Bismillah
Setelah itu aku memperbaiki akhlakku, menutup pintu-pintu kemaksiatan dan melangkah rutin di majelis-majelis ilmu. Aku menggunakan Alqur'an yang dicetak oleh Kementerian Urusan Agama Islam, Wakaf, Da'wah dan Irsyad Kerajaan Saudi Arabia. Alqur'an dan terjemahnya dalam Bahasa Indonesia itu berukuran besar lagi berat dan berwarna cokelat tua. Biasanya aku menggunakan Alqur'an itu sebagai referensi berharga jika sedang menelaah buku islami. Ya, baru kali ini aku menggunakannya sebagai Alqur'an utama yang selalu kubawa kemana-mana, menggantikan Alqur'an mungilku yang terdahulu. Aku tidak mengeluh. Walau aku masih sangat merindu pada Alqur'an mungil itu yang asal muasalnya diberikan padaku sebagai hadiah karena menjadi peserta teraktif dalam kegiatan Studi Alqur'an Intensif, walau aku masih sangat merindu sehingga setiap ke toko buku aku selalu mencari-cari Alqur'an yang serupa dengan milikku dulu, aku tidak jua memutuskan untuk membeli yang baru.
Imam Syafi’i rahimahullah pernah berkata,
شَكَوْت إلَى وَكِيعٍ سُوءَ حِفْظِي فَأَرْشَدَنِي إلَى تَرْكِ الْمَعَاصِي وَأَخْبَرَنِي
بِأَنَّ الْعِلْمَ نُورٌ وَنُورُ اللَّهِ لَا يُهْدَى لِعَاصِي
بِأَنَّ الْعِلْمَ نُورٌ وَنُورُ اللَّهِ لَا يُهْدَى لِعَاصِي
“Aku pernah mengadukan kepada Waki’ tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau menunjukiku untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan padaku bahwa ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat.” (I’anatuth Tholibin, 2: 190).
..::: PUTRI CAHAYA :::..
Aku sedikit tidak percaya pada apa yang terjadi. Aku merogoh untuk kesekian kali tas di hadapanku. Mengerutkan dahi, berpikir seberapa banyak tempat yang tadi kukunjungi, berasumsi bisa saja aku menjatuhkannya. Tapi nihil, lelah mencari dan tidak jua aku menemukannya. Lambat laun aku mengedar pandangan di sekitarku. Aku berada jutaan mil dari kota tempat tinggalku. Berserah diri dan menghadap kepada Sang Pencipta di Baitullah yang agung. Tasbih, tahmid dan takbir tak henti-hentinya bergaung mengisi celah-celah Masjidil Haram di Makkah Al Mukarramah.
Setiba di Hilton Tower Hotel, aku menggeledah barang-barangku. Hatiku menjadi semakin mendung, dimanakah harus kumencari lagi? Aku pun bertanya kepada Mama, Bapak, Kak Hera dan Ulfa tetapi tak satu pun jawaban positif yang kuterima. Aku memperbanyak istighfar, aku benar-benar telah kehilangan cahayaku. Qadarullah wa Maasya Fa'ala, aku kehilangan Alqur'an - berukuran mungil, merona cokelat lembut dan disertai terjemahan dalam Bahasa Indonesia - yang selama ini senantiasa menemaniku. Aku tidak menangis. Aku meredam gelembung itu keluar dari pelupuk mataku, menyelam ke relung hati terdalam dan mulai mengintrospeksi diri.
Setelah itu aku memperbaiki akhlakku, menutup pintu-pintu kemaksiatan dan melangkah rutin di majelis-majelis ilmu. Aku menggunakan Alqur'an yang dicetak oleh Kementerian Urusan Agama Islam, Wakaf, Da'wah dan Irsyad Kerajaan Saudi Arabia. Alqur'an dan terjemahnya dalam Bahasa Indonesia itu berukuran besar lagi berat dan berwarna cokelat tua. Biasanya aku menggunakan Alqur'an itu sebagai referensi berharga jika sedang menelaah buku islami. Ya, baru kali ini aku menggunakannya sebagai Alqur'an utama yang selalu kubawa kemana-mana, menggantikan Alqur'an mungilku yang terdahulu. Aku tidak mengeluh. Walau aku masih sangat merindu pada Alqur'an mungil itu yang asal muasalnya diberikan padaku sebagai hadiah karena menjadi peserta teraktif dalam kegiatan Studi Alqur'an Intensif, walau aku masih sangat merindu sehingga setiap ke toko buku aku selalu mencari-cari Alqur'an yang serupa dengan milikku dulu, aku tidak jua memutuskan untuk membeli yang baru.
..::: SEBERKAS CAHAYA :::..
Aku tidak berpikir dua kali saat putri cahaya meminta untuk dikirimkan koleksi uang receh. Dengan sifat dasarku yang penuh simpati dan empati, aku tidak ragu melakukan sesuatu untuk seorang kawan yang baik. Bahkan untuk permintaannya yang agak aneh itu. Maklum karena receh yang diminatinya tidak terdapat di tanah ibu pertiwi, Indonesia. Namun, aku berniat memberinya suatu hal yang lebih berharga dari sekedar uang receh. Aku tahu profesinya sebagai seorang da'iyah sudah berurat akar dalam hatinya InsyaAllah. Untuk mempermudahnya dalam berdakwah, aku mengirimkan Alqur'an dan Terjemahnya dalam Bahasa Indonesia. Aku memilih Alqur'an berukuran mungil, berbalut pink muda kesukaannya dan dimodel khusus untuk muslimah.
