Bismillaahirrahmaanirrahiim
Aku mengatupkan kedua lenganku, udara pagi itu begitu dingin. Maklum, Aki mulai memperlihatkan taringnya. Suhu saat Aki beraksi alias musim gugur itu sekitar 14,4 - 21,4 derajat celsius di kota Chiba, Masya Allah. Nggak kebayang deh gimana kalau Aki sudah disepak sama Fuyu. Huo, mungkin cahayaku akan benar-benar membeku!
Dengan berjalan kaki selama 45 - 60 menit, aku tiba di Sekiya Laboratory pukul 09.00 JST. Dalam fondasi Dept. of Information and Image Sciences, Faculty of Engineering, Chiba Unversity, S-Lab ini membawahi 12 students. Hanya tiga di antaranya yang perempuan, termasuk aku. Heran, tak ada seorang pun di sana, padahal komputer menyala dan tas-tas pun sudah mejeng di meja masing-masing. Kemana mereka?
"Maya-san, ano..."
Aku berbalik mendengar namaku dipanggil. Di sana berdiri Manzoku-san, dia lalu mengucapkan sesuatu. Parahnya, otakku loading. Ck, kemampuan Japanese-ku masih payah sekali, hanya sepatah dua kata yang bisa kutangkap. Syukur Alhamdulillah, body language orang Jepang tuh bagus, jadi maksud hati bisa tersampaikan.
Ternyata oh ternyata, jam segitu ada seminar riset laboratorium yang rutin dilakukan. Pas sampai di meeting room, Okazawa-san tengah presentasi. Juga terlihat Sekiya sensei yang memberikan respon bimbingan dan arahan. Tentu saja menggunakan Bahasa Jepang. Dan tentu saja hanya rumus dan gambar riset yang bisa kupahami. Ah, English tuh bener-bener nggak guna di Jepang. Kalau kayak gini caranya, mau nggak mau, aku mesti berubah jadi Putri Sakura. Bolehkah?
Tiba-tiba sebuah buku catatan yang terbuka disodorkan padaku. Sederet kalimat tertoreh di sana, "We plan to hold your welcome party today. Is it okay?"
Aku melihat Manzoku-san yang membuka kamus online untuk menuliskan kalimat tersebut. Aku tersenyum mengangguk. Ehem, di Jepang, hanya yang pernah ke luar negeri saja yang bisa Bahasa Inggris, selebihnya mereka berkutat dengan Bahasa Ibu mereka. Tapi bukan berarti mereka nggak mau berkomunikasi dengan orang asing. Risih sih iya, hanya saja untuk keadaan dibutuhkan, mereka pasti mengusahakan untuk bisa berbahasa Inggris. Mungkin kehadiranku, satu dari sekian alasan untuk memaksa mereka menggunakan Bahasa Inggris. Mungkin ya, karena pada kenyataannya mereka tetap berbahasa Jepang padaku tuh. Ha-ha!
Sehabis Maghrib, aku diajak belanja ke supermarket dekat kampus oleh Motegi-san, Okazawa-san dan Shimo-san. Kata Motegi-san, pesta ini adalah untukku jadi harus aku yang memilih hidangannya. Kan nggak lucu kalau nantinya malah aku yang nggak bisa menyantap makanannya. Jadi aku diminta untuk memilah sendiri makanan yang bisa dan yang nggak bisa kumakan. Ya Allah, baik banget! Semoga Allah Ta'ala memberikan hidayah Insya Allah. Eh, Ma-chan, cewek Chinese turut menemani berbelanja. Aku seneng banget soalnya Ma-chan itu Japanese-nya oke plus English-nya fasih bener. Kadang dia yang jadi penerjemah. Syalala.
Kami kembali ke S-Lab dengan membawa bahan-bahan mentah. Gyabo, ternyata mau masak sendiri! Aku berdebar-debar. Dag-dig-dug! Dua ikan segar langsung diambil alih oleh Nagashima-san. Tiada takut, dia segera menguliti ikan tersebut dan membuang tulangnya tanpa cela. Wah, aku recommend deh dia masuk master chef. Hoho, beneran. Tuh buktinya Inoue-san sampai heboh bahkan standing applause buat Nagashima-san. Well, hidangan pertama sashimi telah siap. Apa? Tak tahu sashimi? Sashimi itu sari laut yang dilahap dalam keadaan mentah bersama penyedap kecap asin, acar jahe dan wasabi.
