Bismillaahirrahmaanirrahiim

Give a girl the right shoes and she can conquer the world. Because shoes are like friends, they can support you, or take you down. Well, Cinderella proof that a new pair of shoes can change the whole things in her life! So please before you judge me, walk a mile on my shoes! 

sepatu

Sepatu. Tak kusangka satu kata itu bisa membuatku amburadul pagi ini. Lantaran sol sepatuku jebol di tengah jalan, aku harus menyeret kakiku di antara kerikil. Oh ya Allah, aku tahu percuma memaki sepatu. Akulah yang salah. Toh kemarin aku sendiri yang menghambur di antara hujan, tak peduli sepatu dan kaus kaki ikut terendam air. Riwayat satu-satunya sepatu yang kubawa dari kampung halaman pun berakhir sudah. Sekarang aku harus memikirkan cara, bagaimana mendapatkan sepatu as soon as possible...(?!)

Alhasil aku meminta Mbak Yanti -roommate yang kebetulan belum berangkat ke kampus- untuk membawakan sepatu indoor (sepatu yang dipakai di dalam ruangan atau rumah, red). Alhamdulillah ala kulli haal, akhirnya kakiku terbungkus sepatu jua. Hanya saja, aku bener-bener nggak nyaman. Kebayang nggak, beraktivitas di laboratorium, kelas dan area kampus lainnya dengan menggunakan sepatu indoor? Aku merasa seperti nggak tahu sopan santun, nggak kenal adat dan yang lebih buruk lagi, aku merasa bodoh. Walau ada yang bilang bodoh itu cinta, kali ini sama sekali nggak berlaku deh. Sungguh! Huhuhu.

Besoknya, teman-teman dari Indonesia berencana shopping. Aku langsung mau ikut, siapa tahu bisa beli sepatu baru. Weks, setibanya di toko, aku baru sadar ternyata harga sepatu mahal ya? Rata-rata 3000 yen ke atas alias sekitar Rp375.000-an ke atas. Aku merasa sangat sayang untuk membeli sepatu dengan harga segitu. Mana semuanya high heels lagi. Dimana-mana boots, dimana-mana wedges, dimana-mana pantofel. Ugh, dilema kelas atas. Ada juga sih sepatu kets tapi seriusan nih, aku bukan tipe pengguna kets. Terlebih lagi harganya tuh dua kali lipatnya loh. Olala, aku pulang dengan tangan kosong.

Di stasiun kereta, tiba-tiba saja pandangan mataku tertumpu pada sepasang sepatu yang dipajang di etalase toko. Modelnya sederhana, merona coklat dan terlihat manis. Mbak Idha -seorang kakak yang lembut dan baik hati- menyarankan untuk membelinya, apalagi harganya hanya 1990 yen. Aku terdiam, memelototi hak sepatu setinggi 3 sentimeter itu. Dalam dunia high heels, 3 sentimeter adalah standar terbawah. Aku meragu, akankah aku bisa menaklukkan dunia dengan sepatu ini? Dengan kata lain, nyaman nggak ya?

Ctak! Aw, sepagi ini aku sudah keseleo karena high heels yang kubeli kemarin. Ya Allah. Me versus high heels. Ciyus? Miapah! High heels kebangetan, masa siang harinya aku sudah merasa ada yang tidak beres dengan kelingking kaki kananku. Saat kuperiksa, lepuhan cukup besar mencuat di sana. Amat sangat tidak anggun, aku pun berjalan dalam keadaan pincang. Parahnya, aku merasa lepuhan demi lepuhan merayap di jari-jariku yang lain. Tak ketinggalan tumit dan area di bawah mata kaki. Aku meringis, pedis sekali.

band-aid

Esok hari, kondisi kakiku semakin buruk. Aku pengen membungkus tiap lecet pada kakiku dengan band-aid. Sayang, aku tak punya. Ditambah otot paha dan betis yang kejang lagi kaku. Aku benar-benar seperti mayat hidup yang hanya bisa berharap sakitnya berkurang setelah kurendam air hangat semalaman. Jadi jangan tanya bagaimana gaya berjalanku ke kampus. Aku kapok! Namun syukur Alhamdulillah, hari ini aku punya jadwal bermain dodge ball bersama anak-anak SD Chiba kelas enam. Dengan begitu aku bisa melepas high heels itu sejenak dua jenak.

Seharian aku terus memikirkan cara mendapatkan sepatu baru lagi. Well, aku mengibarkan bendera putih. Hiks, menyedihkan. Aku kalah dengan high heels level terendah. Biarin deh, soalnya aku tidak bisa membayangkan bagaimana nasibku besok jika aku tetap bertahan dengan high heels itu. Ketika keluh-kesahku sampai pada Yani -sahabat berakhlak ayu yang baru kukenal- dia bersedia membawaku ke supermarket dekat kampus. Katanya di situ ada sepatu murah walau modelnya tak terjamin. Jujur aku sudah nggak mikir model, beneran deh. Pokoknya sepatu tanpa hak, aku mohon.

Flat shoes. Akhirnya kumenemukanmu. Dengan harga 990 yen, sepatu tanpa hak itu bercokol di kakiku. Uhm, masih tersisa beribu rasa nyeri di sana, sebagai bukti kemenangan high heels atas diriku. Tak luput, aku sekalian membeli band-aid lalu menutupi tiap lecet satu per satu. Ya Allah Ya Rabb, kakiku bener-bener kehilangan pesonanya. Aku melirik cewek-cewek Jepang yang dengan santai berjalan ke sana ke mari menggunakan high heels. Baik muda maupun tua umumnya menggunakan sepatu berhak 5, 7, 10 bahkan 15 sentimeter. Phew, memangnya nggak sakit apa?

"Rasa sakit itu nyata adanya. Akan tetapi cewek-cewek Jepang mampu menahan rasa sakit itu demi sebuah gengsi dan kesan. Bagi mereka, penampilan adalah nomor satu." tutur seorang kawan yang telah lama hidup di Jepang dan pernah melihat langsung band-aid yang menyokong kaki cewek-cewek Jepang. Bahkan ada yang menggunakan pad alias bantalan di dalam sepatunya. Oh fine, ternyata lecet yang kualami belum ada apa-apanya. What a day!

Faktanya, aku memang lebih suka flat shoes dibanding high heels. Tapi sedikitnya high heels sudah mengubah satu senti kehidupanku. Aku menjadi lebih bijak. Kalau kata pepatah sepatu sih, "Kau tak akan tahu beratnya kehidupan seseorang, sampai kau berjalan ribuan mil dengan sepatunya!" Arti tersiratnya tuh jangan karena si A melakukan suatu hal yang tidak benar, tuduhan miring terhadapnya sudah diedarkan kemana-mana. Sungguh ironis, padahal si penuduh tidak pernah tahu episode hidup apa yang telah dilalui oleh si A sehingga berbuat demikian. Pokoknya nggak boleh sembarangan menuduh! Nah, kira-kira seperti itulah hikmah yang bisa ditarik dari sebuah sepatu.

