Bismillaahirrahmaanirrahiim
Tok! Sret! Tok!
Terdengar bunyi langkah kaki beriringan dengan gesekan roda sepeda di sepanjang jalan yang kulalui. Berbeda dengan malam-malam sebelumnya, kali ini derap langkahku tak sendirian. Aku berjalan kaki ke dormitory sepulang kampus bersama seseorang yang menenteng sepedanya. Eh tunggu, kemana dia?
Aku celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri tapi tak jua menemukannya. Ketika aku berbalik ke belakang, sosoknya tengah berhenti seolah menunggu sesuatu. Dia mengisyaratkan sesuatu yang tak kumengerti. Apa yang dilakukannya? Dengan wajah yang masih meraut tanya, aku pun kembali berjalan. Ups! Jantungku melompat. Ya Allah, hampir-hampir aku menabrak sepeda yang terkayuh ke arahku. Aku menghindar secepat kilat. Saat itu aku menyadari kalau tadi dia berhenti untuk menunggu sepeda dari arah berlawanan itu melaju terlebih dahulu. Maklum, trotoarnya kecil.
Menit berikutnya, dia jadi sering bersuara, memperingatkanku untuk lebih hati-hati berjalan. Sesekali aku menoleh ke arahnya. Terlihat jelas rona cemas yang terpancar. Jujur, karenanya aku jadi semakin ceroboh berjalan.
“Awas-awas! Ini kan bahaya, ayo Maya jalan di depan duluan saja. Tidak usah ngobrol dulu.” katanya padaku setengah memerintah. Aku tersenyum, memperbaiki gerak jalanku dan mengunci mulutku rapat-rapat. Rasanya seperti punya kakak laki-laki yang walaupun kau bertindak bodoh sekalipun, dia akan tetap memperhatikanmu. Bukankah hati akan tergelitik untuk beraksi sebagai adik yang usil jika mendapat perlakuan seperti itu?
Beberapa langkah ke depan, aku tetap terdiam. Pikiranku membuana ke satu bulan yang lalu, ketika aku menunggu kedatangannya di ruang tunggu terminal 3 Bandara Soekarno Hatta. Saat itu dia datang dengan senyum yang menghias wajahnya. Aku yakin itu pertemuan pertamaku dengannya. Aku yakin aku tidak pernah mengenalnya. Aku yakin aku dan dia adalah orang asing satu sama lain. Akan tetapi dengan sopan dan tanpa kekakuan sedikitpun, dia menunjukku lalu memperkenalkan namaku kepada rekan-rekan sesama peserta short stay seolah ikatan pertemanan sudah terjalin sebelumnya. Takjub, aku bertemu dengan seseorang yang begitu mudah bergaul, berbaur dengan orang yang baru pertama kali ditemuinya. Karena belakangan, dia akhirnya sadar akan betapa asingnya dia untukku dan aku untuknya. Dia hanya tertawa kemudian memperkenalkan dirinya secara singkat padaku.
Ketika aku bertanya nama panggilan apa yang sebaiknya kusematkan untuknya, dia malah mengerutkan alis dan berkata aku boleh memanggilnya dengan nama apa saja. Aku tidak tahu bagaimana mengatakannya tapi dia itu benar-benar orang yang tak mudah ditebak. Aku salah menaksir sosoknya ketika pertama kali bertemu. Kupikir dia lebih tua lagi. Habisnya tutur bahasa email dan sms-nya lebih dewasa dibanding penampilannya. Yah, walau image dewasa itu begitu cepat runtuh karena ulahnya yang konyol. Tipe orang yang keberadaannya terasa nyata karena guyonannya. Kadang aku malah tidak tahu, apa dia sedang bercanda atau tidak.
Ibarat warna, dia adalah kuning. Seseorang yang berjiwa muda, selalu gembira dan penuh imajinasi. Benarkah? Aku rasa begitu, toh dia memang mengambil kuning sebagai warna kesukaannya. Tahu tidak, baju, sweater, jaket dan barang-barang miliknya yang lain selalu berwarna kuning loh. Heran, bisa-bisanya ada orang yang begitu fanatik dengan kuning. Bahkan dia tidak malu dipanggil si Kuning. Kok bukan pink saja ya? Hahaha.
Ehem, kalau disebut kata kuning, yang teringat olehku adalah mawar kuning. Simbol ikatan antara dua anak manusia yang tidak memekarkan cinta. Ya, simbol yang tidak lebih dari sebuah ikatan yang bernama persahabatan. Apa ini sebabnya dia begitu mudah menemukan seorang sahabat? Harapku untuknya, semoga dia pun akan mudah menemukan cinta yang manis.