Lalu ada Ami-chan, cewek Japanese dengan kemampuan English yang cakap. Dia memperlihatkan nampan berisi aneka sushi yang sudah dibeli dari tadi. Di situ ada sushi berisi telur, ikan salmon, ikan tuna, telur ikan, cumi-cumi dan udang. Tak ketinggalan acar jahe sebagai penetralisir rasa. Well, hidangan kedua sushi telah siap. Eh, jangan bilang tak tahu sushi? Sushi itu sashimi yang dimakan bersama nasi.
Di kubu lain, Shimo-san memotong-motong gurita menyerupai dadu kecil. Di sampingnya, Manzoku-san sedang menguleni terigu. Aku terharu ngelihat Okazawa-san sedikit-sedikit bertanya padaku ketika suatu bahan mau dicampurkan ke adonan. Dia mengangkat telur, aku mengangkat jempolku. Dia memperlihatkan kecap, aku mengangguk setuju. Dia menunjuk mayonnaise, aku tersenyum oke. Lalu dia meragu saat memotong keju, aku pun tertawa. Saat adonan sudah siap, Motegi-san mengeluarkan wajan dengan bulatan-bulatan cekung, penggorengan khusus untuk takoyaki. Well, hidangan ketiga takoyaki telah siap. Kalau takoyaki tahu kan? Takoyaki itu adonan tepung terigu yang berisi potongan gurita. Enak dicelup dalam kecap, mayonnaise dan keju.
Sekiya sensei datang. Sedikit terkejut, aku tidak merasakan hawa kedatangan beliau. Pestanya diawali dengan minum sake beras untuk mereka, sedang aku meneguk orange juice. Kalau nyebut welcome party, pasti lebih membayangkan keglamoran dan hal-hal riuh lainnya. Faktanya, acara ini lebih ke ramah-tamah sekalian makan malam menyambut kehadiranku. Sekiya sensei yang begitu mahir Bahasa Inggris, banyak bercerita tentang sisi tradisional Jepang, baik itu makanannya, minuman, tarian, ciri khas perfektur, hari libur, bahasa maupun menyangkut pendidikan dan pekerjaan di Jepang. Sesekali Sekiya sensei bertanya tentang Indonesia. Bahkan Shimo-san mencoba mengeja nama bumbu Jepang dalam Bahasa Indonesia yang diperolehnya dari google translate. Lucunya, Subhanallah! Satu hal yang kusadari, mereka menginginkan aku merasa nyaman berada di antara mereka. Ya, di saat seperti itu, aku benar-benar merasa masuk dalam lingkaran mereka. Nah loh, gimana kalau hatiku terpaut di Jepang?
Hal yang tersulit adalah ketika Sekiya sensei memintaku mencoba ketiga hidangan tersebut. Aku benar-benar berdoa semoga aku tidak memuntahkannya! Telan, pokoknya harus telan! Sashimi? Eto... kenyal, lembut dan asin. Tak ada bau amis yang tercium. Lumayanlah. Sushi? Eto... gurih, licin dan pekat. Cara makannya susah, harus sekalian masuk ke dalam mulut semua. Aku sempat ditertawai karena bodoh memakai sumpit, melahap dengan dua kali suap dan ngasih saus ke nasi bukan ke ikannya. Buh-hh, cukup menegangkan. Takoyaki? Eto... ini yang paling enak, soalnya nggak mentah sih. Hahaha!
Pesta diakhiri ketika waktu sudah menunjukkan pukul 22.30 JST. Alhamdulillah, walau ada tiga orang yang nggak bisa datang yaitu Sanada-san, Cho-san dan Shi-san, menurutku ini menyenangkan. Sekejap, tiba-tiba saja pikiranku terbang ke empat tahun lalu, ketika aku masih menjabat sebagai asisten. Banyak melakukan hal yang kusukai. Tak sedikit kekonyolan yang telah terjadi. Ah, jadi kangen dengan kanda-kanda dan teman-teman seperjuangan di laboratorium. Aku tahu banyak hal-hal yang dipandang miring ketika kaum hawa berkutat di bidang teknik. Tiada maksud membela diri tapi dalam pandanganku, menggeluti teknik itu memang tidak gampang dan penuh rintangan, apalagi untuk perempuan. Karenanya, saat seorang perempuan bisa mekar dalam dunia itu, dia akan punya pesona yang tak tertandingi. Eh, ini aku lagi nggak ngomongin diri sendiri loh ya. Jangan salah paham. Fufufu.