Ehem, sepekan ini aku jadi tahu perasaan tersiksa yang dipendam dalam sebuah sepatu. Plus pada akhirnya aku pun sudah bisa menggunakan high heels tersebut dengan anggun. Dengan anggun? Hahaha, yang benar saja. Gyaboo! Kesimpulannya, kalau sang pangeran sudah siap dengan undangan pesta dansanya, Cinderella pun sudah siap beraksi dengan sepatu kacanya. It's perfect, isn't it? ^^


Kokusai-koryu-kaikan, dalam balutan band-aid
31 Oktober 2012 Miladiyah 
15 Dzulhijjah 1433 Hijriyah

View Post
Bismillaahirrahmaanirrahiim

Selepas Ashar, ketika mendung tengah menggawangi kampus Nishi-Chiba, aku menatap beberapa postcard (kartu pos, red) di tanganku. Terhitung ada enam postcard bergambar hal-hal unik Jepang yang rencananya akan kukirim ke Indonesia. Untuk keluargaku, akhwat pejuang, teman seangkatan di kampus, seniorku tersayang dan dua sahabat yang belum pernah kutemui. Ehem, bagaimana caraku mengirimkannya?

Aku melirik Manzoku-san yang duduk tepat di belakangku, dia asyik ber-headset ria. Khawatir suaraku tak terdengar, aku mengalihkan pandangan ke sebelah kanan. Okazawa-san sedang termenung mengamati program routing-nya. Telinganya bebas bising.

"Ano, sumimasen Okazawa-san... Eto..."

Okazawa-san berbalik dan mengangguk, "Hai...!! Nani?"

Sebelum aku sempat merespon, tiba-tiba Manzoku-san melepas headset lalu memutar badannya menghadap ke arahku. Jadi, dia bisa mendengarku? Shimo-san yang duduk di depan Manzoku-san juga berdiri dan menghampiri forum kecil yang tercipta karenaku. Waw, aku jadi salah tingkah. Sedikit gugup, aku bertanya seputar pos dan prosedur pengiriman kartu pos.

Manzoku-san langsung mengaktifkan online map, mencari kantor pos terdekat dari kampus. Okazawa-san kebingungan postcard itu apa, jadi aku memperlihatkan satu kartu pos padanya. Sedang Shimo-san menjelaskan waktu operasi kantor pos, katanya sekarang kantor pos sudah tutup.

Ketika raut mukaku melukis kecewa, cepat-cepat Okazawa-san berkata, "Tomorrow, okay?" Aku tersenyum sambil melingkarkan jari telunjuk dan jempolku. Ah, Masya Allah. Mereka ini sudah baik hati, cekatan pula. Awalnya kupikir aku tak disukai, huhuhu. Habisnya mereka nggak pernah mengajak ngobrol sih. Eh pas aku bertanya sesuatu, mereka malah seratus persen memberikan perhatian. Aku baru sadar, orang Jepang tuh tipikal yang cuek tapi bisa diandalkan saat dibutuhkan. Keren ya?

Keesokan harinya, aku kembali menatap postcard yang kujejer di meja. Saat itu di laboratorium hanya ada Okazawa-san, Motegi-san dan Inoue-san. Maklum, lagi istirahat makan siang. Aku pun bertanya pada Okazawa-san mengenai kelanjutan perkara pos kemarin. Tanpa banyak omong, dia langsung mengulurkan tangan kanannya padaku. Eh?

Entah kenapa, aku jadi mengigau akan adegan ketika pangeran mengulurkan tangan untuk mengajak sang putri berdansa. Masa iya, aku diajak dansa? Hahaha, hampir saja aku kehilangan akal, ck! Lekas aku mengambil postcard dan meletakkannya di telapak tangan Okazawa-san. Dia lalu berjalan ke arah Motegi-san, pamit ke kantor pos. Aku masih bergeming, akhirnya dia pun melempar isyarat padaku untuk mengikutinya. Berarti dia akan mengantar ke kantor pos ya? Dalam hati aku membatin, wah ini tuh awkward moment yang manis. Ups, jantungku gatal.

Okazawa-san berjalan beberapa meter di depan. Ketika menuju elevator, aku nggak sadar, pintunya telah lama terbuka. Alhasil, pas melewatinya, kedua pintu elevator bersiap menjepitku. Secepat kilat -masih tanpa bicara- dia menekan punggungnya ke arah pintu diiringi dengan bunyi dentuman. Ugh, pasti sakit. Aku pun menanti reaksinya. Huh curang, kenapa tampangnya masih tetap cool? Aku kan jadi susah minta maaf.

JP Post
Yuubinkyoku - Post Office - Post Box

Kyaa, udara di luar ternyata menyelinap sampai ke tulang. Ya Allah, dingin banget. Saat melewati kotak pos, aku berhenti dan menatap benda itu lama. Okazawa-san bilang dia tidak tahu tentang prangko jadi tidak bisa menggunakan kotak pos, lebih baik langsung ke kantor pos saja. Aku mereponnya dengan anggukan. Uhm, tiba-tiba Okazawa-san berada di sisi kiriku. Loh bukannya tadi berjalan di sisi kanan? Nah, dia berjalan ke sisi kananku lagi. Aku menatapnya bingung. Detik berikutnya, aku terperangah ketika mengetahui alasan dia bersikap demikian.

Rupanya Okazawa-san berupaya membuatku nyaman saat berjalan. Ketika menyeberang jalan, dia berada di sebelah kanan karena kendaraan muncul dari sebelah kanan. Dan dia memilih berjalan di sebelah kiri ketika arus pejalan kaki begitu padat di sebelah kiri. Entah khawatir aku menabrak pejalan kaki lain atau takut aku nggak bisa berjalan mengikuti arus, jadinya aku diposisikan berjalan di sisi kanan yang lapang. Ehem apa sekarang aku sudah bisa bilang wow, gitu? Hahaha, habisnya tiba-tiba saja aku ngerasa layaknya seorang putri kerajaan karena ulahnya.

Sebenarnya aku pengen mengirim postcard dengan tanganku sendiri. Kan bakal lebih greget dan penuh sensasi. Cuma yah, Okazawa-san melakukan semuanya untukku. Dia malah memintaku duduk. Tapi saking penasarannya, aku tetap di sampingnya. Setelah berbicara dengan petugas pos, dia lalu membeli prangko seharga 70 yen untuk tiap postcard. Setelah postcard tersebut masuk proses pengiriman, dia tersenyum padaku. Entah bagaimana mengungkapkannya tapi yang jelas ketulusan Okazawa-san begitu terasa. Aku jadi nggak enak hati, merasa sangat merepotkannya. Aku bahkan belum berterima kasih dengan baik. Doaku, semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikanmu jalan menuju Hidayah-Nya Insya Allah. Aamiin.

Sampai saat kisah ini dituliskan, postcard yang kukirim belum sampai juga. Mama malah bercanda bilang kemungkinan aku duluan yang sampai di Indonesia dibanding postcard itu. Ha-ha-ha! Kartu pos dari Jepang seharga prangko 70 yen. Sampai nggak ya? Yah, dipikirkan pun malah bakal pusing. Jadi kalau begitu, yang bisa dilakukan hanya menunggu kan? ^^


Di antara oranye yang berguguran,
16 Oktober 2012 Miladiyah 
30 Dzulqa'dah 1433 Hijriyah 

View Post
Bismillaahirrahmaanirrahiim

Eid Adha Mubarak Jepun!