Bisa ditebak, dia kaget bukan main. Terpancar dengan jelas, aura riang dan cemas secara bersamaan. Riang karena dia akan mendapat ganti atas sesuatu yang pernah hilang darinya. Bahkan dia akan mendapat Alqur'an yang lebih baik dari miliknya dahulu. Masya Allah, aku tercengang mendengar ceritanya. Sungguh, ketika dipikirkan di masa sekarang, benar-benar suatu keteraturan dari Takdir Allah yang sempurna. Allahu Akbar! Lalu dia cemas karena tidak henti-hentinya berpikiran bahwa dia sudah membuat orang lain susah dan kerepotan. Aku pun harus berkali-kali meyakinkannya bahwa aku melakukannya dengan senang dan tulus sehingga tak ada setitik pun kerepotan yang tercipta.
Ketika dia bertanya, apa yang bisa dia berikan sebagai balasannya...(?) Aku tergelak dan menjawab dengan mantap, "Aku menginginkan hatimu". Dia tertawa dan berujar secara biologis bahwa, ketika hatinya (jantung, red) diambil, nanti darahnya akan berceceran karena tak ada lagi wadah untuk menyimpan dan memompa darah tersebut. Tawaku meledak karenanya. Akhirnya aku pun mengunci pembicaraan kami hari itu dengan ucapan, "Ada Allah yang Maha Pengasih yang akan membalasnya. Aku hanya berharap hal itu bisa bermanfaat untukmu. Toh, aku juga bakal dapat pahala karenamu kan? Hehehe. Dan terima kasih untuk setiap do'a yang dilatunkan untukku ya."
Seberkas cahaya begitu senang mengetahui cahaya itu telah menemani putri cahaya dalam kesehariannya. Dia selalu berharap agar setiap yang dilakukannya untuk orang lain akan mendapat keberkahan dan keridhoan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dalam hari-hari selanjutnya, seberkas cahaya bertekad akan selalu bersemangat menebar dakwah penuh hikmah untuk orang-orang di sekitarnya, memenuhi setiap panggilan detik waktu dalam kebaikan dan kesabaran InsyaAllah.
Barakallahu fiik.
Koleksi uang receh dan Alqur'anul Karim |
Bisa ditebak, dia kaget bukan main. Terpancar dengan jelas, aura riang dan cemas secara bersamaan. Riang karena dia akan mendapat ganti atas sesuatu yang pernah hilang darinya. Bahkan dia akan mendapat Alqur'an yang lebih baik dari miliknya dahulu. Masya Allah, aku tercengang mendengar ceritanya. Sungguh, ketika dipikirkan di masa sekarang, benar-benar suatu keteraturan dari Takdir Allah yang sempurna. Allahu Akbar! Lalu dia cemas karena tidak henti-hentinya berpikiran bahwa dia sudah membuat orang lain susah dan kerepotan. Aku pun harus berkali-kali meyakinkannya bahwa aku melakukannya dengan senang dan tulus sehingga tak ada setitik pun kerepotan yang tercipta.
Ketika dia bertanya, apa yang bisa dia berikan sebagai balasannya...(?) Aku tergelak dan menjawab dengan mantap, "Aku menginginkan hatimu". Dia tertawa dan berujar secara biologis bahwa, ketika hatinya (jantung, red) diambil, nanti darahnya akan berceceran karena tak ada lagi wadah untuk menyimpan dan memompa darah tersebut. Tawaku meledak karenanya. Akhirnya aku pun mengunci pembicaraan kami hari itu dengan ucapan, "Ada Allah yang Maha Pengasih yang akan membalasnya. Aku hanya berharap hal itu bisa bermanfaat untukmu. Toh, aku juga bakal dapat pahala karenamu kan? Hehehe. Dan terima kasih untuk setiap do'a yang dilatunkan untukku ya."
..:::: CAHAYA :::..
Suatu siang sebuah paket telah sampai di istana cahaya dengan selamat sentosa. Alhamdulillahi Rabbil Alamin... Putri cahaya yang menerimanya sendiri, langsung membuka paket itu dengan hati-hati. Perasaannya campur aduk, tak ada kata yang bisa mewakili rasa yang merebak kala itu. Sungguh benar, seberkas cahaya telah memberinya cahaya. Sebuah cahaya yang begitu memikat hatinya. Membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama dan tidak melepas cahaya itu dari matanya sedikit pun. Cahaya itu telah dikhatamkannya sekali, dibawanya ke majelis ilmu, dipinjamkannya kepada teman dan dijaganya dengan baik InsyaAllah.Cahaya di atas Cahaya |
Seberkas cahaya begitu senang mengetahui cahaya itu telah menemani putri cahaya dalam kesehariannya. Dia selalu berharap agar setiap yang dilakukannya untuk orang lain akan mendapat keberkahan dan keridhoan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dalam hari-hari selanjutnya, seberkas cahaya bertekad akan selalu bersemangat menebar dakwah penuh hikmah untuk orang-orang di sekitarnya, memenuhi setiap panggilan detik waktu dalam kebaikan dan kesabaran InsyaAllah.
Barakallahu fiik.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Elfrize 4th Anniversary