Bergegas pulang menuju gerbang kampus, Ma-chan menahanku. Katanya, mereka mengkhawatirkanku pulang selarut ini. Jadi Manzoku-san akan mengantar sampai dormitory. Ma-chan menyarankan kami naik kereta. Entah mau berekspresi bagaimana, aku hanya menggenggam tangan Ma-chan dan mengucapkan terima kasih. Menit berikutnya, Manzoku-san muncul dengan menenteng sepeda. Loh, gimana mau naik kereta kalau Manzoku-san bersepeda? Batinku cenat-cenut, masa aku membonceng di belakangnya?
Manzoku-san merapatkan jaketnya, dia menggerakkan kepalanya lalu melangkah maju. Ah, aku segera pamit pada Ma-chan dan menyusulnya dari belakang. Kami berjalan kaki. Aku melirik Manzoku-san yang sedikit kesusahan berjalan seraya menenteng sepeda. Saat itu otakku nggak jernih, pikiranku kalut kusam, nggak tahu mana yang lebih baik, pulang sendiri atau pulang bersamanya. Saking cemasnya akan situasi malam di negeri orang, selama beberapa menit aku hanya berjalan di sampingnya tanpa suara.
"I think we're lost. I don't know this way."
What? Bukannya Manzoku-san yang nunjukin jalan? Kenapa malah si pengantar yang nggak tahu jalan? Antara mau ketawa dan kasihan. Kasusnya parah bener. Ya Allah, tahu gitu mending lewat jalan yang biasa kulalui. Habisnya, tadi dia yang jalan duluan. Pikirku itu rute lain. Nggak tahunya, nyasar. Fine, dia segera ngaktifin GPS di iphone miliknya. Setelah berhasil menemukan jalan raya, kami kembali ke arah yang benar. Dan kali ini aku nggak bakal biarin dia ngambil arah jalan lagi. Huhuhu, lebih lama setengah jam dibanding ketika aku berjalan sendirian.
Gigiku menggeletuk, udara semakin dingin saat kami tiba di dormitory. Aku tak hentinya mengucapkan maaf dan terima kasih. Manzoku-san hanya tertawa lalu pamit pulang. Dia melajukan sepedanya dengan cepat. Ekor mataku mengantar kepergiannya. Ketika punggung Manzoku-san sudah tak terlihat, aku bergegas masuk. Spontan, hatiku meraba, bukannya tadi itu adegan romantis ya? Ha-ha-ha! Nggak mungkin. Eh, siapa tahu ya. Ah, enggak. Loh, mungkin saja. Nah, bagaimana menurutmu?
Wajahku merah padam. Padahal aku tidak demam. Jadi mungkin ini karena cinta. Bukan rasa untuk manusia. Bukan prolog untuk memadu kasih. Melainkan jatuh cinta pada pandangan pertama di tiap momen yang kualami. Ya, sebut saja kisah asam manis si Putri Cahaya di Negeri Momiji yang berguguran.
Namun, Peri Aurora selalu mengingatkan untuk tidak menyimpan hati untuk Pangeran Sakura. Karena siapa tahu Peri Bumi menanti kehadiranku pulang ke tanah air. Huum, aku cukup tahu diri kok. Imajinasi kalau Putri Cahaya berubah menjadi Putri Sakura juga nggak terakses di otakku. Hanya saja aku juga tidak sampai sege-er gimana gitu merasa ada seseorang yang menantikanku. Ah, daripada mikirin hal yang nggak pasti, lebih baik mikirin program simulasi wireless yang belum kelar-kelar dari pekan lalu. Glek!
Perlu diketahui, fakta bahwa aku jatuh cinta pada Negeri Sakura, itu benar adanya. Jadi bagi yang merasa a.k.a bagi yang tersinggung, jika kau menginginkanku kembali, buat aku jatuh cinta padamu. Sebait doa dan sepotong kata rindu darimu sudah bisa membuat asa kepulanganku semakin besar loh. So, miss me okay?