Met Hari Raya Idul Adha 1433 Hijriyah.
Taqabbalallahu minna wa minkum.
Semoga Allah Ta'ala menerima amal ibadah kita.
Mohon Maaf Lahir dan Batin yah ^^

View Post
Bismillaahirrahmaanirrahiim

Jam Matahari Inage Kaigan


Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam bersabda,
"Puasa Arafah (pada tanggal 9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (pada tanggal 10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu." (HR. Muslim)


View Post
Bismillah

Makassar, 3 Juni 2011
Untuk dan Hanya Untuk
Diriku 1 tahun yang akan datang
di
          tempat

Ehem, hai Maya 1 tahun yang akan datang! Kau baik-baik saja? Hahaha, apa penyakitmu masih sering kambuh? Benar-benar penyakitan! Kuharap kau akan lebih baik sekarang ^^ Insya Allah.

Saat ini aku masih memegang amanah di forum, mengurus sekolah, mengajar privat dan tentu saja kuliah. Nah, bagaimana sekarang? Hohoho kuharap kau baik-baik saja mengurus semua itu. Saat ini aku berniat fokus di kesehatan dulu lalu mengurus satu per satu secara perlahan. Hey, apa kau berhasil? Insya Allah. Walau mungkin sekarang sudah tidak sama lagi, kuharap kau masih ceria.

Oh iya, beberapa hari lagi Insya Allah aku akan pergi umroh dengan membawa seluruh asa yang ada. Dan juga sebuah misi. Apa kau berhasil? Semoga ^^

Hey, apa sekarang kak Hera sudah menikah? Semoga saja yah. Lalu bagaimana dengan dirimu? Hahaha, aku berharap lebih tapi bagaimana dengan hatimu? Saat ini, jujur saja aku masih tenang-tenang saja.

Ada beberapa hal yang kuharap kau bisa selesaikan dalam waktu satu tahun ke depan. Misalnya dakwah islami kepada orang tua dan saudara-saudaramu, jangan sampai lupa. Pembinaan terhadap adik-adik di sekolah harus intens. Fokus kuliah ya. Semoga bisa menyetir aman bersama Fatih. Lalu lalu lalu apa blog Kemilau Cahaya Emas masih aktif? Hahaha jangan terlalu bodoh ya!

Hey, aku tidak tahu akan seberubah bagaimana nantinya. Saat ini kau akan memikirkan masalah apa atau kabar hati bagaimana yang tengah kau rasakan. Aku tidak tahu. Itu sebuah misteri. Walau kau adalah aku. Kuharap kau berubah lebih baik lagi.

Kumohon, apapun dirimu saat ini, semangat ya! Ingat Allah selalu, apapun jadinya dirimu nanti. Jangan lupa mengangkat telepon dan menjawab sms, kau mengerti kan maksudku? Hahaha. If better is possible, good is not enough! Aku percaya kau akan tetap memercayai kata-kata itu.

Salam cinta untukmu, semoga setelah kau membaca surat ini, kau bisa lebih ceria lagi. Oia, aku mengubur kancing kesukaanmu. Aku berharap dengan menguburnya, hal itu bisa mengingatkanmu pada masa konyol malam perpisahan. Hahaha, peace!

Dari Maya 1 tahun yang lalu. 

3 Juni 2011
Kapsul Waktu 3 Juni 2011

Alhamdulillah Tabaarakallahu Ta'ala. Akhirnya tiba juga masa dimana apa yang telah terkubur selama satu tahun lebih, bisa digali kembali. Eng-ing-eng! Inilah dia, kisah yang bagiku begitu menarik. Kapsul waktu ditemukan di belakang sekolah!

Tertanggal 3 Juni 2011 silam, aku beserta penghuni bangunan hijau tak berpintu mengubur kapsul waktu di belakang sekolah. Yang pengen tahu kisahnya silakan klik di Kapsul Waktu. Nah, jadwal menggalinya sih tepat satu tahun kemudian. Sayangnya, jadwal itu molor tiga bulan karena berbagai alasan. Yup, kami akhirnya bisa membuka kapsul waktu tersebut pada tanggal 6 September 2012 setelah ashar sepulang sekolah.

Eh? Jalan menuju belakang sekolah ternyata lagi pembangunan! Ada beberapa tukang yang memperingati kami ketika melintas di daerah tersebut. Aku cs berjalan dengan sangat hati-hati. Waduh nggak sopan banget ya menyebut adik-adik berhargaku sebagai cs. Hahaha. Oke kusebutkan deh! Mereka adalah himawari, salju, jingga, lebah, langit, puca junior dan nayla. Belakangan muncul awan putih dengan rona merah. Olala, ternyata dia sempat jatuh di selokan kecil yang tak terlihat karena tertutupi dedaunan kering.

Bingung menyerang. Kami garuk-garuk kepala ketika akan menentukan titik awal penggalian. Halo, baru juga setahun ternyata sudah sepikun ini. Ck, aku melirik sekitar dan berseru saat melihat tanda x di tembok.

"Kakak yakin itu tandanya?" tanya jingga setengah berbisik.
Aku mengangguk, "Ya, aku yakin. Toh aku yang membuatnya."
Jingga tertawa, "Dasar perusak tembok sekolah."
Aku mencibir lalu ikut terbuai tawa.

Seorang bapak paruh baya pekerja bangunan itu dengan baik hati meminjamkan cangkul bahkan menggali kapsul waktunya untuk kami. Lima menit habis, tak ada tanda-tanda kapsul waktu ditemukan. Puca Junior menawarkan diri untuk mengambil alih cangkul. Melihat hal itu, Lebah jadi kepengen mencangkul juga. Sayangnya kekuatan Lebah tidak sekuat Puca Junior, sehingga ketika dia mencangkul, ekspresi dan gerak tubuh kesusahan terpancar darinya. Desah kepengen mencangkul juga terdengar dari Himawari. Aku hanya tersenyum melihat reaksi penasaran mereka.

Ketika lubang semakin dalam, kami meraut cemas. Kapsul waktu itu tak jua memperlihatkan batang hidungnya. Setengah tertawa Salju berkata, "Apa yang terjadi ketika tiba-tiba Pak Kepala Sekolah muncul dan melihat aksi penggalian ini ya? Ahh, siap-siap saja berubah status dari murid menjadi tukang pekerja bangunan. Ups!" Tawa membahana menghiasi semu oranye kala itu.

Setelah lubang diperlebar, dug! Tiba-tiba terlihat plastik hitam dari balik tanah. Yes, itu dia! Akhirnya muncul juga. Kami berhip-hip hura. Dengan sekali tarik, akhirnya kapsul waktu yang dikubur setahun lalu itu dapat kami sentuh kembali. Ugh, bau! Mana kapsulnya berair dan bersemut. Ya Allah, amat sangat buruk rupa. Hey, don't judge the book by its cover. Intinya kan isi kapsul waktunya. Hohoho.

Sembari Himawari mencuci benda-benda berharga yang terkubur, aku menata surat-surat yang terbungkus. Beberapa surat ada yang basah sehingga terpaksa tak bisa dibuka. Asiknya, ada surat yang hanya lembab jadi masih bisa terbaca.

