Bismillaahirrahmaanirrahiim
Menikah : Bertemu dengan Cara yang Indah
Ar Rifa'ah | Sajak yang Berhamburan
Ia tidak lagi ingat betul, kapan tepatnya ia mengikrarkan janji itu. Sebuah janji pada suatu malam yang hening, sebelum benar-benar terkatup matanya untuk terlelap. Yang ia ingat hanyalah, setelah itu, ia tidak pernah lagi berpikir akan menjalani hubungan sebagaimana yang umumnya dijalani oleh kawan-kawan seusianya. Ya, malam itu ia telah berjanji, untuk tidak akan pernah pacaran seumur hidupnya. Ia berjanji bukan kepada siapa-siapa melainkan kepada dirinya sendiri. Juga kepada Allah yang ia yakini Maha Menyaksikan.
Maka malam itu, tanpa pemahaman agama yang benar-benar menyeluruh, dan tanpa landasan dalil-dalil apapun, ia telah memutuskan hal tersebut. Suatu keputusan yang di masa depan menjadi sebuah tonggak yang akan selalu ia syukuri. Keputusan yang selanjutnya terus ia upgrade sehingga tidak hanya sekadar menjadi janji-tanpa-alasan, namun lebih dari itu, sebuah jalan hidup yang memiliki kejelasan tuntunan.
bagaimana penyair merangkai kata,
untuk sebuah perjumpaan saat kita pertama kali saling bersitatap
lalu dengan yakin, jiwa kita sungkurkan
pada bukti tanda kebesaranNya
pada bukti sebuah perjanjian agung
mitsaqan ghaliza...*)
Ini Tentang Janji, Cinta dan Sebuah Pertemuan - sumber gambar |
Saat itu, cukup baginya pengalaman-pengalaman yang dicurhatkan sahabat-sahabatnya kepadanya. Cukup dengan itu, ia mengambil kesimpulan bahwa tidak ada sama sekali manfaat yang bisa diharapkan dari sebuah hubungan pacaran. Hal-hal yang katanya indah itu, ternyata semu. Bahwa segala kesenangan itu, akan berakhir pada titik yang mengenaskan, patah hati. Maka, ia tidak pernah lagi memikirkannya. Meski tidak begitu jelas baginya, namun ia menduga bahwa pasti ada jalan lain untuk mengekspresikan perasaan cinta. Ya, cinta. Sebuah kata yang mungkin hingga saat ini, tidak pernah benar-benar ia pahami maknanya.
sebab ini pun dimulai dengan cinta
cintaNya yang meneguhkan masing-masing langkah kita di jalan cahaya
lalu siapa yang mengira
jika kemudian alur kita saling bersinggungan di sebuah masa
di titik yang teramat indah
maka sebagaimana ia dimulai
semoga demikian pula kelak ia selesai;
dengan cinta *)
Hingga akhirnya ia mengerti, bahwa jalan itu ada dan telah disiapkan sebagai sebuah solusi yang teramat indah. Bahwa Islam, agamanya, tidak hanya sekadar melarang sebuah jalan, tanpa menunjukkan adanya jalur lain sebagai solusi. Maka, ditutupnya jalan ke arah zina (semacam pacaran), menemukan solusinya pada jalur pernikahan. Pernikahan menjadi jawaban atas ekspresi cinta yang secara fitrah dimiliki oleh setiap manusia. Pernikahan adalah sebuah langkah untuk menjadikan hal-hal yang sebelumnya haram menjadi berberkah.
Maka layaknya juga rejeki dan maut, pernikahan pun merupakan sebuah misteri yang benar-benar hanya dapat terjawab oleh takdir. Tidak ada yang benar-benar tahu dengan siapa ia akan menikah kecuali setelah pernikahan itu telah terjadi. Lalu segalanya pun akan menjadi manis, saat kita menjadi saksi bagaimana Allah dengan teramat indah menyusun skenario hidup seorang hamba yang tidak pernah dapat tertebak itu.
