Bismillah

aku takkan pernah tahu

jika saja
detik tidak menjadi menit
menit tidak menjadi jam
jam tidak menjadi hari
hari tidak menjadi pekan
pekan tidak menjadi bulan
bulan tidak menjadi tahun

tentang napas yang tidak lagi panjang
tentang punggung yang tidak lagi tegap
tentang mata yang tidak lagi binar

aku tahu
ketika usia menggerogoti tubuh
aku tak lagi sama
aku berubah


View Post
Makasssar, 5  September 2009 M
15 Ramadhan 1430 H
Nomor       : 001/Surat Cinta/IX/2009
Lampiran   : -
Hal            : Permohonan Masa Depan Indonesia yang Cerah

Yth. Presiden dan Wakil Presiden RI (2009-2014)
di
       Istana Negara, Jakarta

Dengan hormat,

Untuk mengikuti Lomba (Nasional) Menulis Surat Buat Presiden dan Wakil Presiden RI yang diadakan oleh Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI), izinkan saya—seorang anak bangsa yang menginginkan perbaikan untuk Indonesia—mengemukakan sedikit inspirasi, ide, dan gagasan saya kepada Bapak Presiden dan Wakil Presiden RI (2009-2010).



Bapak Presiden dan Wakil Presiden yang Saya Cintai,

            Tidak terasa sekarang kita telah memasuki bulan yang penuh berkah di tahun 1430 Hijriah. Beberapa tahun terakhir, saya merasakan peristiwa yang terjadi hampir setiap tahun di bulan diturunkannya kitab Al qur’an yang mulia ini, yaitu peristiwa beragamnya jadwal awal mula puasa dan hari Idul Fitri. Saya merasa sangat miris dengan keadaan ini, pasalnya negara Indonesia adalah negara yang paling banyak masyarakat muslimnya tetapi malah paling rentan terhadap perselisihan-perselisihan sepele yang membuat citra Islam tidak bagus di mata orang di luar Islam. Hal ini disebabkan oleh ego yang ada pada tiap-tiap pihak yang menganggap dirinyalah paling benar. Untuk itu, sangat diperlukan peran pemerintah di dalam mengatasi perpecahan tentang penentuan 1 Ramadhan dan 1 Syawwal. Sejauh ini, saya melihat pemerintah memang telah menetapkan hari-hari tersebut tetapi tidak tegas dalam menyikapi pihak-pihak lain yang penentuannya berbeda. Alangkah indahnya, bila pemerintah memberikan peraturan yang tegas bahwa penetapan yang dilakukan pemerintah harus ditaati oleh setiap orang Islam tanpa terkecuali. Bila ada pihak-pihak yang melanggar maka sanksi yang tegas tidak mengapa dikeluarkan. Saya sangat mendambakan hari di mana semua masyarakat Islam melaksanakan puasa dan Idul Fitri di hari yang sama InsyaALLAH kelak. Amin.

Bapak Presiden dan Wakil Presiden yang Saya Sayangi,
            Setiap hari, ketika matahari telah menampakkan kemilaunya, ketika tiap anak Adam memulai rutinitas kegiatannya, di sudut-sudut kota, di bawah jembatan layang, dan di tepi-tepi jalan raya terdapat orang-orang yang masih meminta perhatian dari dirimu wahai Bapak Presiden dan Wakil Presiden. Saya masih ingat ketika di bangku sekolah menengah pertama, ibu Tasmiah—guru Ekonomi saya—senantiasa mengagungkan bahwa pemerintah sangat berperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat baik dalam segi keuangan maupun kebahagiaannya. Sejak saat itu saya merasa pemerintah itu sangat hebat. Namun, tidak demikian saya dapati ketika beranjak dewasa. Begitu banyak permasalahan rakyat sangat memiriskan. Sebut saja, masalah pendidikan anak. Begitu banyak anak-anak yang harus menghabiskan usianya di jalanan untuk mengemis, mengamen, bahkan menjual koran yang sebenarnya mereka tidak pantas untuk melakukan itu. Belum lagi, masalah bentrok dengan pedagang kaki lima yang digusur secara paksa tanpa adanya belas kasihan. Belum usai pula ditangani masalah pemukiman kumuh yang dibangun di bawah kolong jembatan. Padahal yang saya tahu, orang miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Saya sangat berharap pemerintah tidak hanya mencanangkan tentang pendidikan 9 tahun bagi anak-anak tetapi juga mengawasi langsung prosesnya di lapangan. Tolonglah, memang pedagang kaki lima tersebut telah membangun di atas tanah yang bukan haknya tetapi bukan berarti mereka pantas dikasari. Bila memang akan dilakukan penggusuran, lakukanlah dengan bijak dan berikanlah kompensasi yang layak kepada mereka. Untuk ke depannya, alangkah baiknya bila dilakukan pencegahan pembangunan di lahan pemerintah sejak dini sehingga kemudian hari tidak ada tangis yang pecah karena merasa dikhianati oleh pemerintahnya sendiri. Tidak lupa, mohon buatlah perencanaan pembangunan perumahan sederhana nan sehat untuk orang-orang yang miskin lagi fakir. Saya ingin kebanggaan saya terhadap pemerintah tidak pupus dari ingatan saya sejak kecil. Saya yakin pemerintah mampu benar-benar mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. InsyaALLAH. Amin.
            Sungguh sangat disayangkan, saya tidak mampu menulis berlembar-lembar ekspresi hati saya untuk Bapak Presiden dan Wakil Presiden. Namun, saya berharap secuil tulisan ini bisa sedikit saja mendapat perhatian dari Bapak Presiden dan Wakil Presiden. Mari sama-sama mewujudkan masyarakat Indonesia yang religious, ramah, cerdas, dan sejahtera lagi makmur.
            Saya yakin kita bisa. InsyaALLAH. Lanjutkan!

