Bismillaahirrahmaanirrahiim
KETIKA PENULIS KEBELET NIKAH
Muhammad Scilta Riska | Science Ikhlas Takwa
Setiap manusia harus memiliki sahabat.
Seorang yang bisa diajak berbagai kesusahan.
Permisalan manusia yang memiliki teman.
Bagaikan tangan dengan bahu dan jari-jemari.
(Syarif Al-Abbasi)
Hidup memang erat dengan yang namanya perjuangan. Life is struggle. Tentu setiap perjuangan membutuhkan pengorbanan. Sehingga dalam pengembaraan dunia ini, kita membutuhkan sebuah visi dan misi. Terlebih lagi, siapa gerangan yang akan membantu untuk mewujudkannya. Seperti sesuatu yang sakral, menentukan pilihan hidup butuh pemikiran yang matang. Karena baik tidaknya perjalanan itu bergantung siapa yang akan menemani. Satu hal yang menarik bagi seorang penulis, jika sudah waktunya dan kebelet nikah.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir (Terjemahan QS. Ar-Ruum ayat 21)
Di antaramu Rasa Kasih dan Sayang - sumber gambar |
Menikah Tepat Waktu atau Waktu yang Tepat?
Saya terinspirasi dengan sabda Nabi akan hal ini, “Menikahlah! karena dengannya rezeki kalian akan bertambah”. Jika dipahami secara sepintas barangkali kita mengatakan, “Bagaimana mungkin rezeki bertambah, padahal beban dan tanggung jawab hidup juga bertambah?”
Tak perlu bingung, kalau kita melihat hadits Rasulullah yang lain, bukankah dikatakan salah satu penyebab tertundanya rezeki itu gara-gara dosa dan maksiat yang kita lakukan? Utamanya, menikah adalah salah satu pintu rezeki karena menikah akan lebih menjaga diri seseorang dari ujian syahwat. Dulu sebelum menikah masih sering bergaul bebas, tak mampu menahan nafsu atau memikirkan hal-hal yang negatif.
Terlebih lagi saya pernah mendapati seorang teman bertanya kepada Ustadz, “Kenapa akhir-akhir ini saya merasa ada gangguan jin?”
“Segeralah menikah! Karena setelah menikah, jin tidak akan mau lagi tinggal bersamamu!" jawab Ustadz dengan singkat.
Waduh, sampai masalah gangguan jin pun turut andil gara-gara masih jomblo. Karena boleh jadi ketika masih bujang alias tidur sendirian, kita selalu memikirkan hal-hal yang aneh. Maka setelah menikah, jin akan malu atau mungkin cemburu karena ternyata kita sudah memiliki teman tidur. Setelah menikah pula, pandangan akan lebih terjaga dan tidak perlu lagi memikirkan anak orang yang belum tentu berjodoh. Jadi ketika pintu maksiat telat diminimalisir maka rezeki pun akan bertambah.
Secara logika, kalau misalnya rezeki seorang laki-laki 2 miliar, lalu menikah dengan perempuan yang rezekinya 2 miliar juga, maka rezeki laki-laki dan perempuan yang sudah menjadi suami istri itu tentu akan bertambah menjadi 4 miliar. Bukankah begitu?
Ketika hidup itu pilihan maka setidaknya kita harus mempunyai pilihan-pilihan itu. Target bahkan impian yang akan dicapai. Seingat saya, waktu SMA dulu saya sudah merancang bagaimana model rumah saya ke depan. Rancangan terumitnya adalah bagaimana, kapan dan siapa isi rumahnya. So, ketika penulis kebelet nikah maka saya akan memberikan dua pilihan, menikah tepat waktu atau pada waktu yang tepat!
Menikah Tepat Waktu
Prinsip ini seolah sama dengan penerbangan maupun pertandingan, apalagi pertemuan. Atau sekaliber lomba secara umum, terkhusus lagi lomba kepenulisan yang syarat akan tepat waktu. Tetapi menikah kan bukan kejar deadline, loh. Ya walau setidaknya ada target kapan mengakhiri masa lajang. Untuk sisi penulis sendiri terlebih saya, sungguh mengimpikan kalau pas hari pernikahan bakal ada launching buku. Sekalian jadi kado terindah buat sang kekasih. Cita-cita ini selalu saya sampaikan kalau ada yang bertanya. Sampai-sampai saya pernah bercanda sama teman, “Kalau perlu maharnya buku best seller!”
