa pun membahana dalam mobil Avanza yang dikemudikan oleh om Kabil (adiknya mama, red). Di samping om Kabil, ada kak Indra (suami kak Hera, red). Di tengah-tengah mobil, duduk dato Kembang dan kak Hera. Sedang di bangku belakang, aku dan Ulfa berkutat memandangi mobil rombongan kedua yang dikemudikan oleh Yudi. Dalam mobil Honda CR-V itu ada mama, dato nurung dan etta nenek. Kami dalam perjalanan pulang kampung ke kabupaten Bone, sekitar 190 kilometer dari kota Makassar. Kampung yang sudah 15 tahun tidak aku datangi. Kampung yang ditinggali keluarga besar dari pihak mama. Kampung yang membuat bulu kudukku bergidik karena memiliki kisah yang tidak biasa.
Masih ada waktu tiga jam sampai kami tiba di kabupaten Bone. Dibanding tidur, lebih baik aku berbagi cerita kepadamu. Boleh kan? Jujur saja, aku tidak pernah menulis kisah yang membuatku tidak bisa tidur. Apalagi memajang kisah seram tersebut di Kemilau Cahaya Emas. Namun kali ini berbeda. Selain untuk mengasah kemampuanku, tulisan ini untuk event yang diadakan oleh Penghuni 60. Jadi dengarkanlah kisahku baik-baik.
Waktu itu, sepulang dari kampus, aku menemukan Ulfa yang terkapar di tempat tidur. Tergesa-gesa aku meraihnya, "Ulfa, ada apa denganmu? Apa yang sakit?"
Tak ada jawaban, Ulfa hanya merintih dan memegang perutnya. Aku lekas memanggil mama. Dan tak selang beberapa lama berikutnya, mama membawa Ulfa ke rumah sakit. Aku pun menunggu di rumah dengan perasaan yang tidak menentu. Tidak biasanya Ulfa merasakan sakit perut sampai membuatnya lemah lagi tak berdaya. Sebenarnya apa yang terjadi?
"Tidak terjadi apapun ..." aku menautkan alis lalu Ulfa melanjutkan kalimatnya, "Dokter tidak bisa mendiagnosis penyakitku. Katanya perutku baik-baik saja. Namun tetap saja, aku merasa seperti ada sesuatu yang berputar-putar dalam perutku."
Hah? Aku melongo mendengar penjelasan itu. Ulfa mengangkat bahu. Kami berdua pun diam dalam senyap. Perihal sakit yang tak terdeteksi secara medis itu tak pernah kami bahas lagi. Sampai beberapa hari kemudian, aku menemukan Ulfa yang merintih sakit perut padahal dia tidak sedang datang bulan. Kebingungan memaksa masuk ke dalam otakku. Tak terpikirkan hal lain, aku hanya memberikan obat pereda maag padanya.
Esoknya, lagi-lagi Ulfa mengadu pada mama tentang keanehan yang dialami perutnya. Aku bahkan bertanya-tanya memangnya sesakit apa rasa sakit itu. Ulfa bercerita, "Entah kenapa, seakan ada sesuatu yang lain pada perutku. Bahkan aku malah merasa itu bukan rasa sakit. Tiba-tiba saja aku merasakan rindu."
Refleks aku mengetuk kepala Ulfa dengan gusar. Dia mengerang pelan, "Apa sih Kak Maya?" Aku membalas dengan tak kalah sewot, "Habisnya kau mengatakan hal yang aneh, tahu!"
"Ulfa, Maya, berhenti! Bukankah selalu ada penjelasan tidak masuk akal untuk setiap kejadian? Sebenarnya Mama pun pernah mengalami apa yang Ulfa alami sekarang. Dan itu karena ..." suara mama terputus saat handphone mama berbunyi. Oh, rupanya papa menelpon.
Walau masih penasaran dengan apa yang akan dikatakan mama, akhirnya aku tetap meninggalkan ruang makan lalu masuk ke kamar. Aku termenung, memang benar kadang kala ada kejadian dengan alasan tak rasional. Bahkan tak jarang ada kejadian yang tak memerlukan alasan. Hanya saja, perlu hati yang lapang dan pikiran yang jernih untuk bisa menerima kejadian itu. Toh suatu saat, alasan yang rasional dan masuk akal itu akan muncul dengan sendirinya. Bukankah begitu?
