Bismillaahirrahmaanirrahiim
Selepas Ashar, ketika mendung tengah menggawangi kampus Nishi-Chiba, aku menatap beberapa postcard (kartu pos, red) di tanganku. Terhitung ada enam postcard bergambar hal-hal unik Jepang yang rencananya akan kukirim ke Indonesia. Untuk keluargaku, akhwat pejuang, teman seangkatan di kampus, seniorku tersayang dan dua sahabat yang belum pernah kutemui. Ehem, bagaimana caraku mengirimkannya?
Aku melirik Manzoku-san yang duduk tepat di belakangku, dia asyik ber-headset ria. Khawatir suaraku tak terdengar, aku mengalihkan pandangan ke sebelah kanan. Okazawa-san sedang termenung mengamati program routing-nya. Telinganya bebas bising.
"Ano, sumimasen Okazawa-san... Eto..."
Okazawa-san berbalik dan mengangguk, "Hai...!! Nani?"
Sebelum aku sempat merespon, tiba-tiba Manzoku-san melepas headset lalu memutar badannya menghadap ke arahku. Jadi, dia bisa mendengarku? Shimo-san yang duduk di depan Manzoku-san juga berdiri dan menghampiri forum kecil yang tercipta karenaku. Waw, aku jadi salah tingkah. Sedikit gugup, aku bertanya seputar pos dan prosedur pengiriman kartu pos.
Sebelum aku sempat merespon, tiba-tiba Manzoku-san melepas headset lalu memutar badannya menghadap ke arahku. Jadi, dia bisa mendengarku? Shimo-san yang duduk di depan Manzoku-san juga berdiri dan menghampiri forum kecil yang tercipta karenaku. Waw, aku jadi salah tingkah. Sedikit gugup, aku bertanya seputar pos dan prosedur pengiriman kartu pos.
Manzoku-san langsung mengaktifkan online map, mencari kantor pos terdekat dari kampus. Okazawa-san kebingungan postcard itu apa, jadi aku memperlihatkan satu kartu pos padanya. Sedang Shimo-san menjelaskan waktu operasi kantor pos, katanya sekarang kantor pos sudah tutup.
Ketika raut mukaku melukis kecewa, cepat-cepat Okazawa-san berkata, "Tomorrow, okay?" Aku tersenyum sambil melingkarkan jari telunjuk dan jempolku. Ah, Masya Allah. Mereka ini sudah baik hati, cekatan pula. Awalnya kupikir aku tak disukai, huhuhu. Habisnya mereka nggak pernah mengajak ngobrol sih. Eh pas aku bertanya sesuatu, mereka malah seratus persen memberikan perhatian. Aku baru sadar, orang Jepang tuh tipikal yang cuek tapi bisa diandalkan saat dibutuhkan. Keren ya?
Keesokan harinya, aku kembali menatap postcard yang kujejer di meja. Saat itu di laboratorium hanya ada Okazawa-san, Motegi-san dan Inoue-san. Maklum, lagi istirahat makan siang. Aku pun bertanya pada Okazawa-san mengenai kelanjutan perkara pos kemarin. Tanpa banyak omong, dia langsung mengulurkan tangan kanannya padaku. Eh?
Entah kenapa, aku jadi mengigau akan adegan ketika pangeran mengulurkan tangan untuk mengajak sang putri berdansa. Masa iya, aku diajak dansa? Hahaha, hampir saja aku kehilangan akal, ck! Lekas aku mengambil postcard dan meletakkannya di telapak tangan Okazawa-san. Dia lalu berjalan ke arah Motegi-san, pamit ke kantor pos. Aku masih bergeming, akhirnya dia pun melempar isyarat padaku untuk mengikutinya. Berarti dia akan mengantar ke kantor pos ya? Dalam hati aku membatin, wah ini tuh awkward moment yang manis. Ups, jantungku gatal.