Prinsip ini seolah sama dengan penerbangan maupun pertandingan, apalagi pertemuan. Atau sekaliber lomba secara umum, terkhusus lagi lomba kepenulisan yang syarat akan tepat waktu. Tetapi menikah kan bukan kejar deadline, loh. Ya walau setidaknya ada target kapan mengakhiri masa lajang. Untuk sisi penulis sendiri terlebih saya, sungguh mengimpikan kalau pas hari pernikahan bakal ada launching buku. Sekalian jadi kado terindah buat sang kekasih. Cita-cita ini selalu saya sampaikan kalau ada yang bertanya. Sampai-sampai saya pernah bercanda sama teman, “Kalau perlu maharnya buku best seller!”
Di zaman ulama dahulu, yang namanya menikah tepat waktu itu ada. Semisal selesai mempelajari suatu ilmu atau pas umur 25 tahun sesuai sunnah Nabi. Ada juga yang mengakhirkannya karena takut disibukkan hingga lupa menuntut ilmu. Bahkan sekaliber Ibnu Taimiyyah atau Imam Nawawi –rahimahumullah- tidak menikah seumur hidup. Bukan berarti menyelisihi sunnah Nabi, tetapi mereka sibuk mempelari, mengumpulkan dan menulis hadits. Waktu bagi mereka benar-benar bermanfaat. Saking sibuknya, ada yang 20 tahun tidak makan malam dengan tangan kanannya. Bukan karena cacat melainkan disuapi oleh saudara perempuannya karena mata begitu sibuk membaca dan tangan begitu aktif menulis.
Seorang dosen pernah mewariskan satu wasiat, “Jangan menikah sebelum selesai S2! Jangan terburu-buru menikah, hanya karena melihat teman begitu cerianya setelah menikah. Jadinya juga ikut-ikutan berharap merasakan hal yang sama. Padahal belum tentu apa yang kita lihat itu sesuai kenyataan. Telinga juga harus mendengar realita hiruk-pikuk setelah menikah. Jangan cuma pikirkan enaknya tidak mau anaknya." Setidaknya itu menjadi pengalaman beliau, kenapa keburu menikah sebelum selesai studi. Seolah masih mau belajar, tetapi tiba-tiba harus memikirkan kebutuhan rumah tangga.
Tetapi ini relatif. Kalau mengambil kebanyakan orang, pastinya agak sulit konsentrasi belajar sementara sudah berkeluarga. Kecuali yang kuliah di luar negeri, istri dalam negeri. Memang benar apa yang dikatakan Rasulullah, “Sesungguhnya anak bisa membuat seseorang menjadi bakhil, penakut, jahil dan bersedih.” (HR. Al- Hakim). Menikah itu menghalangi menuntut ilmu bahkan kadang membuat orang bakhil. Mau membeli buku harus berpikir karena mau membelikan susu anaknya. Mau berlama-lama di majelis ilmu tak mampu karena istri dan anak sudah menunggu. Mau pergi berjihad tiba-tiba jadi penakut, siapa yang akan menjaga keluarganya. Apalagi mau menulis, terpaksa harus fokus sambil menjaga anak!
Menikah pada Waktu yang Tepat
Nah, kalau pilihan ini bagaimana? Boleh disimpulkan opsi ini lebih fleksibel. Artinya, tetap ada target kapan menikahnya, tetapi sewaktu-waktu akan berubah sesuai kondisi dan kebutuhan. Kalau memang sudah waktunya, no problem! Rasulullah mengatakan, “Wahai pemuda, barangsiapa di antara kalian telah mampu menikah. Maka segeralah menikah. Karena sesungguhnya menikah itu lebih menjaga kemaluan dan memelihara pandangan mata. Barangsiapa yang belum mampu menikah maka hendaklah ia berpuasa. Karena berpuasa menjadi benteng (dari gejolak birahi).” (HR. Bukhari).
Waktu yang Tepat - sumber |
Jika melihat kondisi zaman sekarang yang penuh fitnah. Suatu masa dimana fitnah wanita sudah tak bisa dipungkiri lagi. Kata Rasulullah, “Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah (cobaan) yang lebih berbahaya bagi kaum lelaki dari (fitnah) wanita.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Maka salah satu solusi di zaman sekarang adalah segera menikah. Demi menjaga kesucian diri dari segala cobaan syahwat. Ulama menggolongkan, menikah itu hukumnya berbeda-beda. Bergantung kondisi seseorang. Ia bisa menjadi wajib jika sudah mampu secara fisik dan finansial serta tidak bisa lagi membendung hawa nafsunya. Menjadi mubah atau sunnah kalau sudah mampu fisik maupun finansial, tetapi hawa nafsunya masih bisa ditahan. Bahkan haram kalau sekedar memenuhi kebutuhan syahwat saja tetapi belum siap menjalankan hidup setelahnya.