Ulfa masuk ke kamar dengan muka pucat. Dia bergetar, "Kak Maya, siap mendengar alasan dari segala keanehan yang kurasakan dalam perut?"
Perlahan aku mengangguk, perasaanku tidak enak. Terbata-bata, Ulfa menjelaskan "Tiga puluh tahun yang lalu, Mama pun mengalami sakit perut yang tak bisa didiagnosis oleh dokter. Ketika membahasnya dengan para orang tua, muncullah sebuah kesimpulan. Bahwa yang ada di dalam perut tersebut adalah ..." Ulfa menelan ludah, "... adalah nenek."
Mataku terbelalak dan napasku tercekat. Ketakutan, Ulfa mengulangi kalimatnya, "Yang ada di dalam perutku adalah nenek buyut yang sudah meninggal dunia."
Aku meremas lengan Ulfa dengan kuat. Ya Allah, cerita macam apa ini? Tiba-tiba rasa dingin menyapu tengkukku. Aku bergidik, apa kau tahu kenapa kau merasa takut ketika sendirian? Apa kau tahu kenapa tiba-tiba udara di sekitarmu menjadi dingin? Apa kau tahu kenapa bulu kudukmu berdiri tegak secara spontan? Itu karena kau menyadari kehadiran makhluk gaib di sampingmu, makhluk tak kasatmata yang unsur penciptaannya sama sekali berbeda dengan manusia. Aku berbisik, "Ulfa, kau membuatku takut."
Ulfa meringis, "Apa Kak Maya pikir aku tidak takut?" Cepat-cepat, aku mengelus kepalanya. Ulfa sesenggukan. Aku berkata lembut, "Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Bukankah kau bilang rasanya seperti rindu? Kemungkinan itu adalah pesan cinta dari para leluhur kita."
"Bentuk cinta dari orang yang sudah meninggal?" tanya Ulfa. Aku mengiyakan, "Anggap saja seperti itu. Jangan lupa mengirimkan doa untuk mereka."
Saat ini Kak Hera menaburkan bunga pada kuburan nenek buyut, Hj. Andi Kabe Petta Kanang. Di sampingnya, berdiri kak Indra yang memayunginya. Aku, Ulfa dan Yudi mendengarkan mama yang mencoba menjelaskan silsilah keluarga kami. Tepat 50 meter dari rumah kami di kabupaten Bone, terdapat pekuburan keluarga. Di sanalah para leluhur kami dikuburkan.
Aku memandang kuburan yang berjejer di hadapanku. Tak lama kemudian, mama duduk di depan kuburan dan mengucap doa dengan khusyuk. Aku pun mengikuti dari belakang.
Mungkin sakit perut itu pertanda bahwa kami tidak boleh melupakan orang yang sudah meninggal dunia. Toh di antara kebaikan yang bermanfaat untuk mayit muslim setelah ia meninggal dunia adalah do’a tulus yang diberikan oleh orang yang masih hidup. Do’a tersebut mencakup do’a rahmat, ampunan, meraih surga, selamat dari siksa neraka dan berbagai do’a kebaikan lainnya.
Aku mengalihkan mata, membuat pandanganku bertumbukan dengan Ulfa. Dia tersenyum pelan. Aku membalasnya dengan senyum yang tak kalah pelan. Dalam hati aku berucap, "Nenek, kami datang. Maaf sudah menunggu. Kami tidak akan pernah melupakan hikmah dari kejadian ini, selamanya."
Ulfa terhenyak, "Er-rr, itu bukan mimpi, Kak Maya. Sedari tadi, hal itu juga mengganggu pikiranku. Ada apa gerangan dengan mobil itu? Tunggu, jangan-jangan itu fans yang tengah mengincar cinta salah seorang dari kita?"
Raut cemas bermunculan, aku dan Ulfa bertatapan. Lalu tawa pun meledak. Belum sempat aku mengucap sepatah kata, Kak Hera memelototi kami. Dia berkata, "Ya, kalian berdua sedang bermimpi! Jadi tolong tenang sedikit, aku tidak bisa tidur."