Okazawa-san berjalan beberapa meter di depan. Ketika menuju elevator, aku nggak sadar, pintunya telah lama terbuka. Alhasil, pas melewatinya, kedua pintu elevator bersiap menjepitku. Secepat kilat -masih tanpa bicara- dia menekan punggungnya ke arah pintu diiringi dengan bunyi dentuman. Ugh, pasti sakit. Aku pun menanti reaksinya. Huh curang, kenapa tampangnya masih tetap cool? Aku kan jadi susah minta maaf.
Kyaa, udara di luar ternyata menyelinap sampai ke tulang. Ya Allah, dingin banget. Saat melewati kotak pos, aku berhenti dan menatap benda itu lama. Okazawa-san bilang dia tidak tahu tentang prangko jadi tidak bisa menggunakan kotak pos, lebih baik langsung ke kantor pos saja. Aku mereponnya dengan anggukan. Uhm, tiba-tiba Okazawa-san berada di sisi kiriku. Loh bukannya tadi berjalan di sisi kanan? Nah, dia berjalan ke sisi kananku lagi. Aku menatapnya bingung. Detik berikutnya, aku terperangah ketika mengetahui alasan dia bersikap demikian.
Rupanya Okazawa-san berupaya membuatku nyaman saat berjalan. Ketika menyeberang jalan, dia berada di sebelah kanan karena kendaraan muncul dari sebelah kanan. Dan dia memilih berjalan di sebelah kiri ketika arus pejalan kaki begitu padat di sebelah kiri. Entah khawatir aku menabrak pejalan kaki lain atau takut aku nggak bisa berjalan mengikuti arus, jadinya aku diposisikan berjalan di sisi kanan yang lapang. Ehem apa sekarang aku sudah bisa bilang wow, gitu? Hahaha, habisnya tiba-tiba saja aku ngerasa layaknya seorang putri kerajaan karena ulahnya.
Sebenarnya aku pengen mengirim postcard dengan tanganku sendiri. Kan bakal lebih greget dan penuh sensasi. Cuma yah, Okazawa-san melakukan semuanya untukku. Dia malah memintaku duduk. Tapi saking penasarannya, aku tetap di sampingnya. Setelah berbicara dengan petugas pos, dia lalu membeli prangko seharga 70 yen untuk tiap postcard. Setelah postcard tersebut masuk proses pengiriman, dia tersenyum padaku. Entah bagaimana mengungkapkannya tapi yang jelas ketulusan Okazawa-san begitu terasa. Aku jadi nggak enak hati, merasa sangat merepotkannya. Aku bahkan belum berterima kasih dengan baik. Doaku, semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikanmu jalan menuju Hidayah-Nya Insya Allah. Aamiin.
Sampai saat kisah ini dituliskan, postcard yang kukirim belum sampai juga. Mama malah bercanda bilang kemungkinan aku duluan yang sampai di Indonesia dibanding postcard itu. Ha-ha-ha! Kartu pos dari Jepang seharga prangko 70 yen. Sampai nggak ya? Yah, dipikirkan pun malah bakal pusing. Jadi kalau begitu, yang bisa dilakukan hanya menunggu kan? ^^
Di antara oranye yang berguguran,
16 Oktober 2012 Miladiyah
30 Dzulqa'dah 1433 Hijriyah
Ketika raut mukaku melukis kecewa, cepat-cepat Okazawa-san berkata, "Tomorrow, okay?" Aku tersenyum sambil melingkarkan jari telunjuk dan jempolku. Ah, Masya Allah. Mereka ini sudah baik hati, cekatan pula. Awalnya kupikir aku tak disukai, huhuhu. Habisnya mereka nggak pernah mengajak ngobrol sih. Eh pas aku bertanya sesuatu, mereka malah seratus persen memberikan perhatian. Aku baru sadar, orang Jepang tuh tipikal yang cuek tapi bisa diandalkan saat dibutuhkan. Keren ya?