Menikah memang syarat dengan pribadi seseorang. Boleh jadi ada yang justru setelah menikah semangat belajarnya, kerjanya lebih meningkat karena ada yang terus memotivasi. Lebih spesial lagi kalau kerjanya bersama-sama. Seperti seorang penulis, tiba-tiba semangat menulisnya meningkat drastis. Ternyata pasangannya juga penulis. Antarpasangan ada sharing kepenulisan, akhirnya satu buku ditulis keroyokan berdua. Dan begitulah seorang penulis, tentu akan lebih berpikir ke depannya. Semangat menulisnya akan lebih banyak dipengaruhi oleh siapa yang akan mendampinginya. Akan lebih sejalan sebuah tujuan jika sama-sama satu berada dalam satu background. Sehingga menikah pada waktu yang tepat, juga harus membutuhkan pilihan yang tepat. Kalau memang belum mendapatkan waktu dan pilihan yang tepat. Maka tidak ada salahnya ditunda untuk sementara, sampai benar-benar telah terpenuhi.
Ulama dahulu sangat hati-hati dalam mempersiapkan apalagi memilih pasangannya. Tentu seorang penulis juga lebih berpikir dewasa lagi. Pilihan pasangan hidup sangat menentukan bagaimana impian melahirkan generasi penulis ke depannya. Orang-orang kagum pada Imam Syafi’i yang bisa menghafal Al-Qur’an di usia tujuh tahun. Atau Hasan Al-Bashri yang begitu luas ilmunya. Ataupun ulama-ulama lainnya. Sayang kita sering luput menelaah, siapa ibundanya para ulama. Tentu mereka adalah orang-orang pilihan. Maka menikah tak harus menjadi sesuatu yang dipaksa-paksakan. Apalagi terburu-buru. Karena ini menyangkut perjuangan kita dalam mengarungi samudra kehidupan.
Jadi menikah bagi seorang penulis, harus lebih mendapat perhatian yang lebih banyak. Terkhusus bagaimana pasangan hidupnya nanti. Karena dari sinilah cikal bakal lahirnya penulis-penulis handal. Setidaknya ada yang selalu memberikan dukungan dan motivasi untuk terus menulis. Pernah seorang teman memberikan tips memilih pasangan dengan tiga “si”. Koleksi, seleksi dan resepsi. Betul-betul harus melalui proses yang tidak gampang. Rasululah juga pernah mewasiatkan, “Pilihlah karena kecantikannya, keturunannya, harta dan agamanya, jika tak mendapatkan keempatnya, cukuplah karena agamanya”. Untuk seorang penulis kalau boleh saya tambahkan parameter yang kelima, “Pilihlah karena dia penulis!”
Satu hal yang tak luput dari orang-orang sholeh dahulu, sekiranya kita mengetahui besok hari kematian atau kiamat, maka hendaklah permintaan terakhir seorang hamba untuk bisa menikah terlebih dahulu. Karena malu rasanya menghadap Rabb dalam keadaan bujangan. Maka kalau ada penulis yang kebelet nikah, saya akan menyeru, “Jangan menikah tepat waktu, tetapi menikahlah pada waktu yang tepat! Karena apa yang Allah pilihkan untukmu itulah yang terbaik!"
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan
supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah.”
(Terjemahan QS.Adz-Dzaariyaat ayat 49)
----------------
BIODATA PENULIS
-----------------
Muhammad Scilta Riska, nama lengkap pemilik blog SCience IkhLas TAqwa dengan alamat http://muhammadscilta.blogspot.com/ yang dikelolanya sejak Juni 2010. Seorang muslim yang lahir pada tanggal 28 Juli ini mengawali karirnya di dunia tulis menulis ketika memimpin bulletin remaja Superteenager. Kemudian memutuskan bergabung dan aktif berkarya lewat FLP Makassar. Tulisannya sudah pernah dimuat di eramuslim, majallah elfata, bulletin Al-Fikrah dan http://www.rumahrohis.com/. Interest dalam dakwah, jurnalistik, motivation, entrepreuner, psikologi dan sains. Penulis bisa dihubungi di alamat email dan FB muhammadsciltariska@yahoo.co.id.
berhubung saya bukan penulis tapi web designer jadi saya pilih yg sesama web desinger aja wekekek..
ReplyDeleteyang bkin saya jd kebelet nikah itu karena sudah ada calonnya dan sudah sama2 sepakat serius tapi blm bisa nikah2 karena ada bbrp hal yg musti diselesaiin..
tp klo lg jomblo dan blm ada calon kyk'a bicarain nikah tuh hambar dan seolah tuh gak penting, *karena gak ada calonnya* LOL
biasanya dapat pasangan yang sekufu ya :)
ReplyDeleteAlloh menciptakan makhluknya dengan berpasang-pasangan itu pastinya ya mbak apalagi rezeki, umur dan jodoh adalah rahasianya kewajiban manusia adalah tetap berikhtiar dan berdoa saja
ReplyDeletetulisan menginspirasi sekali....