03 Juni 2011
Dear Kak Maya
Assalamu'alaikum Warahmatulahi Wabarakatuh

Bagaimana kabar kakak sekarang? Pasti baik kan kak? Ingatkah kakak, ketika kita menanam surat ini bersama-sama di bawah terik matahari dan awan yang cerah seolah tersenyum kepada kita semua? Adikmu ini berharap kakak Maya yang sangat kami sayangi ini telah mengalami perubahan-perubahan ke arah yang jauh lebih baik. Kami semua berharap kakak Maya yang sekarang memiliki ilmu agama yang jauh lebih baik (maksudnya lebih mantap kak) kemudian memiliki sikap dan sifat yang tambah baik dan dapat membanggakan serta membahagiakan orang tua kakak. Dan satu hal yang pasti, ibadah kakak harus jauh jauh jauh lebih baik dari sebelumnya. Satu harapan kami lagi kak, semoga saat kakak membaca surat ini, kakak telah menemukan seorang pangeran yang akan menjadi imam kakak di saat kakak sholat dan menjadi pedoman serta pemimpin kakak di kehidupan sehari-hari.

^____________^
Widya Natasya A.


Oh ya Allah, I'm speechless. Tak tahu harus menyikapi bagaimana. Haru, iya. Senang, sangat. Ceria, apalagi. Masya Allah, luar biasa deh pokoknya. Bagi teman-teman yang belum pernah buat kapsul waktu, aku sarankan segera buat deh ^^ seru banget loh!

Ehem, tahu tidak? Tanpa diduga, salah seorang pemain kapsul waktu ini telah berpulang ke Rahmatullah. Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un, benar-benar tak ada yang tahu takdir masa depan itu seperti apa. Kami membaca surat almarhumah dengan sendu. Nayla tak bisa membendung tangisnya. Satu persatu air mata pun mendesak untuk keluar, turut meramaikan senja di belakang sekolah. Hatiku bergetar lebih hebat ketika menyadari bahwa yang menulis surat untuk almarhumah setahun yang lalu adalah aku. Ya, sebuah surat atas nama cinta dan ukhuwah yang kutoreh khusus untuknya.

Kedua surat untukku, sudah kupajang di atas tuh. Surat dari Maya satu tahun lalu benar-benar membuatku ingin menjitaknya. Diriku oh diriku. Keterlaluan, kebanyakan ngejek dan ngeremehin nih anak. Hahaha! Oh Alhamdulillah, aku sudah dalam kondisi stabil dan ter-upgrade sehingga masa setahun yang lalu itu rasanya seperti album muhasabah saja. Lalu surat dari adik binaanku tersayang Widya Natasya A. benar-benar bak sebuah do'a yang indah. Insya Allah. Allahumma Aamiin.

Himawari menjerit ketika membaca surat dari dirinya sendiri setahun yang lalu. Aku melihat isi surat itu sekilas lalu memeluknya. Bunga matahari selalu menghadap ke arah matahari, bukan? Kurasa itu hanya berlaku untuk satu tahun yang lalu. Aku percaya, Himawari yang sekarang akan terlebih dahulu mengokohkan akar dan batangnya sebelum memandang ke arah matahari. Dengan mantap, Himawari melipat suratnya dan membuangnya ke tong sampah.

Parahnya, Jingga membuang draft tulisannya sebagai benda berharga setahun lalu itu bahkan sebelum membacanya. Aku terhenyak. Awan putih menggeleng-geleng kepala seraya berucap,"Kau ini benar-benar tidak bisa menghargai kapsul waktu ya?"

Jingga mengangkat bahu, "Aku sudah memindahkan isi tulisannya ke laptop kok. Jadi sebenarnya tak masalah kalau dibuang."

Langit mendekat padaku, dia menghela napas. Sebenarnya hari ini dia harus pulang cepat. Namun karena keegoisanku, aku menahannya untuk tetap tinggal dan ikut aksi menggali kapsul waktu. Dia berbisik pelan, "Kakak, sebenarnya gantungan kunci sebagai benda berhargaku ini untuk seseorang. Tapi sudah kumal dan penuh karat, aku khawatir dia tidak mau menerimanya. Ini untuk seseorang yang akan pergi."

"Untukku ya?" aku menunjuk diriku sendiri. Semburat malu muncul di wajah Langit, dia mengangguk perlahan. Aku tersenyum, "Aku mau kok menerimanya."

Waktu sudah beranjak ke penghujung senja, coming home! Insya Allah kami akan memainkan lagi kapsul waktu untuk tempo satu tahun ke depan. Persiapannya adalah benda berharga, surat untuk diri sendiri, surat untuk teman dan surat untukku. Loh, kenapa ada surat untukku? Yaaa, karena ... karena ... Eh sudah dulu ya! Sampai jumpa di kisah kapsul waktu berikutnya! Don't miss it!


PS.
Cerita ini khusus untuk adik-adikku tersayang di bangunan hijau tanpa pintu. Benar-benar minta maaf tidak bisa mengokohkan janji membuat kapsul waktu sebelum keberangkatanku. Semoga ada waktu lain untuk mengukir cerita yang lebih indah lagi, Insya Allah.

Makassar, Si Aneh Pembuat Kapsul Waktu
6 September 2012 Miladiyah / 19 Syawal 1433 Hijriyah

View Post
Bismillaahirrahmaanirrahiim

Putri Cahaya,
Kamu tahu ada saat di mana satu hari itu terasa begitu panjang, semua orang seperti berlomba-lomba menujumu, dan kamu seperti terlahir kembali, bak anak kecil yang diselimuti perhatian dari sana-sini. Memedarkan pandangan keceriaannya untuk menyambut kehidupan barumu. Kamu menyambut mereka dengan tangan terbuka, sorot mata dan senyum simpulmu berbagi kebahagiaan yang sedang kamu rasa. Apa saat itu kamu menikmatinya? Tentu saja.

Kamu tahu ada satu hari yang membuat kamu merenung, sudah sejauh ini kamu melangkahkan kaki, tapi kamu belum juga menemukan apa yang sedang kamu cari. Atau bahkan kamu baru menyadari bahwa selama ini kamu sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya kamu cari. Lucunya kamu masih saja berpura-pura telah menemukan sesuatu, merasa berhasil telah menyelam dasar dunia. Padahal yang ada sungguh memprihatinkan, sisi kecil dunia pun kamu belum mampu gapai, kakimu saja belum jejak untuk menapakinya. Lalu yang kamu lakukan, kamu berlari memeluk ibumu, tertunduk malu sampai detik ini belum bisa menjadi seperti dirinya, selembut kasihnya, sesabar dirinya. Kemudian memeluk ayahmu, orang yang selalu memberi tinju bangga kepadamu, nyatanya kamu belum bisa sebijak dirinya, setegar karangnya. Seraya berkata, "Ayah, bunda ajari aku lebih banyak lagi tentang cara menaklukkan dunia, agar aku tak lagi terombang-ambing oleh arus besarnya". Dan kamu mulai menyusun kembali rencana-rencana besarmu yang sempat tertunda.

(Ini paragraf paling lama untuk menuliskannya, terlalu banyak pertimbangan. Umm ... tapi sudah ada yang janji pekan kemarin untuk tidak ce***** lagi, ups! Jadi tuliskan sajalah ^^)

Kamu tahu ada satu hari di mana awan seolah berarak ceria, pohon-pohon melambai, burung-burung berkicau merdu, mentari terasa begitu bersahabat dan langit-langit hatimu merekah oleh senyum kebahagian. Dan semua itu mereka lakukan untukmu, bersahabat denganmu, menjadi milikmu. Hari di mana kamulah putri yang sedang memekarkan cerianya. Dan kamu ingin sekali bisa membagi keceriaan itu.