View Post
Lagi-lagi saya menemukan tulisan masa lalu... Hehehe, rasanya benar-benar aneh..




Saya adalah seorang mahasiswi Elektro angkatan 2007. Saat ini saya berada di penghujung semester III. Kata orang, mahasiswa(i) Elektro adalah orang-orang yang cerdas. Sejujurnya, saya bukanlah seorang anak yang terlahir cerdas dan berbakat. Sejak TK hingga SD kelas 3, nilai rapor saya tidak pernah bagus. Bermimpi meraih peringkat tiga besar pun tak pernah saya lakukan. Bahkan belajar menjadi seorang engineer adalah hal terhebat yang tak pernah terlintas di otak masa kecil saya.


Hal ini membuktikan bahwa banyak hal yang bisa menjadi motivasi belajar seseorang. Berikut adalah cacatan kecil tentang motivasi belajar yang saya genggam di dalam hati saya.


Pertama dan yang paling pertama saya bisa termotivasi untuk belajar adalah karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Begitu banyak nikmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya untuk bisa melanjutkan pendidikan demi pendidikan saya. Maka sungguh saya merupakan seorang hamba yang tak tahu diri bila tidak bersyukur kepada-Nya dengan jalan menggunakan nikmat itu sebaik-baiknya melalui belajar yang rajin.


Selanjutnya saya mendapatkan kekuatan belajar dari orang tua. Tak ada satu orang tua pun yang tidak ingin melihat anaknya sukses, begitu pun dengan orang tua saya. Selalu mereka mengingatkan untuk tidak main-main dalam menuntut ilmu.  Sehingga nafkah yang mereka cari untuk kepentingan pendidikan saya tidak terbuang dengan sia-sia. Dengan demikian, saya merasa terpanggil untuk belajar tekun agar bisa melihat senyum orang tua saya ketika saya sukses kelak InsyaALLAH.

Motivasi yang berikutnya datang dari pihak-pihak yang memberikan ilmu kepada saya, para guru dan dosen. Rasanya tak adil, bila para pengajar dan pendidik telah melakukan usaha mereka semaksimal mungkin sedangkan saya sebagai seorang penuntut ilmu tidak melakukan apa-apa. Saya sering merasa risih bila tidak belajar dengan baik ketika akan masuk di suatu kelas untuk memulai kegiatan belajar mengajar baik di bangku sekolah maupun bangku perkuliahan. Untuk itulah, saya menanamkan tekad pada diri saya untuk belajar yang rajin.

Motivasi yang lain bisa diraih melalui teman-teman saya. Bilamana bergaul dengan orang-orang yang rajin belajar maka setidaknya saya juga akan termotivasi untuk rajin belajar.

Kira-kira hal-hal itulah yang menciptakan diri saya yang ada saat ini. Sehingga dengan mantap saya bisa mengambil kata-kata dari Thomas Alfa Edison bahwa kesuksesan diraih dengan Sembilan puluh Sembilan persen kerja keras dan satu persennya adalah bakat.

View Post