Keesokan harinya, aku kembali menatap postcard yang kujejer di meja. Saat itu di laboratorium hanya ada Okazawa-san, Motegi-san dan Inoue-san. Maklum, lagi istirahat makan siang. Aku pun bertanya pada Okazawa-san mengenai kelanjutan perkara pos kemarin. Tanpa banyak omong, dia langsung mengulurkan tangan kanannya padaku. Eh?
Entah kenapa, aku jadi mengigau akan adegan ketika pangeran mengulurkan tangan untuk mengajak sang putri berdansa. Masa iya, aku diajak dansa? Hahaha, hampir saja aku kehilangan akal, ck! Lekas aku mengambil postcard dan meletakkannya di telapak tangan Okazawa-san. Dia lalu berjalan ke arah Motegi-san, pamit ke kantor pos. Aku masih bergeming, akhirnya dia pun melempar isyarat padaku untuk mengikutinya. Berarti dia akan mengantar ke kantor pos ya? Dalam hati aku membatin, wah ini tuh awkward moment yang manis. Ups, jantungku gatal.
Okazawa-san berjalan beberapa meter di depan. Ketika menuju elevator, aku nggak sadar, pintunya telah lama terbuka. Alhasil, pas melewatinya, kedua pintu elevator bersiap menjepitku. Secepat kilat -masih tanpa bicara- dia menekan punggungnya ke arah pintu diiringi dengan bunyi dentuman. Ugh, pasti sakit. Aku pun menanti reaksinya. Huh curang, kenapa tampangnya masih tetap cool? Aku kan jadi susah minta maaf.
Yuubinkyoku - Post Office - Post Box |
Kyaa, udara di luar ternyata menyelinap sampai ke tulang. Ya Allah, dingin banget. Saat melewati kotak pos, aku berhenti dan menatap benda itu lama. Okazawa-san bilang dia tidak tahu tentang prangko jadi tidak bisa menggunakan kotak pos, lebih baik langsung ke kantor pos saja. Aku mereponnya dengan anggukan. Uhm, tiba-tiba Okazawa-san berada di sisi kiriku. Loh bukannya tadi berjalan di sisi kanan? Nah, dia berjalan ke sisi kananku lagi. Aku menatapnya bingung. Detik berikutnya, aku terperangah ketika mengetahui alasan dia bersikap demikian.
Rupanya Okazawa-san berupaya membuatku nyaman saat berjalan. Ketika menyeberang jalan, dia berada di sebelah kanan karena kendaraan muncul dari sebelah kanan. Dan dia memilih berjalan di sebelah kiri ketika arus pejalan kaki begitu padat di sebelah kiri. Entah khawatir aku menabrak pejalan kaki lain atau takut aku nggak bisa berjalan mengikuti arus, jadinya aku diposisikan berjalan di sisi kanan yang lapang. Ehem apa sekarang aku sudah bisa bilang wow, gitu? Hahaha, habisnya tiba-tiba saja aku ngerasa layaknya seorang putri kerajaan karena ulahnya.
Sebenarnya aku pengen mengirim postcard dengan tanganku sendiri. Kan bakal lebih greget dan penuh sensasi. Cuma yah, Okazawa-san melakukan semuanya untukku. Dia malah memintaku duduk. Tapi saking penasarannya, aku tetap di sampingnya. Setelah berbicara dengan petugas pos, dia lalu membeli prangko seharga 70 yen untuk tiap postcard. Setelah postcard tersebut masuk proses pengiriman, dia tersenyum padaku. Entah bagaimana mengungkapkannya tapi yang jelas ketulusan Okazawa-san begitu terasa. Aku jadi nggak enak hati, merasa sangat merepotkannya. Aku bahkan belum berterima kasih dengan baik. Doaku, semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikanmu jalan menuju Hidayah-Nya Insya Allah. Aamiin.