Hari itu adalah di saat bilangan hari menggenapkan usia, mengetuk kesadaranmu untuk menjadi lebih dewasa, mengingatkanmu bahwa kesempatan itu berkurang setahun. Hari ke-23 tahun penunda kematian, kesempatan hidup untuk selalu mencipta kebaikan. Meluluhkanmu untuk selalu menambah syukur kepada-Nya. Hari pengingat bahwa tidak ada nikmat yang pantas untuk didustakan.

Tiada yang lebih berharga, ketika dirimu dikelilingi orang-orang yang sayang kepadamu, memanjakanmu hari ini, bersimpati kepadamu. Dan aku adalah salah seorang yang merasa gembira menyambut hari lahirmu. Semoga saja aku bisa ikut menyempurnakan hari bahagiamu itu.

Selamat hari lahir putri cahaya, cahayamu paling terang hari ini, selalu bersinar ya untuk menjadi manfaat untuk orang-orang yang kamu sayangi dan menyayangimu. Jangan tanyakan kado ya, bingung mengirimkan lewat apa untuk sampai segera ke sana. Hoho, cukup menitipkan doa saja deh kepada malaikat fajar, semoga disampaikan kepada Dzat pemilikmu. Doanya? Tentu doa yang baik hihi Insya Allah...
(Uzay Gingsull, Hanya Tulisan)


Semoga kamu baik-baik saja di sana ya.
Jangan lupa kalau pulang ke Indonesia bawa bunga Sakura ya :D
Akhir kata, sukses buatmu May!!!
Keep on fighting till the end.
(Wawan Setiawan, Penghuni 60)


musim gugur di jepang



Berjuta-juta kali pun seseorang bertanya padamu, aku yakin kau akan selalu menjawab kau baik-baik saja. Dan aku tetap saja selalu ingin bertanya hal yang sama padamu. Meski jawabmu akan tetap sama. Karena sesungguhnya itulah sebongkah rindu yang bersembunyi di balik tanya sederhana seorang aku.

Ia hanya tidak tahu harus berkata apa untuk mengalirkan rindu itu sebelum mengendap menjadi pedih dan kembali menjadi bodoh untuk hal yang sulit diakuinya. Ah, bukankah bodoh itu cinta?

Menyembunyikan rasa itu sakit seperti katamu. Tapi seperti yang kau tahu, ada kalanya itu untuk membuat yang kau cintai tak perlu repot memikirkan sebuah pedih yang bisa datang. Namun, pada akhirnya ia menyadari itu hanya membuatnya bodoh berkali lipat. Karena, bukankah mengakui membuat kita memahami?

Aku tidak tahu tanggal berapa hari ini. Aku hanya memikirkan seseorang sejak pagi. Dan aku rindu padanya. Hanya ingin bilang itu. Tidak tahu kenapa.
(Jingga, Setitik Rindu)


Mayaku, di hari spesialmu ini, aku hanya bisa kasih do'a.
Moga kamu bahagia selalu. Aamiin.
Mayaku, jaga diri baik-baik yaaa.
See you again!
Peluk cium balik.
(Sukoharjo, Mbak Dewimu)


Bagaimana kabar Putri Cahaya? Aku yakin pasti baik-baik saja, karena Putri Cahaya bukan Cinderella biasa, kan? Tidak butuh peri dan tongkat sihir :) Putri Cahaya, bagaimana dengan langit di negeri Sakura? Kuharap tak terlalu biru. Dengan begitu, Putri Cahaya bisa selalu merasakan kehadiranku di sana.

Sejujurnya aku tidak ingin memberitahukan bahwa di sini aku sempat terkapar, beberapa hari lalu sembuh lalu kembali terkapar lagi sampai seminggu, sementara kau tak ada. Sejujurnya aku juga tidak ingin memberitahukan bahwa di sini aku terbaring berhari-hari di ruang tertutup berwarna biru dengan harum obat-obatan menyesakkan tanpa merasakan terpaan cahaya sama sekali. Padahal salah satu penyembuhan alternatifku adalah merasakan terpaan cahaya, lho?

Nah, nyatanya aku sangat tidak baik-baik saja tanpamu, kan? Ehm, sejujurnya aku juga tidak ingin memberitahukan bahwa aku di sini sedang sangat panik dan bingung, tapi bahagia, tapi tetap saja panik dan bingung. Apa sih ("-_-)> Nah, nyatanya aku tidak baik-baik saja, kan? Aku panik. Hahaha. Aku membutuhkan Putri Cahaya. Dan merindukannya. Kuharap itu bisa membangkitkan asamu untuk tidak terlalu lama terpaut dengan negeri Sakura. Hahaha.


Silakan menangis sejenak dek. Terus bangkit lagi, kamu pasti bisa dek!!! Anggap bagian dari kesulitan untuk menggapai kesuksesan. Tawakkal dan barengi dengan taqwa, Insya Allah ada titik cerah. Sini saya peluk dek *big hug. Jangan menyerah dek. Coba saja segala kemungkinan. Hanya kata semangat yang bisa saya berikan.
(Istiqomah Syawal, Kertas Kosong Si Pemimpi)


Literatur Berbahasa Jepang


Hai Mbak Maya,
Asik asik yang sudah 23 tahun.
Semoga keinginanmu terkabul semua.
Baik-baik di sana ya.
Bye!


Angel,
Umur bertambah dewasa, jadilah anak yang berbakti pada orang tua, sukses selalu dalam kehidupan, diberikan kesehatan juga talenta untuk terus berkarya, membantu sesama dan saling mengasihi. Terutama, selalu bersyukur, naikkan doamu akan berkah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberimu nafas kehidupan hingga saat ini. Meski orang-orang yang kau cintai tak di sisimu, doa mereka senantiasa dihembuskan untukmu. Aku menyayangimu Maya, karena Allah.
(With Love, Iea)


Kak Maya,
Hari ini terasa menyenangkan tapi tetap aneh tanpamu. Semua terasa aneh tapi tiap kali semburat cahaya membekas di mataku, aku yakin bahwa di sana kau pasti tetap bersinar seperti cahaya ini. Kenapa yah? Diriku terlihat bodoh, bukan? Aku hanya ingin bercerita. Aku rindu, ingin bertemu denganmu. Ingin berkumpul lagi seperti dulu. Aku rindu. Rindu. Rindu.

Sekarang aku mencoba untuk lebih dewasa, tak mengeluh lagi. Sekarang aku mencoba berjalan dan melihat ilmu sebagai hal yang obyektif, mengingat beberapa perbedaan terjadi tanpa hadirnya dirimu. Oh iya kak, satu kata lagi, rindu.
(Anna Mutia, Langit Biru)


Yayoi-cho, Inage-ku, Chiba-shi
15 Oktober 2012 Miladiyah
29 Dzulqa'dah 1433 Hijriyah

View Post
Bismillaahirrahmaanirrahiim

Aku mengatupkan kedua lenganku, udara pagi itu begitu dingin. Maklum, Aki mulai memperlihatkan taringnya. Suhu saat Aki beraksi alias musim gugur itu sekitar 14,4 - 21,4 derajat celsius di kota Chiba, Masya Allah. Nggak kebayang deh gimana kalau Aki sudah disepak sama Fuyu. Huo, mungkin cahayaku akan benar-benar membeku!