Ia pun berpikir, apakah jodohnya adalah seseorang yang saat ini berada jauh darinya, sama sekali belum ia kenal dan mengenalnya, dan wajahnya menjadi teramat asing? Layaknya apa yang Allah takdirkan pada seorang sahabatnya yang dipinang oleh seorang pemuda yang bermukim di pulau yang berbeda. Lalu kemudian mereka melalui proses yang sesuai syariat, hingga kemudian bersatu dalam sebuah pernikahan.
maka jika saja kita menghitung berbagai nikmat ini
lalu menakarnya dengan selaksa kesalahan diri
maka tidak layaklah lagi ada ruang untuk berdusta
bahwa atas segalanya,
termasuk dengan perjumpaan kita,
tidak ada yang tertakdir dengan sia-sia*)
Ataukah ternyata jodohnya adalah seseorang yang saat ini berada di dekatnya. Telah familiar wajahnya, atau bahkan pernah terlibat lama dengannya di bangku sekolah masa lampau atau interaksi formal semacamnya. Seperti yang terjadi pada seorang kerabatnya yang harus menjalani penantian panjang menuju pernikahan, namun pada akhirnya ternyata menikah dengan seseorang yang pernah satu sekolah dengannya, dulu. Ah, semua itu tentu belum dapat tertebak saat ini.
Maka ia pun akan selalu takjub dengan bagaimana Allah menggambarkan pernikahan dengan frasa ‘mitsaqan ghaliza’, perjanjian yang kokoh. Deretan kata yang hanya muncul tiga kali dalam kitab suci, pertama saat Allah mengambil perjanjian dengan Nabi Nuh, Nabi Musa, Nabi Ibrahim, dan Nabi ‘Isa dalam Al Ahzab ayat tujuh. Kedua, seperti yang terabadikan dalam An Nisa ayat 154, ketika Allah mengangkat bukit Thur di atas kepala bani Israil dan menyuruh mereka bersumpah setia padaNya. Dan yang terakhir, saat Sang Rabb menggambarkan tentang pernikahan dalam An Nisa ayat 21. Hal ini tentu menunjukkan, betapa mitsaqan ghaliza pada pernikahan ini tentu bukanlah senda gurau belaka.
Atas apa yang telah terkokohkan - sumber gambar |
Pernikahan, bukanlah sekadar bertemunya lelaki dan wanita untuk memenuhi kebutuhan biologis mereka. Pun bukan cuma masalah mempertahankan spesies agar tidak punah. Lebih dari itu, dalam sebuah pernikahan, terdapat sebuah tanggung jawab besar nan berat. Bukan hanya dalam lingkup sebuah keluarga kecil yang baru saja terbentuk itu. Namun lebih luas lagi, bahkan ia merupakan tanggung jawab kepada ummat ini. Seolah setelah ijab dan qabul ditunaikan, ummat ini akan segera menagih; atas apa yang telah terkokohkan saat itu, apa kontribusi yang dapat dirasakan oleh masyarakat yang lebih luas?
Huff, menegangkan yah?
Bagaimana tidak! Seorang lelaki yang sebelumnya melajang, setelah menikah akan bertanggung jawab atas wanita yang dipilihnya, juga atas anak-anaknya. Ia harus mencari nafkah, dan memastikan setiap bulir nasi, keping uang, dan tegukan air itu adalah halal dan berkah. Ia harus melindungi, memberikan rasa aman, keadilan, dan kelembutan dalam waktu yang bersamaan.
Seorang wanita, setelah menikah akan mengalihkan ketaatannya dari yang sebelumnya kepada kedua orang tuanya, beralih kepada lelaki yang menjadi suaminya. Ia harus dapat mengurus rumah tangganya dengan apik, memberikan ketenangan, menjaga harta dan kehormatan suaminya saat ditinggal, dan menjadi permata hati yang senantiasa membawa keindahan.