Kokusai-koryu-kaikan, lewat tengah malam
13 Oktober 2012 Miladiyah
27 Dzulqa'dah 1433 Hijriyah
Chiba Daigaku - Main Gate |
Dengan berjalan kaki selama 45 - 60 menit, aku tiba di Sekiya Laboratory pukul 09.00 JST. Dalam fondasi Dept. of Information and Image Sciences, Faculty of Engineering, Chiba Unversity, S-Lab ini membawahi 12 students. Hanya tiga di antaranya yang perempuan, termasuk aku. Heran, tak ada seorang pun di sana, padahal komputer menyala dan tas-tas pun sudah mejeng di meja masing-masing. Kemana mereka?
"Maya-san, ano..."
Aku berbalik mendengar namaku dipanggil. Di sana berdiri Manzoku-san, dia lalu mengucapkan sesuatu. Parahnya, otakku loading. Ck, kemampuan Japanese-ku masih payah sekali, hanya sepatah dua kata yang bisa kutangkap. Syukur Alhamdulillah, body language orang Jepang tuh bagus, jadi maksud hati bisa tersampaikan.
Ternyata oh ternyata, jam segitu ada seminar riset laboratorium yang rutin dilakukan. Pas sampai di meeting room, Okazawa-san tengah presentasi. Juga terlihat Sekiya sensei yang memberikan respon bimbingan dan arahan. Tentu saja menggunakan Bahasa Jepang. Dan tentu saja hanya rumus dan gambar riset yang bisa kupahami. Ah, English tuh bener-bener nggak guna di Jepang. Kalau kayak gini caranya, mau nggak mau, aku mesti berubah jadi Putri Sakura. Bolehkah?
Tiba-tiba sebuah buku catatan yang terbuka disodorkan padaku. Sederet kalimat tertoreh di sana, "We plan to hold your welcome party today. Is it okay?"
Aku melihat Manzoku-san yang membuka kamus online untuk menuliskan kalimat tersebut. Aku tersenyum mengangguk. Ehem, di Jepang, hanya yang pernah ke luar negeri saja yang bisa Bahasa Inggris, selebihnya mereka berkutat dengan Bahasa Ibu mereka. Tapi bukan berarti mereka nggak mau berkomunikasi dengan orang asing. Risih sih iya, hanya saja untuk keadaan dibutuhkan, mereka pasti mengusahakan untuk bisa berbahasa Inggris. Mungkin kehadiranku, satu dari sekian alasan untuk memaksa mereka menggunakan Bahasa Inggris. Mungkin ya, karena pada kenyataannya mereka tetap berbahasa Jepang padaku tuh. Ha-ha!
Sehabis Maghrib, aku diajak belanja ke supermarket dekat kampus oleh Motegi-san, Okazawa-san dan Shimo-san. Kata Motegi-san, pesta ini adalah untukku jadi harus aku yang memilih hidangannya. Kan nggak lucu kalau nantinya malah aku yang nggak bisa menyantap makanannya. Jadi aku diminta untuk memilah sendiri makanan yang bisa dan yang nggak bisa kumakan. Ya Allah, baik banget! Semoga Allah Ta'ala memberikan hidayah Insya Allah. Eh, Ma-chan, cewek Chinese turut menemani berbelanja. Aku seneng banget soalnya Ma-chan itu Japanese-nya oke plus English-nya fasih bener. Kadang dia yang jadi penerjemah. Syalala.
Kami kembali ke S-Lab dengan membawa bahan-bahan mentah. Gyabo, ternyata mau masak sendiri! Aku berdebar-debar. Dag-dig-dug! Dua ikan segar langsung diambil alih oleh Nagashima-san. Tiada takut, dia segera menguliti ikan tersebut dan membuang tulangnya tanpa cela. Wah, aku recommend deh dia masuk master chef. Hoho, beneran. Tuh buktinya Inoue-san sampai heboh bahkan standing applause buat Nagashima-san. Well, hidangan pertama sashimi telah siap. Apa? Tak tahu sashimi? Sashimi itu sari laut yang dilahap dalam keadaan mentah bersama penyedap kecap asin, acar jahe dan wasabi.
Lalu ada Ami-chan, cewek Japanese dengan kemampuan English yang cakap. Dia memperlihatkan nampan berisi aneka sushi yang sudah dibeli dari tadi. Di situ ada sushi berisi telur, ikan salmon, ikan tuna, telur ikan, cumi-cumi dan udang. Tak ketinggalan acar jahe sebagai penetralisir rasa. Well, hidangan kedua sushi telah siap. Eh, jangan bilang tak tahu sushi? Sushi itu sashimi yang dimakan bersama nasi.