Chiba University
Chiba Daigaku - Main Gate

Dengan berjalan kaki selama 45 - 60 menit, aku tiba di Sekiya Laboratory pukul 09.00 JST. Dalam fondasi Dept. of Information and Image Sciences, Faculty of Engineering, Chiba Unversity, S-Lab ini membawahi 12 students. Hanya tiga di antaranya yang perempuan, termasuk aku. Heran, tak ada seorang pun di sana, padahal komputer menyala dan tas-tas pun sudah mejeng di meja masing-masing. Kemana mereka?

"Maya-san, ano..."

Aku berbalik mendengar namaku dipanggil. Di sana berdiri Manzoku-san, dia lalu mengucapkan sesuatu. Parahnya, otakku loading. Ck, kemampuan Japanese-ku masih payah sekali, hanya sepatah dua kata yang bisa kutangkap. Syukur Alhamdulillah, body language orang Jepang tuh bagus, jadi maksud hati bisa tersampaikan.

Ternyata oh ternyata, jam segitu ada seminar riset laboratorium yang rutin dilakukan. Pas sampai di meeting room, Okazawa-san tengah presentasi. Juga terlihat Sekiya sensei yang memberikan respon bimbingan dan arahan. Tentu saja menggunakan Bahasa Jepang. Dan tentu saja hanya rumus dan gambar riset yang bisa kupahami. Ah, English tuh bener-bener nggak guna di Jepang. Kalau kayak gini caranya, mau nggak mau, aku mesti berubah jadi Putri Sakura. Bolehkah?

Tiba-tiba sebuah buku catatan yang terbuka disodorkan padaku. Sederet kalimat tertoreh di sana, "We plan to hold your welcome party today. Is it okay?"

Aku melihat Manzoku-san yang membuka kamus online untuk menuliskan kalimat tersebut. Aku tersenyum mengangguk. Ehem, di Jepang, hanya yang pernah ke luar negeri saja yang bisa Bahasa Inggris, selebihnya mereka berkutat dengan Bahasa Ibu mereka. Tapi bukan berarti mereka nggak mau berkomunikasi dengan orang asing. Risih sih iya, hanya saja untuk keadaan dibutuhkan, mereka pasti mengusahakan untuk bisa berbahasa Inggris. Mungkin kehadiranku, satu dari sekian alasan untuk memaksa mereka menggunakan Bahasa Inggris. Mungkin ya, karena pada kenyataannya mereka tetap berbahasa Jepang padaku tuh. Ha-ha!

Sehabis Maghrib, aku diajak belanja ke supermarket dekat kampus oleh Motegi-san, Okazawa-san dan Shimo-san. Kata Motegi-san, pesta ini adalah untukku jadi harus aku yang memilih hidangannya. Kan nggak lucu kalau nantinya malah aku yang nggak bisa menyantap makanannya. Jadi aku diminta untuk memilah sendiri makanan yang bisa dan yang nggak bisa kumakan. Ya Allah, baik banget! Semoga Allah Ta'ala memberikan hidayah Insya Allah. Eh, Ma-chan, cewek Chinese turut menemani berbelanja. Aku seneng banget soalnya Ma-chan itu Japanese-nya oke plus English-nya fasih bener. Kadang dia yang jadi penerjemah. Syalala.

Kami kembali ke S-Lab dengan membawa bahan-bahan mentah. Gyabo, ternyata mau masak sendiri! Aku berdebar-debar. Dag-dig-dug! Dua ikan segar langsung diambil alih oleh Nagashima-san. Tiada takut, dia  segera menguliti ikan tersebut dan membuang tulangnya tanpa cela. Wah, aku recommend deh dia masuk master chef. Hoho, beneran. Tuh buktinya Inoue-san sampai heboh bahkan standing applause buat Nagashima-san. Well, hidangan pertama sashimi telah siap. Apa? Tak tahu sashimi? Sashimi itu sari laut yang dilahap dalam keadaan mentah bersama penyedap kecap asin, acar jahe dan wasabi.

Lalu ada Ami-chan, cewek Japanese dengan kemampuan English yang cakap. Dia memperlihatkan nampan berisi aneka sushi yang sudah dibeli dari tadi. Di situ ada sushi berisi telur, ikan salmon, ikan tuna, telur ikan, cumi-cumi dan udang. Tak ketinggalan acar jahe sebagai penetralisir rasa. Well, hidangan kedua sushi telah siap. Eh, jangan bilang tak tahu sushi? Sushi itu sashimi yang dimakan bersama nasi.

Di kubu lain, Shimo-san memotong-motong gurita menyerupai dadu kecil. Di sampingnya, Manzoku-san sedang menguleni terigu. Aku terharu ngelihat Okazawa-san sedikit-sedikit bertanya padaku ketika suatu bahan mau dicampurkan ke adonan. Dia mengangkat telur, aku mengangkat jempolku. Dia memperlihatkan kecap, aku mengangguk setuju. Dia menunjuk mayonnaise, aku tersenyum oke. Lalu dia meragu saat memotong keju, aku pun tertawa. Saat adonan sudah siap, Motegi-san mengeluarkan wajan dengan bulatan-bulatan cekung, penggorengan khusus untuk takoyaki. Well, hidangan ketiga takoyaki telah siap. Kalau takoyaki tahu kan? Takoyaki itu adonan tepung terigu yang berisi potongan gurita. Enak dicelup dalam kecap, mayonnaise dan keju.

Sekiya sensei datang. Sedikit terkejut, aku tidak merasakan hawa kedatangan beliau. Pestanya diawali dengan minum sake beras untuk mereka, sedang aku meneguk orange juice. Kalau nyebut welcome party, pasti lebih membayangkan keglamoran dan hal-hal riuh lainnya. Faktanya, acara ini lebih ke ramah-tamah sekalian makan malam menyambut kehadiranku. Sekiya sensei yang begitu mahir Bahasa Inggris, banyak bercerita tentang sisi tradisional Jepang, baik itu makanannya, minuman, tarian, ciri khas perfektur, hari libur, bahasa maupun menyangkut pendidikan dan pekerjaan di Jepang. Sesekali Sekiya sensei bertanya tentang Indonesia. Bahkan Shimo-san mencoba mengeja nama bumbu Jepang dalam Bahasa Indonesia yang diperolehnya dari google translate. Lucunya, Subhanallah! Satu hal yang kusadari, mereka menginginkan aku merasa nyaman berada di antara mereka. Ya, di saat seperti itu, aku benar-benar merasa masuk dalam lingkaran mereka. Nah loh, gimana kalau hatiku terpaut di Jepang?

Hal yang tersulit adalah ketika Sekiya sensei memintaku mencoba ketiga hidangan tersebut. Aku benar-benar berdoa semoga aku tidak memuntahkannya! Telan, pokoknya harus telan! Sashimi? Eto... kenyal, lembut dan asin. Tak ada bau amis yang tercium. Lumayanlah. Sushi? Eto... gurih, licin dan pekat. Cara makannya susah, harus sekalian masuk ke dalam mulut semua. Aku sempat ditertawai karena bodoh memakai sumpit, melahap dengan dua kali suap dan ngasih saus ke nasi bukan ke ikannya. Buh-hh, cukup menegangkan. Takoyaki? Eto... ini yang paling enak, soalnya nggak mentah sih. Hahaha!