Sepasang suami dan istri, bagaimanapun kondisi mereka, dituntut untuk mampu menghadirkan generasi-generasi penerus untuk ummat ini. Mendidik anak-anak mereka dengan teladan yang baik. Menanamkan nilai-nilai dasar yang menjadi bekal mereka menghadapi hidup ke depannya dan memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada sebanyak-banyaknya manusia.
Namun, jika kedua insan yang menyatukan dirinya dalam ikatan suci tersebut telah memiliki komitmen untuk saling membangun, maka tugas peradaban itu insyaAllah bukanlah momok yang perlu untuk ditakuti. Bahkan mungkin, langkah kaki yang bergantian itu akan semakin ringan, selaras, dan menyenangkan, saat ia dilalui dengan ilmu dan keyakinan yang kuat. Juga dengan cinta. Ah, kata itu lagi.
Ya, cinta yang tumbuh karena kecocokan jiwa, bukan hanya permasalahan waktu. Cinta yang dibangun dengan komitmen dan pemahaman, bukan hanya pemuas nafsu. Cinta yang dijaga dengan landasan iman, sehingga seiring dengan perjalanan masa, ia tidak mudah goyah oleh hal-hal remeh yang tidak lagi terlihat indah, sebab digerus oleh usia.
jika kau memilihku,
untuk membersamai hingga tua menggamit dalam rambut-rambut beruban
juga kulit yang mengeriput oleh masa
semoga nanti tidak akan ada yang berubah
pada jiwamu,
satu-satunya tempat yang tidak akan termakan usia
juga janjimu,
sebab Allah yang menjadi saksinya *)
Dengan semua itu, semoga sebuah pernikahan bisa menjadi salah satu dari begitu banyak tanda-tanda kebesaran Allah yang begitu mengagumkan. Pernikahan dapat membawa pada ketenangan jiwa dalam indahnya sakinah. Gelora cinta dalam memikatnya mawaddah. Dan kesejatian kasih sayang dalam segala rahmah.
Maka ia pun melayangkan imajinasinya. Sekiranya ia dapat melihat segalanya dari atas, lalu memandang bagaimana tiap orang akan semakin didekatkan dengan jodohnya masing-masing, tanpa pernah ia sadari. Titik-titik yang saling berkesesuaian itu mungkin akan beredar ke berbagai jalur dan arah, namun di suatu masa, keduanya akan saling bersinggungan dalam perjumpaan yang indah. Bahwa setiap mereka yang menjaga dirinya, tentu akan dipertemukan pula dengan ia yang terjaga. Bahwa tugas dari masing-masingnya adalah dengan terus memperbaiki diri, sehingga berjumpa pula dengan ia yang melakukan hal yang sama. Hingga titik-titik yang berwarna selaras itu menjalani takdir mereka, meski pada akhirnya pun akan terpisah sesuai dengan kehendakNya. Atau mungkin, titik-titik itu tidak akan pernah bertemu di dunia, namun mereka akan selalu yakin dengan janji Tuhannya; jika bukan di sini tempat mereka saling menatap wajah, maka mungkin nanti, di sebuah tempat yang jauh lebih indah. Syurga, namanya.
maka kumulai pertemuan ini
dengan kekata yang mungkin juga dipendam rembulan pada gemintang
seperti hujan yang menyapa tanah kering yang merindukannya
"telah sempurna celah diantara jemariku dengan dekap telapakmu,
semoga ia menjadi sebab
kelak dikumpulkannya kita di tempat yang penuh keindahan, Cinta." *)
Makassar, 4 Syawal 1433 H
*) sajak Perjanjian Agung, Ar Rifa’ah
-----------------
BIODATA PENULIS
-----------------
Ar Rifa’ah lahir di Ujung Pandang, 21 Juli 1989. Saat ini menjalani hari-harinya sebagai mahasiswi di program studi pendidikan apoteker Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Makassar. Seorang muslimah pecinta kata-kata yang mencoba memotret dan merekam kenangan lewat kata. Jadi tak heran punya hobi menulis, masih menulis, dan akan terus menulis, Insya Allah. Buku pertamanya sebuah kumpulan puisi dan esai renungan berjudul Jeda Sejenak (Leutika Prio, 2012) mengawali debut karirnya di dunia penulisan. Silakan mengunjungi ketiga blog pribadinya di Sajak yang Berhamburan, Rumah Tafakkur, dan Jejak Pena untuk mengenal dan menelaah sosoknya lebih dekat. Atau bisa kirim email ke alamat diena_rifaah@yahoo.com untuk mengontak penulis.