ReplyDeletetapi... ini lebih tepatnya propokator buat para penulis untuk nikah....hm..hm..
pernikahan lagi .. ?
ReplyDeletehmm ... yaa ampun .....
ya udah deh. lain kali aku posting mengenai pernikahan juga ...
hehehehe .........
hehehehehe... MENIKAH ..... untuk IBADAH
ReplyDeleteMenikah dengan mas kawin buku best seller adalah sebuah keinginan yang bagus. Apalagi menikahnya pada waktu yang tepat dan tepat waktu.
ReplyDeleteKalau saya nikahnya waktu yg tepat bu.. karena belum terpikirkan :D
ReplyDeletejudul menggelitik
ReplyDeletekalo aq milih nikah sama org yg tepat aja hehe
aku maci kecil belom bole mikil nikah kaka...
ReplyDeletekalau qu nanti nikahnya kalo udh dapet jodohnya haha :D
ReplyDelete@Abid Fauzan
ReplyDeletehmm ini cuman saran saja buat para penulis..
s punya usul.. buat admin klo bs n memungkinkan di-bukukan saja kumpulan tulisan dari event tt menikah ini...biar lbh bermanfaat.. :)
ReplyDeletewah kapan yah saya bisa cepat menikah :)
ReplyDeleteBismillah
ReplyDeleteuntuk yang ingin dibukukannya tulisan di event ini. tunggu saja kejutannya insya Allah, segera setelah rampung..doakan!
sempurnakan ikhtiyar,
ReplyDeleteparipurnakan tawakkal,
lengkapi calon jodoh dg kacamata agama,
Allah akan mencukupi,
contohnya ana...he.he.he...
udah nikah kami berdua masih tetap kuliah dan sekarang udah punya putra satu, kuliah pun masih lancar,
Allah selalu beri jalan keluar bila terbentur kesulitan....
Segala puji hanya milik-Nya....
subhanallah, aku jadi pingin cepat2 menikah mas.. setelah membaca postingan ini.. ^_^
ReplyDeletekalo dah siap segera menikah aja mbak.
ReplyDeletesalam.
@Nedi Arwandi
ReplyDeletemasya Allah. :D
HARS SIAP2 YAH. ehhehe yah setiap orang kadang berbeda yah. yg tahu cuma hati ini bekal terbesar kemampuan dan kemauan harus seimbang.
ReplyDeletekalau aku sih gak kebelet nikah. setiap fase aku nikmati, dari mulai jadi anak-anak, remaja, lalu dewasa seperti sekarang. tapi aku harap menikah di waktu yang tepat, saat aku benar2 menginginkan dan membutuhkannya. bukan karena usia ataupun desakan. amen :)
ReplyDelete@Enny Law hoho ^^ boleh boleh, Insya Allah moga dapat seorang web designer juga yaa <3
ReplyDeleteHah :o pasti greget banget tuh, fufufu. Semoga semuanya cepat kelar deh :) jadi bisa berlabuh deh ke pelaminan. Insya Allah.
Kalau nggak ada calon, yaa ngapain diomongin. LOL. Bikin galau aja =P
@Lidya - Mama Cal-Vin yup :) sekufu
ReplyDelete@Thanjawa arif setuju :)
ReplyDeleteAllahu Akbar!
@Abid Fauzan ^^
ReplyDelete@A. Y. Indrayana hehehe ^^ jangan dipaksakan~
ReplyDelete@aya yeah~ Tabaarakallahu Ta'ala..
ReplyDelete@HP Yitno :)
ReplyDelete@Fajar Kurniawan Januar Efendi Insya Allah, semoga di waktu yang tepat.
ReplyDelete@jiah al jafara Orang yang tepat ^^ aku juga deh~
ReplyDelete@Annesya jaaah sok imyut nih nesyaaa =P
ReplyDelete@emmethe haha :D masa nikah nggak dapat jodoh
ReplyDelete@Muhammad Scilta Riska sip Insya Allah :)
ReplyDelete@anak baik as soon as possible insya allah~
ReplyDelete@rezkybatari hoho, mohon doanya :)
ReplyDelete@Nedi Arwandi Subhanallah, suka suka! Barakallahu fiik Nedi :)
ReplyDelete@lukman hakim ^^
ReplyDelete@Quantum Artikel Insya Allah
ReplyDelete@Annur eL Karimah yup, hati-hati bawa hati ukh ^^
ReplyDelete@dunia kecil indi hihi indi bisa aja :)
ReplyDeletekak, boleh izin share link?
ReplyDeleteKeren! >.<