Pesta diakhiri ketika waktu sudah menunjukkan pukul 22.30 JST. Alhamdulillah, walau ada tiga orang yang nggak bisa datang yaitu Sanada-san, Cho-san dan Shi-san, menurutku ini menyenangkan. Sekejap, tiba-tiba saja pikiranku terbang ke empat tahun lalu, ketika aku masih menjabat sebagai asisten. Banyak melakukan hal yang kusukai. Tak sedikit kekonyolan yang telah terjadi. Ah, jadi kangen dengan kanda-kanda dan teman-teman seperjuangan di laboratorium. Aku tahu banyak hal-hal yang dipandang miring ketika kaum hawa berkutat di bidang teknik. Tiada maksud membela diri tapi dalam pandanganku, menggeluti teknik itu memang tidak gampang dan penuh rintangan, apalagi untuk perempuan. Karenanya, saat seorang perempuan bisa mekar dalam dunia itu, dia akan punya pesona yang tak tertandingi. Eh, ini aku lagi nggak ngomongin diri sendiri loh ya. Jangan salah paham. Fufufu.

Bergegas pulang menuju gerbang kampus, Ma-chan menahanku. Katanya, mereka mengkhawatirkanku pulang selarut ini. Jadi Manzoku-san akan mengantar sampai dormitory. Ma-chan menyarankan kami naik kereta. Entah mau berekspresi bagaimana, aku hanya menggenggam tangan Ma-chan dan mengucapkan terima kasih. Menit berikutnya, Manzoku-san muncul dengan menenteng sepeda. Loh, gimana mau naik kereta kalau Manzoku-san bersepeda? Batinku cenat-cenut, masa aku membonceng di belakangnya?

Manzoku-san merapatkan jaketnya, dia menggerakkan kepalanya lalu melangkah maju. Ah, aku segera pamit pada Ma-chan dan menyusulnya dari belakang. Kami berjalan kaki. Aku melirik Manzoku-san yang sedikit kesusahan berjalan seraya menenteng sepeda. Saat itu otakku nggak jernih, pikiranku kalut kusam, nggak tahu mana yang lebih baik, pulang sendiri atau pulang bersamanya. Saking cemasnya akan situasi malam di negeri orang, selama beberapa menit aku hanya berjalan di sampingnya tanpa suara.

"I think we're lost. I don't know this way."

What? Bukannya Manzoku-san yang nunjukin jalan? Kenapa malah si pengantar yang nggak tahu jalan? Antara mau ketawa dan kasihan. Kasusnya parah bener. Ya Allah, tahu gitu mending lewat jalan yang biasa kulalui. Habisnya, tadi dia yang jalan duluan. Pikirku itu rute lain. Nggak tahunya, nyasar. Fine, dia segera ngaktifin GPS di iphone miliknya. Setelah berhasil menemukan jalan raya, kami kembali ke arah yang benar. Dan kali ini aku nggak bakal biarin dia ngambil arah jalan lagi. Huhuhu, lebih lama setengah jam dibanding ketika aku berjalan sendirian.

Gigiku menggeletuk, udara semakin dingin saat kami tiba di dormitory. Aku tak hentinya mengucapkan maaf dan terima kasih. Manzoku-san hanya tertawa lalu pamit pulang. Dia melajukan sepedanya dengan cepat. Ekor mataku mengantar kepergiannya. Ketika punggung Manzoku-san sudah tak terlihat, aku bergegas masuk. Spontan, hatiku meraba, bukannya tadi itu adegan romantis ya? Ha-ha-ha! Nggak mungkin. Eh, siapa tahu ya. Ah, enggak. Loh, mungkin saja. Nah, bagaimana menurutmu?

Tokyo Station
Another trip to a new tokyo station

Wajahku merah padam. Padahal aku tidak demam. Jadi mungkin ini karena cinta. Bukan rasa untuk manusia. Bukan prolog untuk memadu kasih. Melainkan jatuh cinta pada pandangan pertama di tiap momen yang kualami. Ya, sebut saja kisah asam manis si Putri Cahaya di Negeri Momiji yang berguguran.

Namun, Peri Aurora selalu mengingatkan untuk tidak menyimpan hati untuk Pangeran Sakura. Karena siapa tahu Peri Bumi menanti kehadiranku pulang ke tanah air. Huum, aku cukup tahu diri kok. Imajinasi kalau Putri Cahaya berubah menjadi Putri Sakura juga nggak terakses di otakku. Hanya saja aku juga tidak sampai sege-er gimana gitu merasa ada seseorang yang menantikanku. Ah, daripada mikirin hal yang nggak pasti, lebih baik mikirin program simulasi wireless yang belum kelar-kelar dari pekan lalu. Glek!

Perlu diketahui, fakta bahwa aku jatuh cinta pada Negeri Sakura, itu benar adanya. Jadi bagi yang merasa a.k.a bagi yang tersinggung, jika kau menginginkanku kembali, buat aku jatuh cinta padamu. Sebait doa dan sepotong kata rindu darimu sudah bisa membuat asa kepulanganku semakin besar loh. So, miss me okay?


Kokusai-koryu-kaikan, lewat tengah malam
13 Oktober 2012 Miladiyah
27 Dzulqa'dah 1433 Hijriyah

View Post
Bismillaahirrahmaanirrahiim

i just believe it
It's only in the mysterious equation of love
that any logic or reasons can be found
[sumber gambar]

Boy : Does our relationship warrant long-term commitment?
Girl : Pardon me?
Boy : I need some kind of proof, some kind of verifiable, empirical data.
Girl : I'm sorry, just give me a moment to redefine my girlish notions of romance.
Boy : It's fine.
Girl : Uhm, let me prove then.
Boy : Okay.
Girl : Well, how big is the universe?
Boy : Infinite.
Girl : How do you know?
Boy : I know because all the data indicates it's infinite.
Girl : But it hasn't been proven yet.
Boy : No.
Girl : You haven't seen it.
Boy : No.
Girl : How do you know for sure?
Boy : I don't, I just believe it.
Girl : Yeah, It's the same with love I guess. Now, the part thing that you don't know but you believe is if I want to marry you.


(A Beautiful Mind, 2011)
View Post
Bismillaahirrahmaanirrahiim

Seseorang pernah berkata padaku, karena cinta kau akan membiarkan seseorang salah paham padamu. Seberapa besar pun kekacauan pikiran yang terjadi, kau akan bertahan dengan kondisi tersebut. Tak ada maksud berbohong apalagi menyakiti tapi kau tak jua bisa menjelaskan apa yang terjadi. Karena menurutmu itu adalah cara terbaik untuk membuat orang yang kau cintai tidak menderita lebih dalam.

Tiba-tiba saja, ada sebongkah haru yang menyeruak di dada. Mau dibawa kemana rasa ini? Bagaimana bila kularutkan bersama hujan yang mengguyur? Atau akan lebih baik bila kuterbangkan bersama daun yang berguguran? Atau mengepulkannya bersama badai topan yang menghadang, pilih mana? Faktanya, aku memang sedang ingin menangis tetapi tidak punya hak untuk mengeluh.

Berjuta-juta mil dari rumah, aku mengabarkan bahwa aku baik-baik saja. Alhamdulillah. Bahkan meski bulir air menggenang di kelopak mataku, aku akan tetap berkata semuanya baik-baik saja. Bagaimana tidak, Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan kejutan-kejutan spesial di tiap pedihnya peristiwa yang terjadi. Lalu mengapa harus bersedih? Lihatlah, di setiap celah sengsara, ada yang namanya kebahagiaan. Ya, satu senti kebahagiaan. Dan kali ini aku akan menuliskannya.