mantap bro .
ReplyDeletelanjutkan
Menikah...?? Memang menegangkan, hehe...
ReplyDeleteJodoh adalah misteri cinta yang hanya illahi rabbi yang tahu. Dan pernikahan adalah pintu menuju ridha illahi, bukan pacaran.
ReplyDeleteAr Rifa'ah cocok jadi penulis buku atau novel juga mbak maya. Gaya penulisannya begitu enak dibaca dan menenangkan.
sebuah pernikahan suci adalah misteri keindahan yang diperuntukkan untuk hamba-hamba-NYA yang saleh..karena ALLAH sendiri yang akan menjadi saksinya :)
ReplyDeletejika kau memilihku,
ReplyDeleteuntuk membersamai hingga tua menggamit dalam rambut-rambut beruban
juga kulit yang mengeriput oleh masa
semoga nanti tidak akan ada yang berubah
pada jiwamu,
satu-satunya tempat yang tidak akan termakan usia
juga janjimu,
sebab Allah yang menjadi saksinya
subhanallaah, ini masterpiece banget kata-katanya.
hahayyy....step by step menuju satu ikatan halal, awalnya cukup menegangkan, tp seingat mimi dulu mah biasa aja ya..hihihi herrraaaan
ReplyDeleteMasya Allah Indah sekali ^^
ReplyDeleteiya indah dan puanjang bagus sekali ukht,
ReplyDeleteoia mash satu kampus sama kamu Ukht Maya si Ar'Rifa'ah.
smoga tulisan ini menjadi penyemangat dan renungan utk kita smw.
barakallahu fikum
tulisannya mantab hehe sepuluh JemPOl. Dia pintar bermain kata yah.
Subhaanalloh...! Kak Dina...
ReplyDeleteSejuk sekali bacanya :)
Hm, merangkai kata begitu indah, sampai membuat pandangan ttg "pernikahan" bukan lg ssuatu yg menakutkan...
Tp dgn ttp mnyadarkan pd kita bahwa pernikahan itu penuh tanggung jawab... :)
Menikah adalah mensinergiskan element dan variable yg serba berbeda utk saling melengkapi, saling memprbaiki, mengingatkan...
ReplyDeleteMenikah,
When you meet s'o and the proccess get through all the problem in togetherness...
hmm.. semoga.. cinta membawa mereka hidup sampai akhir hayat,.,,
ReplyDeletekenapa beberapa tulisan belakangan ini tentang nilah, pernikahan, merried.. mm.. ada yang galau menikah kayaknya ini e.. hihi... ;)
ReplyDeleteBismillah
ReplyDeleteHmm..."Bahagianya merayakan cinta"
Untuk ArRifa'ah, saya tidak pernah ragu dengan kemampuannya menarik kata, melengkungnya dengan indah, dan mengikatnya dengan makna. Selalu!
Subhanallaah, powerfull :')
ReplyDeleteSubhaanallaah.. Pernikahan adalah gapura menuju
ReplyDeletemasa kehidupan yang sangat kompleks dari sebelum2nya..