Di kubu lain, Shimo-san memotong-motong gurita menyerupai dadu kecil. Di sampingnya, Manzoku-san sedang menguleni terigu. Aku terharu ngelihat Okazawa-san sedikit-sedikit bertanya padaku ketika suatu bahan mau dicampurkan ke adonan. Dia mengangkat telur, aku mengangkat jempolku. Dia memperlihatkan kecap, aku mengangguk setuju. Dia menunjuk mayonnaise, aku tersenyum oke. Lalu dia meragu saat memotong keju, aku pun tertawa. Saat adonan sudah siap, Motegi-san mengeluarkan wajan dengan bulatan-bulatan cekung, penggorengan khusus untuk takoyaki. Well, hidangan ketiga takoyaki telah siap. Kalau takoyaki tahu kan? Takoyaki itu adonan tepung terigu yang berisi potongan gurita. Enak dicelup dalam kecap, mayonnaise dan keju.
Sekiya sensei datang. Sedikit terkejut, aku tidak merasakan hawa kedatangan beliau. Pestanya diawali dengan minum sake beras untuk mereka, sedang aku meneguk orange juice. Kalau nyebut welcome party, pasti lebih membayangkan keglamoran dan hal-hal riuh lainnya. Faktanya, acara ini lebih ke ramah-tamah sekalian makan malam menyambut kehadiranku. Sekiya sensei yang begitu mahir Bahasa Inggris, banyak bercerita tentang sisi tradisional Jepang, baik itu makanannya, minuman, tarian, ciri khas perfektur, hari libur, bahasa maupun menyangkut pendidikan dan pekerjaan di Jepang. Sesekali Sekiya sensei bertanya tentang Indonesia. Bahkan Shimo-san mencoba mengeja nama bumbu Jepang dalam Bahasa Indonesia yang diperolehnya dari google translate. Lucunya, Subhanallah! Satu hal yang kusadari, mereka menginginkan aku merasa nyaman berada di antara mereka. Ya, di saat seperti itu, aku benar-benar merasa masuk dalam lingkaran mereka. Nah loh, gimana kalau hatiku terpaut di Jepang?
Hal yang tersulit adalah ketika Sekiya sensei memintaku mencoba ketiga hidangan tersebut. Aku benar-benar berdoa semoga aku tidak memuntahkannya! Telan, pokoknya harus telan! Sashimi? Eto... kenyal, lembut dan asin. Tak ada bau amis yang tercium. Lumayanlah. Sushi? Eto... gurih, licin dan pekat. Cara makannya susah, harus sekalian masuk ke dalam mulut semua. Aku sempat ditertawai karena bodoh memakai sumpit, melahap dengan dua kali suap dan ngasih saus ke nasi bukan ke ikannya. Buh-hh, cukup menegangkan. Takoyaki? Eto... ini yang paling enak, soalnya nggak mentah sih. Hahaha!
Pesta diakhiri ketika waktu sudah menunjukkan pukul 22.30 JST. Alhamdulillah, walau ada tiga orang yang nggak bisa datang yaitu Sanada-san, Cho-san dan Shi-san, menurutku ini menyenangkan. Sekejap, tiba-tiba saja pikiranku terbang ke empat tahun lalu, ketika aku masih menjabat sebagai asisten. Banyak melakukan hal yang kusukai. Tak sedikit kekonyolan yang telah terjadi. Ah, jadi kangen dengan kanda-kanda dan teman-teman seperjuangan di laboratorium. Aku tahu banyak hal-hal yang dipandang miring ketika kaum hawa berkutat di bidang teknik. Tiada maksud membela diri tapi dalam pandanganku, menggeluti teknik itu memang tidak gampang dan penuh rintangan, apalagi untuk perempuan. Karenanya, saat seorang perempuan bisa mekar dalam dunia itu, dia akan punya pesona yang tak tertandingi. Eh, ini aku lagi nggak ngomongin diri sendiri loh ya. Jangan salah paham. Fufufu.