Kokusai-koryu-kaikan
Chiba University International House

Saat pertama kali tahu bahwa Pangeran Sakura mengundangku ke istananya, aku sudah cemas. Hidup bukan di negeri sendiri itu berarti keluar dari zona aman. Banyak hal yang harus dipikirkan. Banyak konsekuensi yang harus dipertanggungjawabkan. Dan banyak cinta yang harus dirindukan. Membuatku benar-benar sesak dan sempat meragu. Namun dengan menutup segala pintu galau, aku pun berangkat, memenuhi panggilan tersebut. Lalu di sinilah aku sekarang, di Negeri Sakura. Jika kau bertanya bagaimana hidupku? Aku akan tersenyum menjawabnya. Yeah, I'm fine. All is well.

Aku hanya ingin kau tidak tahu bahwa kakiku bengkak karena harus berjalan kaki menyusuri kota sepanjang 10 kilometer per hari. Sekarang sih, jalan kaki sudah bukan masalah besar. Aku hanya tidak ingin kau cemas bila tahu aku naik sepeda dan menabrak pejalan kaki. Sekarang sih, sepedanya sudah kuserahkan pada yang lebih ahli memakainya dan terlebih dahulu aku akan belajar sampai mahir. Aku hanya bingung menceritakan tentang makanan yang tidak nyaman mengalir di tenggorakanku. Sekarang sih, makan satu-dua suap pun sudah cukup untuk menguatkan fisik.

Aku takut kau takut ketika kubercerita betapa sulitnya mencari tempat untuk beribadah, apalagi ada larangan keras untuk shalat terang-terangan di kampus. Sekarang sih, sudah terbiasa dan aman-aman saja. Aku hanya menyembunyikan fakta bahwa topik penelitianku diubah dan aku harus memulai belajar dari nol. Sekarang sih, pengetahuanku sudah mulai terasah. Aku begitu malu mengatakan aku tak cakap bahasa sehingga tak mampu berkomunikasi dengan teman-teman di laboratorium. Sekarang sih, hang out bareng pun sudah bisa.

Aku sok keren menjadi sosok Putri Cahaya yang bersinar. Padahal aku hanya Cinderella tanpa peri dan tongkat sihir. Well, bagaimanapun aku tetap aku. Dan aku bersyukur menjadi aku. Sangat. Bagaimana denganmu? Tidakkah kau bersyukur menjadi dirimu?

Lalu kenapa saat ini aku membongkar sisi gelap hidupku? Hum, sederhana saja. Karena menyembunyikan perasaan itu jauh lebih menyakitkan ketimbang tidak tahu apa yang dirasakan. Makanya aku ingin berbagi rasa. Hanya saja, saat ini aku membaginya dengan riang dan bukannya dengan beban. Toh semua sudah kulalui. Dan aku masih bisa hidup dengan menegakkan kepalaku. Ya, aku tengah melihat titik terang dari tiap kejadian. Bukankah semua terjadi untuk yang terbaik? Allah Knows.

Sekali lagi, jika kau bertanya bagaimana hidupku?
Aku akan menjawab, aku baik-baik saja.


Kokusai-koryu-kaikan, hampir tengah malam
06 Oktober 2012 Miladiyah
20 Dzulqa'dah 1433 Hijriyah



View Post
Bismillaahirrahmaanirrahiim

Name :
Kau Tau Siapa

Url Blog :
http://jingga-dauncinta.blogspot.com/

Message :
Bagaimana harimu?
Hari ini aneh tapi menyenangkan. Meski baru tiba semalam ini (hitung sendiri dari waktumu di sana) dari sekolah setelah mengerjakan mading.

Kau tahu, aku agak takut pada ujian besok. Maksudku bukan ujianku. Melainkan mid mereka. Aku tahu aku yang salah karena lupa jadwal prokerku, tepatnya mengabaikan. Sehingga semua dikerjakan dalam waktu yang menyesakkan dan melelahkan. Banyak hal yang terjadi belakangan ini. Konflik batin mungkin. Atau penat yg berlebihan akan rutinitas amanah.

Tapi yang spesial, semua artikel yang ada adalah hasil pemikiran kami sendiri. Dari ilmu yang telah kami dapatkan selama ini (bukan olahan internet). Meski harus dengan sedikit menekan mereka. Tidak ada beban (untukku, entah mereka) semuanya mengalir begitu saja. Tapi aku agak terlalu tegas pada mereka 2 hari ini. Mungkin aku malah terkadang menyakiti mereka dengan kata-kataku. Kau harus marah padaku soal itu. Dan juga aku terus menekan mereka 2 hari ini. Kau tahu kan? Aku selalu marah-marah sendiri jika semua hal itu melewati waktu terbit yg disepakati. Aku tahu aku terlalu keras. Tapi lihatlah hasilnya, semuanya bisa selesai hari ini. Kami hanya perlu melakukannya dan berhenti mengeluh, berhenti berharap pada hari esok yang tidak pasti. Tadi mereka meminta untuk melanjutkan lagi besok. Tentu saja aku menolak. Anggap saja konsekuensi dari jam karet mereka pagi ini yang membuatku menunggu dalam hitungan jam.

Mawar Merah
Menyakitkan, sungguh - credit

Aku tahu itu menyakiti mereka. Aku tahu aku berusaha untuk tidak melihat wajah lelah itu. Aku tahu aku membunuh rasa belas kasihku dengan kata tidak. Itu menyakitkan sungguh. Tapi ini untuk kami. Aku hanya tak ingin memanjakan mereka dengan penundaan dan menyesakkan mereka dengan beban hari esok yang menunggu. Aku sayang pada mereka. Kau percaya itu kan? Aku hanya tak ingin melihat mereka bekerja pada saat ujian mid. Pikiran mereka akan tetap terbagi, tidak bisa fokus. Itu akan menyusahkan mereka sendiri. Aku hanya ingin mengajari mereka bahwa kami bisa melewatinya jika kami tetap berjalan dan tak berhenti begitu saja, menyerah. Dan memang bisa.

Lagi-lagi aku ingin berterima kasih untuk amanah yang melelahkan ini. Yang tak pernah bisa membuatku berhenti berpikir dan bekerja. Lagi-lagi mengajariku tentang hal-hal yang tak kumengerti selama ini. Harga segala amanah dan tanggung jawab yang kuabaikan selama ini. Terima kasih. Kau masih yang terbaik. Aku sayang padamu. #apa ini? #sebuah pengakuan bodoh?

Dan lihatlah aku. Aku baik-baik saja. Aku bisa melakukan semuanya tanpamu. Aku bisa membuat mereka mengembangkan ide-ideku (yang lagi-lagi kudapatkan di pelajaran math #aneh skali). Aku bisa membimbing mereka. Aku bisa berkata "tidak" untuk mereka.

Aku baik-baik saja tanpamu. Aku membuat segalanya menjadi baik-baik saja tanpamu. Maaf untuk beban ke-sok-an tidak bisa apa-apa tanpamu. Jadi, kau tak perlu memikirkan yang kau tinggalkan (sok dipikirkan). Semuanya akan baik-baik saja. Percayalah #meski tak terlalu kupercaya (nah loh?).

Fokuslah. Dan tersenyumlah. 
Uhibbukifillah.

NB.
Di hari kepergianmu, aku bertemu pelangi.

View Post