Jarang-jarang aku melihatnya bicara begitu serius seperti saat ini. Bahkan aku lebih banyak mengenyam diam untuk sejenak dua jenak mencerna kalimatnya. Selalu ada rahasia di balik rahasia ya? Kau tak akan pernah tahu bagaimana wajah seseorang tanpa topeng jika kau tak pernah berada di kamar riasnya. Malam ini aku diberi kesempatan untuk menengok sedikit sisi lain dari dirinya.
Katanya aku beruntung bisa bertemu dengannya di sini, di negeri Ginko. Kesempatan yang begitu langka karena dia adalah seseorang yang spesial di mata dunia. Uh, bukannya sebaliknya? Kan dia yang beruntung bisa bertemu denganku. Iya kan? Ups syalala.
Awalnya aku pikir dia bukan tipe pemikir loh. Soalnya kan terlihat seolah tak punya beban pikiran. Namun sepertinya aku harus mengoreksi kamus pengamatanku tentangnya. Bahkan kata aneh pun sebaiknya aku sematkan untuknya. Hahaha. Habisnya kadang kala dia itu sering terdiam tanpa kata walau sekitarnya begitu riuh redam. Entah apa yang tengah berkecamuk dalam imajinya. Kalau lain kali aku bisa masuk di kamar riasnya lagi, mungkin aku akan menemukan jawabannya.
Gedung asrama sudah terlihat. Aku berlari kecil masuk ke gedung kamarku. Sebelumnya, tak lupa aku ucapkan terima kasih karena telah menemaniku berjalan kaki dengan menenteng sepeda. Dia mengangguk dan membiarkanku lenyap dari pandangannya terlebih dahulu sebelum akhirnya berbalik ke gedung kamarnya sendiri.
Kokusai-koryu-kaikan, lewat tengah malam
12 November 2012 Miladiyah – 26 Dzulhijjah 1433 Hijriyah
Untuk seorang teman yang mengajari cara untuk tidak mengeluh
kisah persahabatan yang indah dan keliahatannya akan segera lebih indah setelah menjadi lebih dari sekedar sahabat
ReplyDeletesepertinya ada perhatian khusus ya :)
ReplyDeletenegeri ginko.. mengingatkan saya pada aoyama gosho dan profesor agasha
ReplyDelete*kebanyakan baca komik* :p
Subhanallah....
ReplyDeletepersahatan indah yang dirangkai dengan kalimat demi kalimat yang tak kalah indahnya. Tentunya dia yang beruntung bisa mengenalmu seperti kakak yang beruntung punya adik kamu. terimakasih untuk semuanya
tidak tahu..
ReplyDeleteselamat malam..
ReplyDeletekunjungan perdana saya,,
blog walking rutin,
maaf kalau saya bacanya belum selesai,,
wah no coment dah
ReplyDeleteaku tersenyum bacanya
ReplyDeleteRupanya sebuah persahabatan dan kenangan perjalanan :D
ReplyDeletehihihi, msh terkenang ama Jepang jg toh May?
ReplyDelete^_^
baeknya itu anak dih
ReplyDeleteloh, maya memangny sekarang dimana??
ReplyDelete:D
utk dy yang mngajarkan cara utk tidak mengeluh??ajarin jg dong :D
Ini fiksi apa kisah nyata mbak?
ReplyDeleteMaaf Mbak maya, lama gak mampir ke sini :)
kuning...itu adalah salah satu warna favoritku,
ReplyDeletekonon katanya penyuka kuning adalah orang yang penuh dengan impian ;-)
Masya Allah..
ReplyDeleteIndah sekali..
siapa nama 'si kuning' itu, kak?
Jepang membawa byk kenangan rupanya..
ReplyDelete:D
btw Pohonnya bagus ya .. #salah pokus :D
ReplyDeletecikiciu..
ReplyDeleteadek maya sudah besar...hehe
mmmm bagus ceritanya mba'
ReplyDeleteNegeri Ginko itu Jepang ya mba? maaf kurang wawasan xD
ReplyDeletemau jg ke Jepang, tapi entah kapan :(
Senang sekali ya May, dapet teman/kakak baru...
ReplyDeleteThe last issue of the state, is still just spinning on the commanded- valued potential political commanded ..... The Yellow Ginko in the State of ...
ReplyDeletexixixii ati atii mB hehehee
ReplyDeleteKeren abis deh ceritanya.
ReplyDeleteSuper nice posting......
ReplyDeletesuka dengan gaya bahasanya hihihhi :)
ReplyDeleteitaqillah ukhti
ReplyDeletedewasa sekaligus humoris, perpaduan sifat yang unik ya ka :)
ReplyDeletejarang banget ada orang kayak gitu
I-Pub
cerita yang indah, :)
ReplyDelete