*ngintip-ngintip komentar* :)
ReplyDeletecinta bukan hawa nafsu betul banget tuh :)
ReplyDeleteWuih kata2 si penulis mantap banget nih, ane paling suka kalimat ini "cinta yang tumbuh karena kecocokan jiwa, bukan hanya permasalahan waktu" heheh :)
ReplyDeletewaaah....Jadi Pengen ndang cepet2 nich....."Ada yang mw Ngasih Calooon....????" hehehehehe
ReplyDeletewah seru ada penulis tamunya...
ReplyDeleteBu doseeeen.... makin cakep az blognya.....
ReplyDeletemau... mau....
tulisannya jg makin keren ya*\(^0^)/*
@zachflazz
ReplyDeletebagian yang ini pun selalu menjadi kesukaan saya :)
@mimi RaDiAl
ReplyDeletewaah..mungkin bisa berbagi ceritanya juga biar menjadi sudut pandang lain :)
menikah itu...berat :D
ReplyDeleteCinta memang indah.. semua yg dimulai dgn cinta pasti akan bertemu keindahan
ReplyDelete^_^
yg blm menikah, ayo buruan menikah..!!!
hehe
salam sukses gan, bagi2 motivasi .,
ReplyDeletejujur dalam segala hal tidak akan mengubah duniamu menjadi buruk ,.
ditunggu kunjungan baliknya gan .,.
Absen sore lagi disini :)
ReplyDeletePerjanjian yang kokoh, saya dapat point pernikahannya kak :))
ReplyDeletesubhanallah.... luar biasa
ReplyDeletesuka ^^
@Jhony Tato Terima kasih kunjungannya :)
ReplyDelete@Gandi Fauzi :)
ReplyDelete@HP Yitno Ar Rifa'ah juga sudah nerbitin buku sendiri loh hadi :)
ReplyDeleteSubhanallah!
@BlogS of Hariyanto Insya Allah ^^ setuju!
ReplyDelete@zachflazz sukaa ^^ ahh, begitu menggetarkan hati.
ReplyDelete@mimi RaDiAl biasa aja :o yang bener? ^^
ReplyDelete@Fauzi uz-ay Alhamdulillah~
ReplyDelete@Annur eL Karimah Hehe iya ukhti nur :) kami satu kampus~ yeah, Allahu Akbar!
ReplyDelete@Awan Putih menyejukkan :D subhanallah!
ReplyDelete@Ririe Khayan Ohh, menikah ketika kau bertemu seseorang dan menyelesaikan semua masalah bersama-sama :) gitu ya mbak rie? hihihi <3
ReplyDelete@Srulz Insya Allah. Aamiin...
ReplyDelete@Dina Desriany Mdede, kakak ("-_-)>
ReplyDeleteuhuhu galau tugas ji ada kak! haha :D
@rezkybatari :)
ReplyDelete@Sya_Nisa wonderful!
ReplyDelete@Anonymous Gapura menuju kehidupan lebih kompleks, subhanallah!
ReplyDelete@Rifaah fufufufu, yuk mari~
ReplyDelete@Lidya - Mama Cal-Vin hear hear!
ReplyDelete@Hzndi ^^ alhamdulillah
ReplyDelete@mrofiuddin ikhtiar dan do'a ^__^ semoga dimudahkan oleh-Nya.
ReplyDelete@Mila Said hehehe iyyaaa :D
ReplyDelete@Yuna Kiva mau mau apa tuan putri ^^ hehehe <3
ReplyDelete@Skydrugz :D
ReplyDelete@Science Box hehehe, serasa kampanye menikah nih wan =P
ReplyDelete@outbound Malang terima kasih kunjungannya
ReplyDelete@Hzndi terima kasih kunjungannya, ndi
ReplyDelete@Uchank ^^ Allahu Akbar!
ReplyDelete@Zy Al-Fikriyah Suka <3
ReplyDeletenice post ☺
ReplyDelete@x-man thank you
ReplyDeleteMenikah :') - kapan kapan kapan y
ReplyDelete@ekoeriyanah Insya Allah, Aamiin...
ReplyDelete