Tawa lebih keras dari aku dan Ulfa pun membahana dalam mobil Avanza yang dikemudikan oleh om Kabil (adiknya mama, red). Di samping om Kabil, ada kak Indra (suami kak Hera, red). Di tengah-tengah mobil, duduk dato Kembang dan kak Hera. Sedang di bangku belakang, aku dan Ulfa berkutat memandangi mobil rombongan kedua yang dikemudikan oleh Yudi. Dalam mobil Honda CR-V itu ada mama, dato nurung dan etta nenek. Kami dalam perjalanan pulang kampung ke kabupaten Bone, sekitar 190 kilometer dari kota Makassar. Kampung yang sudah 15 tahun tidak aku datangi. Kampung yang ditinggali keluarga besar dari pihak mama. Kampung yang membuat bulu kudukku bergidik karena memiliki kisah yang tidak biasa.
Masih ada waktu tiga jam sampai kami tiba di kabupaten Bone. Dibanding tidur, lebih baik aku berbagi cerita kepadamu. Boleh kan? Jujur saja, aku tidak pernah menulis kisah yang membuatku tidak bisa tidur. Apalagi memajang kisah seram tersebut di Kemilau Cahaya Emas. Namun kali ini berbeda. Selain untuk mengasah kemampuanku, tulisan ini untuk event yang diadakan oleh Penghuni 60. Jadi dengarkanlah kisahku baik-baik.
(/_\)
Waktu itu, sepulang dari kampus, aku menemukan Ulfa yang terkapar di tempat tidur. Tergesa-gesa aku meraihnya, "Ulfa, ada apa denganmu? Apa yang sakit?"
Tak ada jawaban, Ulfa hanya merintih dan memegang perutnya. Aku lekas memanggil mama. Dan tak selang beberapa lama berikutnya, mama membawa Ulfa ke rumah sakit. Aku pun menunggu di rumah dengan perasaan yang tidak menentu. Tidak biasanya Ulfa merasakan sakit perut sampai membuatnya lemah lagi tak berdaya. Sebenarnya apa yang terjadi?
"Tidak terjadi apapun ..." aku menautkan alis lalu Ulfa melanjutkan kalimatnya, "Dokter tidak bisa mendiagnosis penyakitku. Katanya perutku baik-baik saja. Namun tetap saja, aku merasa seperti ada sesuatu yang berputar-putar dalam perutku."
Hah? Aku melongo mendengar penjelasan itu. Ulfa mengangkat bahu. Kami berdua pun diam dalam senyap. Perihal sakit yang tak terdeteksi secara medis itu tak pernah kami bahas lagi. Sampai beberapa hari kemudian, aku menemukan Ulfa yang merintih sakit perut padahal dia tidak sedang datang bulan. Kebingungan memaksa masuk ke dalam otakku. Tak terpikirkan hal lain, aku hanya memberikan obat pereda maag padanya.
Esoknya, lagi-lagi Ulfa mengadu pada mama tentang keanehan yang dialami perutnya. Aku bahkan bertanya-tanya memangnya sesakit apa rasa sakit itu. Ulfa bercerita, "Entah kenapa, seakan ada sesuatu yang lain pada perutku. Bahkan aku malah merasa itu bukan rasa sakit. Tiba-tiba saja aku merasakan rindu."
Refleks aku mengetuk kepala Ulfa dengan gusar. Dia mengerang pelan, "Apa sih Kak Maya?" Aku membalas dengan tak kalah sewot, "Habisnya kau mengatakan hal yang aneh, tahu!"
"Ulfa, Maya, berhenti! Bukankah selalu ada penjelasan tidak masuk akal untuk setiap kejadian? Sebenarnya Mama pun pernah mengalami apa yang Ulfa alami sekarang. Dan itu karena ..." suara mama terputus saat handphone mama berbunyi. Oh, rupanya papa menelpon.