Sampai saat kisah ini dituliskan, postcard yang kukirim belum sampai juga. Mama malah bercanda bilang kemungkinan aku duluan yang sampai di Indonesia dibanding postcard itu. Ha-ha-ha! Kartu pos dari Jepang seharga prangko 70 yen. Sampai nggak ya? Yah, dipikirkan pun malah bakal pusing. Jadi kalau begitu, yang bisa dilakukan hanya menunggu kan? ^^
Di antara oranye yang berguguran,
16 Oktober 2012 Miladiyah
30 Dzulqa'dah 1433 Hijriyah
wekek senyum2 sendiri baca ceritanya..
ReplyDeletekalau aku yg ada diposisi itu pasti udah bilang wow sambil salto wekekeke..
aamiin semoga dy diberi hidayah oleh Alloh ^_^
wah, disini ada post nyasar neh ... punya siapa ya ??? #lirikkirikanan :p
ReplyDeletejantungku kug jadi gatel ya mbak.. mana senyum2 sendiri gini, mbak Maya harus tanggung jawab nih. :P
ReplyDelete#mo ikut bilang: aamiin gitu, moga2 Okazawa san segera ketemu sama hidayah Nya.
ahahha...
ReplyDeletedag-dig-dug baca tulisan ini kak.
memang berasa jadi putri yah,
oh ya.
satu kata.
merindukanmu.
iih gentle banget, kenapa kamu ga koprol maya? pasti dia langsung bingung, hihi, atw malah jadi ilfil ya? hmm ga jadi deh kalo gitu :P, aku ga dikirimin hikhik :D ikut mengaminkan doanya :)
ReplyDeleteAssalamualaikum..maaf lama tak silaturahim..wah.wah..ternyata mabak di Jepang ya...luar biasa..pandai sangat mabak buat tulisan yang bagus2..
ReplyDeletehihi unik yah tempatnya. pasti aku rajin bolak balik klo ada doi iNDONESIA hihhihihi...
ReplyDeleteklo disini saya buutuh udara di luar tapi yg asri susah bgd
Lho ug di aq ini bukan postcard dr km donk May? Udh sp lho... hihi
ReplyDeletePkbr May? Pasti excited banget disana ya? Teman baru suasana baru, dosen baru....sukses selalu ya sist! Kangen deh chat sm km lg...
wah, maaf May, aku lama nggak mampir sampai nggak tahu Maya udah di timur jauh sana..
ReplyDeleteMasya Allah....
ReplyDeleteKak, aku jadi senyum2 sndiri saat baca ceritanya :D
wah... gak nyangka orang Jepang memang pada baik2 yah !!
jadi kepengen deh ada di situ, hehehe :)
waaawww... kak maya jiiii ^_^
ReplyDeletemungkin post box nya udah ga keurus #kesimpulanngasal :D
ReplyDeletesy pernah kirim postcard ke jepang, kalo tidak salah tibanya 2 pekan. lama ya hahahaha. rasanya ingin mengirimkanmu postcard juga. kirimkan alamatmu yang di chiba dong
ReplyDeleteAamiin aamiin, semoga Okazawa-san menerima hidayah Allah :)
ReplyDeletemimi mau jg dong dikirim postcard dr jepun heheh
ReplyDeleteEhhhhmmmmm...ini sebenarnya cerita tentang kartu pos atau Okazawa-san? Hihihi...
ReplyDeletekotak posnya bagus banget. duh kapan ya aku terkahir menerima kartu pos
ReplyDeleteOkazawa-san-nya tampan nggak mbak? Hihihi...
ReplyDeleteBaik banget ya dia... jadi pengen bilang wow juga... :D
saran: kapan2 foto2 sama kawan dari jepang, kak. kan bagus utk kenang2an pas plg k tanah air :)
ReplyDeletepenasaran aku kyk apa ya???
ReplyDeleteikut nungguin aja deh...
:D
Ternyata sy melewati satu postingan. hihihi...
ReplyDeleteMaya-san, nitip Salam buat Okazawa-san Maya-san.. hihii..
GImana May??? Postcardnya sudah sampai kah? hihihi...