Bergegas pulang menuju gerbang kampus, Ma-chan menahanku. Katanya, mereka mengkhawatirkanku pulang selarut ini. Jadi Manzoku-san akan mengantar sampai dormitory. Ma-chan menyarankan kami naik kereta. Entah mau berekspresi bagaimana, aku hanya menggenggam tangan Ma-chan dan mengucapkan terima kasih. Menit berikutnya, Manzoku-san muncul dengan menenteng sepeda. Loh, gimana mau naik kereta kalau Manzoku-san bersepeda? Batinku cenat-cenut, masa aku membonceng di belakangnya?
Manzoku-san merapatkan jaketnya, dia menggerakkan kepalanya lalu melangkah maju. Ah, aku segera pamit pada Ma-chan dan menyusulnya dari belakang. Kami berjalan kaki. Aku melirik Manzoku-san yang sedikit kesusahan berjalan seraya menenteng sepeda. Saat itu otakku nggak jernih, pikiranku kalut kusam, nggak tahu mana yang lebih baik, pulang sendiri atau pulang bersamanya. Saking cemasnya akan situasi malam di negeri orang, selama beberapa menit aku hanya berjalan di sampingnya tanpa suara.
"I think we're lost. I don't know this way."
What? Bukannya Manzoku-san yang nunjukin jalan? Kenapa malah si pengantar yang nggak tahu jalan? Antara mau ketawa dan kasihan. Kasusnya parah bener. Ya Allah, tahu gitu mending lewat jalan yang biasa kulalui. Habisnya, tadi dia yang jalan duluan. Pikirku itu rute lain. Nggak tahunya, nyasar. Fine, dia segera ngaktifin GPS di iphone miliknya. Setelah berhasil menemukan jalan raya, kami kembali ke arah yang benar. Dan kali ini aku nggak bakal biarin dia ngambil arah jalan lagi. Huhuhu, lebih lama setengah jam dibanding ketika aku berjalan sendirian.
Gigiku menggeletuk, udara semakin dingin saat kami tiba di dormitory. Aku tak hentinya mengucapkan maaf dan terima kasih. Manzoku-san hanya tertawa lalu pamit pulang. Dia melajukan sepedanya dengan cepat. Ekor mataku mengantar kepergiannya. Ketika punggung Manzoku-san sudah tak terlihat, aku bergegas masuk. Spontan, hatiku meraba, bukannya tadi itu adegan romantis ya? Ha-ha-ha! Nggak mungkin. Eh, siapa tahu ya. Ah, enggak. Loh, mungkin saja. Nah, bagaimana menurutmu?
Another trip to a new tokyo station |
Wajahku merah padam. Padahal aku tidak demam. Jadi mungkin ini karena cinta. Bukan rasa untuk manusia. Bukan prolog untuk memadu kasih. Melainkan jatuh cinta pada pandangan pertama di tiap momen yang kualami. Ya, sebut saja kisah asam manis si Putri Cahaya di Negeri Momiji yang berguguran.
Namun, Peri Aurora selalu mengingatkan untuk tidak menyimpan hati untuk Pangeran Sakura. Karena siapa tahu Peri Bumi menanti kehadiranku pulang ke tanah air. Huum, aku cukup tahu diri kok. Imajinasi kalau Putri Cahaya berubah menjadi Putri Sakura juga nggak terakses di otakku. Hanya saja aku juga tidak sampai sege-er gimana gitu merasa ada seseorang yang menantikanku. Ah, daripada mikirin hal yang nggak pasti, lebih baik mikirin program simulasi wireless yang belum kelar-kelar dari pekan lalu. Glek!
Perlu diketahui, fakta bahwa aku jatuh cinta pada Negeri Sakura, itu benar adanya. Jadi bagi yang merasa a.k.a bagi yang tersinggung, jika kau menginginkanku kembali, buat aku jatuh cinta padamu. Sebait doa dan sepotong kata rindu darimu sudah bisa membuat asa kepulanganku semakin besar loh. So, miss me okay?
Kokusai-koryu-kaikan, lewat tengah malam
13 Oktober 2012 Miladiyah
27 Dzulqa'dah 1433 Hijriyah
Masya Allah, anti di jepun , Nur??? keyeeennnnn.... ^_^
ReplyDeleteWau pengalaman menarik nih..
ReplyDeletesekedar diketahui aja, orang jepang nasionalisnya cukup tinggi, rasa cinta pada negara, rasa cinta pada karya sendiri, product sendiri bahkan bahasa sendiri demikian kuat, itulah sisi kekuatan sekaligus kelemahannya...