Walau masih penasaran dengan apa yang akan dikatakan mama, akhirnya aku tetap meninggalkan ruang makan lalu masuk ke kamar. Aku termenung, memang benar kadang kala ada kejadian dengan alasan tak rasional. Bahkan tak jarang ada kejadian yang tak memerlukan alasan. Hanya saja, perlu hati yang lapang dan pikiran yang jernih untuk bisa menerima kejadian itu. Toh suatu saat, alasan yang rasional dan masuk akal itu akan muncul dengan sendirinya. Bukankah begitu?
Ulfa masuk ke kamar dengan muka pucat. Dia bergetar, "Kak Maya, siap mendengar alasan dari segala keanehan yang kurasakan dalam perut?"
Perlahan aku mengangguk, perasaanku tidak enak. Terbata-bata, Ulfa menjelaskan "Tiga puluh tahun yang lalu, Mama pun mengalami sakit perut yang tak bisa didiagnosis oleh dokter. Ketika membahasnya dengan para orang tua, muncullah sebuah kesimpulan. Bahwa yang ada di dalam perut tersebut adalah ..." Ulfa menelan ludah, "... adalah nenek."
Mataku terbelalak dan napasku tercekat. Ketakutan, Ulfa mengulangi kalimatnya, "Yang ada di dalam perutku adalah nenek buyut yang sudah meninggal dunia."
Aku meremas lengan Ulfa dengan kuat. Ya Allah, cerita macam apa ini? Tiba-tiba rasa dingin menyapu tengkukku. Aku bergidik, apa kau tahu kenapa kau merasa takut ketika sendirian? Apa kau tahu kenapa tiba-tiba udara di sekitarmu menjadi dingin? Apa kau tahu kenapa bulu kudukmu berdiri tegak secara spontan? Itu karena kau menyadari kehadiran makhluk gaib di sampingmu, makhluk tak kasatmata yang unsur penciptaannya sama sekali berbeda dengan manusia. Aku berbisik, "Ulfa, kau membuatku takut."
Ulfa meringis, "Apa Kak Maya pikir aku tidak takut?" Cepat-cepat, aku mengelus kepalanya. Ulfa sesenggukan. Aku berkata lembut, "Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Bukankah kau bilang rasanya seperti rindu? Kemungkinan itu adalah pesan cinta dari para leluhur kita."
"Bentuk cinta dari orang yang sudah meninggal?" tanya Ulfa. Aku mengiyakan, "Anggap saja seperti itu. Jangan lupa mengirimkan doa untuk mereka."
(/_\)
Saat ini Kak Hera menaburkan bunga pada kuburan nenek buyut, Hj. Andi Kabe Petta Kanang. Di sampingnya, berdiri kak Indra yang memayunginya. Aku, Ulfa dan Yudi mendengarkan mama yang mencoba menjelaskan silsilah keluarga kami. Tepat 50 meter dari rumah kami di kabupaten Bone, terdapat pekuburan keluarga. Di sanalah para leluhur kami dikuburkan.
Aku memandang kuburan yang berjejer di hadapanku. Tak lama kemudian, mama duduk di depan kuburan dan mengucap doa dengan khusyuk. Aku pun mengikuti dari belakang.
Mungkin sakit perut itu pertanda bahwa kami tidak boleh melupakan orang yang sudah meninggal dunia. Toh di antara kebaikan yang bermanfaat untuk mayit muslim setelah ia meninggal dunia adalah do’a tulus yang diberikan oleh orang yang masih hidup. Do’a tersebut mencakup do’a rahmat, ampunan, meraih surga, selamat dari siksa neraka dan berbagai do’a kebaikan lainnya.
“Jika seseorang meninggal dunia maka terputuslah amalannya
kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan,
atau do’a anak yang sholeh.” (HR. Muslim no. 1631)
Aku mengalihkan mata, membuat pandanganku bertumbukan dengan Ulfa. Dia tersenyum pelan. Aku membalasnya dengan senyum yang tak kalah pelan. Dalam hati aku berucap, "Nenek, kami datang. Maaf sudah menunggu. Kami tidak akan pernah melupakan hikmah dari kejadian ini, selamanya."
Tulisan ini diikutsertakan dalam 3 Years of Blogging Giveaway
yang diselenggarakan oleh Penghuni 60
hihiihih.. pertamanya... saiya yang coment..
ReplyDeletesemoga menang yaaa,, hehe
Termasuk kalau ketemu di mimpi, mungkin juga minta didoakan oleh kita ya..
ReplyDeleteeh masa, saya malah enggak tahu gituan
ReplyDeleteikutan givewaynya yah, semoga menang yah kak :)
suksesss GAnya,,, horor.. :)
ReplyDeleteSungguh alasan yang tidak masuk akal... tetapi kalau ditindaklanjuti dengan sikap positif seperti ziarah tadi, kayanya luar biasa... :)
ReplyDeletekurang serem ya hihi
ReplyDeletebagaimana pun mereka memang ada
sukses buat GAnya :D
ini calon juaranya di GA Bang Penghuni.
ReplyDeleteTulisan yang menarik sekali, saya yang membacanya sampai penasaran tentang 'sakit perut' itu eh ternyata eh ternyata .... :)
ReplyDeleteSalam...
sy baca malam-malam merinding may. ah ngagetin alasannya..
ReplyDeleteaku baru denger May tentang apa yg diucapkan oleh mamamu itu..
ReplyDeletekalo soal kehadiran org2 yg udh meninggal sih, emang terkadang mereka yg udh meninggal itu seringkali menjenguk kita loh...
makanya jgn sampe kita melupakan mereka begitu aja.. setidaknya kita bs mendo'akan mereka..
siiip bgt ceritanya!!!! Tp setelah itu Ulfa gak pa2 kan? :D
________________________________
"KAMU SUDAH TERDAFTAR MAY"
makasih atas partisipasinya..
^_^
seperti biasa tulisan yg bagus, semoga menang ya
ReplyDeleteHeu.. seru ceritanya., semoga sukses ya (^_^)/
ReplyDeleteBagaimanapun juga makhluk itu memang ada ya mbak, meskipun kadang2 sulit dipercaya :).
ReplyDeleteSaya juga pernah ngalami mimpi, perut saya dipegang almarhum nenek sambil bilang "perutmu ada isinya". Dan ternyata saya positif hamil.
Well, mendoakan leluhur kita, gak harus dateng ke pekuburannya jg kok. bisa dr dalam kamar kita. dr tempat yg paling rahasia. tapi, mendatangi kuburan itu, bisa mengingatkan kita akan kematian... semoga smua hikmah bisa kita telaah yah :-)
ReplyDeleteMayaaaaa, pelukpeluk,cium :)
ReplyDeleteIhhh ceritanya agak gimana gitu...
Sucses buat GAnya de, dan tentang permintaanmu untuk membuat endorsment buku terbarumu, mau, kapan, trus gimana cara?
Mbak Maya, testimoni saya tentang apa nanti materinya ya? saya antusias banget nih, hehe
ReplyDeletemana buku barumu may... cie...
ReplyDeletenenekmu horor... kalau di jawa... mereka biasanya muncul di mimpi kita... ga sampe masuk ke perut segala -__-
ReplyDeleteannesya.devania@gmail.com
ReplyDeletesenyum pelan ??? #penasaran ^-^
ReplyDeletenenek buyut?
ReplyDeleteapa itu benar kak?
aku juga pernah sakit perut tanpa sebab begitu..
Horor juga ceritanya...
ReplyDeleteMoga menang ya GA nya :)
sukses untuk GAnya ya May! horor tapi sering juga terjadi dalam kehidupan ini yaa?
ReplyDeleteSori Mbak Maya, belum sempet baca, ikut dukung aja semoga menang GA nya :)
ReplyDeleteCerita yang sangat bagus sobat
ReplyDeleteselamat dan sukses yah
ikut menyimak. Bagus juga ceritanya
ReplyDeleteIndah.
ReplyDeletewiih..... serem juga cerita ne.....
ReplyDeletetapi lucu juga, sy kira beneran sedang dibuntuti sama fans ato orang jahat.
ReplyDeleteeh, taunya mamanya. :-D lol
mm, memang bisa masuk ke perut gitu ya kak? bukan jin qarinnya gitu?
ReplyDelete