Tetap semangat ya Imoutochan
Wah...sdh di negeri Sakura.... kirimi aku postcard gambar bunga sakura donk May.... :)
ReplyDeletewaduh,pengalamannya keren (jadi iri. hoho) :D
ReplyDeletekalo blh tau,dlm rangka apa k sana kak:)
Alhamdulillah, Subhanallah....
ReplyDeleteTernyata Maya ada di negeri sakura sekarang! I'm so proud of you, darling!
Mdh2an kuliahnya berjalan lancar yak!Amin!
Ditunggu lagi ceritanya disana!
Wahh mbak Maya keren ya kuliah di negeri jepang ^^
ReplyDeleteBarakallah ya mbak :)
Ceritanya membuatku ingin jua ke negeri sakura,,
yaiks sashimi
ReplyDeleteJepang ? hmmmm..
ReplyDeletetolong fotoin Bunga sakuranya mbak, :D :hihi
waahh,, di jepang ya?
ReplyDeletenitip mihiro ya.. tolong bawain ke sini.
hwehehehehe
keren mba,,,
ReplyDeletejatuh cinta pada pandangan pertama ..ahhayy tak apalah itu urusan hati Sang Putri, dan itu tidak membuatku tersinggung kok..hmm hmmm,
ReplyDeletekali ini saya hanya mencari-cari..kemana gerangan kan kutemukan dorayaki di antara sashimi, sushi dan takoyaki , apakah harus meminta bantuan kantong ajaib doraemon untuk menemukannya :)
lama ga denger kabar mba maya, ga taunya udah di jepang, hehe. :D slamat ngelab, mba. semoga studinya dimudahkan dan selalu ada Allah yang menjaga mba untuk tetap bisa beribadah di sana. aamiin. :)
ReplyDeleteputri cahaya..
ReplyDeletejangan jadi putri sakura.
awan putih, jingga, angin lembut, pelangi, bunga matahari, langit, dan semuanya di sini sangat merindukanmu..
aku terkapar di sini dan kau tak ada?
ugh...
~nah, itu sepotong kata rindu dariku.
cepat pulang ya
Mreka beli sake ga ? xixixi..
ReplyDeleteKubilang juga apa, akan jatuh cinta kau pada negri sakura :D
Nikmati lah harimu disana, hingga akhirnya pulang bawa ceirta bahagia, aamiin :)
betah ya disana menikmati keindahan alamnya :)
ReplyDeletebunya sakura kak maya.........
ReplyDeletebunga maksudnya...hehe
ReplyDeleteWaaah, mbak maya sekarang di Jepang?? Lama ga kesini, ternyata banyak yg saya tidak tahu ya :)
ReplyDeleteSemoga mendapatkan sesuatu yg berguna di sana ya May.. dan jgn lupa ma negeri sendiri..
ReplyDeleteHati2 di Negara Kafir ya..!, smg Allah selalu melindungi Aamiin....
ReplyDeletemiss u juniorku yg hebat..
ReplyDelete:)
baik-baik dikampungnya orang.
Waaa~ putri cahaya..
ReplyDeleteaku tidak rela kalau putri cahaya jadi putri sakuraa.. lalu siapa yang akan menerangi hari-hariku kelak ? :D
baik-baik disana ya cahayakuu~
miss youu so, jadi pulanglah ;)
Nurma-Chaaaaan....
ReplyDeleteOh Tidaaak.... kamu berhasil menemukan salah satu pangeran dari negeri momiji...huwawawawaa.a..a.a.a Ngiriiii... (>_<)
Nurma-Chan,,,, Ganbatte Dayooo \m/
Kare Ni Aitakute O Nurma-Chaaaan....
Suki...suki....daisuki dayooo...
mayya chan.... are u in love???
ReplyDeleteRinduuuuu
ReplyDeletemengapa rindu hatikuuuuu :D
segera pulang mb' May...
pangeran bumi menanti ^^
Ohayou mayaaa...
ReplyDeleteWah asik nih bisa belajar sambil jalan2 hahah
Hati-hati jgn sampe kepincut ama pangeran Sakura...
ReplyDelete:D
i wanna be like you kak mayaaaa... ur experience always make me strong wherever i am..
ReplyDelete#MiftaBILC#