Ya Allah, Semoga Hamba termasuk Hamba-Hamba yang Bersyukur padaMU. Amin.
View Post
Bismillah
Beberapa hari lagi, insyaALLAH wisuda akan digelar. Subhanallah... Aku mengenang kembali masa-masa ketika Sarjana Teknik dilekatkan pada namaku tanggal 21 Desember 2010 lalu. Sudah kurang lebih 3 bulan lamanya penantian hari wisuda kulalui. Habisnya aku tidak bisa ikut wisuda bulan Desember lalu karena terlambat memasukkan berkas. Ng, secara kasat mata aku menghabiskan masaku di kampus kurang lebih 3 tahun 3 bulan. Aku senyam-senyum sendiri seperti orang gila. Aku tahu, ini lebih dari sekedar gila, ini jenius. Hohoho... Bercanda.
 

Inti cerita hari ini adalah ... aku ingin berterima kasih kepada belahan jiwa skripsiku. Kak Dina Mariani. Seniorku yang berumur 2 tahun di atasku yang menjadi partner dalam pengerjaan skripsiku. Eh, aku belum pernah menyebutkan tentang apa skripsiku? 
Hmm.. judulnya itu "Rancang Bangun Antena Internal Monopole dan Dipole Untuk Penerima TV Digital". Sebenarnya judul itu bukan buah pemikiran sendiri melainkan diberikan oleh pembimbingku yang semoga dirahmati Allah Ta'ala, tapi sudah sedikit kupersempit bidang kerjanya sih. Hehehe.

Aku masih mengenang jelas, saat dimana aku setengah bercanda mengajak kak Dina menjadi belahan jiwa skripsiku. Huh, waktu itu sebenarnya kami berdua telah memiliki partner masing-masing.
 
Qadarallah, ternyata Allah telah menuliskan di Lauh Mahfudz bahwa partnerku itu akan melepaskanku untuk mencari orang lain karena aku ingin melangkah lebih cepat. Sedikit merasa bersalah tapi Alhamdulillah partner yang dulu melepaskanku itu sekarang telah meniti jalan skripsinya yang mantap dengan partnernya yang baru. Dan reaksi kak Dina mendengar tawaranku, langsung serta merta mengiyakan karena sejujurnya partner kak Dina belum sepenuhnya deal menjadi partnernya.

Untuk belahan jiwa skripsiku,
1. Terima kasih sudah memarahiku karena bersikap cengeng setelah ditolak oleh dosen favoritku untuk menjadi pembimbing skripsiku.
2. Terima kasih sudah mendesakku untuk bertemu dosen yang dulu menurutku kalau sama beliau pasti bakalan lama ngurus skripsinya tapi ternyata... MasyaALLAH...
3. Terima kasih sudah memaksaku maju seminar judul di tengah-tengah mumetnya kerja praktek di Fajar TV waktu itu.
4. Terima kasih sudah membelaku saat-saat dimana semua orang seperti mencemooh karena aku masih dianggap anak kecil untuk mengerjakan skripsi.
5. Terima kasih sudah menungguku saat aku pergi kuliah kerja nyata selama kurang lebih 2 bulan (1 bulan di rumah sakit, hehe) dan saat itu aku sama sekali tidak memikirkan skripsi.
6. Terima kasih telah memberiku banyak canda di setiap pengerjaan skripsi ini.
7. Terima kasih telah menepuk pundakku saat aku menangis meraung-raung karena mendapat kata-kata pedas dari dosen yang merasa aku belum pantas untuk ujian meja.
8. Terima kasih telah menguatkanku untuk tetap berada di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan tidak melakukan hal-hal yang bisa menodai gelar sarjana yang akan diraih.
9. Terima kasih karena telah bersabar menghadapiku.
10. Maaf ketika aku marah-marah karena kakak tidak melakukan hal-hal yang aku inginkan.
11. Maaf ketika aku bersikap egois dan sok bossy banget waktu mengatakan kita bekerja sendiri-sendiri saja.
12. Maaf ketika aku bersikap kekanakan sekali waktu antena yang pertama kali dibuat diketawai oleh orang-orang di sekitar kita.
13. Maaf karena aku selalu membuat kakak berlari-lari di koridor supaya bisa datang tepat waktu.
14. Maaf ketika aku membuat kakak menangis karena mengatakan kakak seakan tidak peduli padaku dan pada skripsi.
15. Maafkan aku atas semua tingkahku yang manja, menyebalkan, sok pintar, dan semua-semua keburukan yang ada pada diriku.
Terima kasih dan maafkan aku ya kak.



MasyaALLAH, di antaranya semua hikmah yang Allah berikan, aku sangat mensyukuri bisa berpartner dengan kakak. Uhibbukifillah, ukhti.

*Ayo siap-siap menyongsong masa depan yang lebih menantang lagi.
What is your next plan?

View Post
Bismillah

Suatu senja, ketika aku pulang ke rumah. Letih, kusam, bau, pening, dan rasa penat tengah merayap di tubuhku. Belum lagi peluh yang membasahi pakaianku, ditambah percikan air hujan di wajahku benar-benar membuat kondisi memprihatinkan. Tahu-tahu ketika sampai di ruang makan, ada kotak ajaib yang seakan menghisap seluruh penderitaan hari itu dan kembali dihitung nol bahkan tergantikan dengan kebahagiaan. Walau hanya satu senti kebahagiaan. Kotak itu adalah akuarium!!
 
Aku segera menempelkan kedua telapak tanganku di dinding kaca akuarium yang disinari nyala biru dari lampu neon yang dipasang di atasnya. Subhanallah... Aku takjub dengan benda yang hanya berukuran 100 cm x 50 cm x 60 cm di hadapanku itu. 


Segera kuketuk pintu kamar orang tuaku, dan serta merta kepalaku menengok masuk seraya bertanya, "Bapak, kenapa ada akuarium di situ? Punya siapa?"
Bapakku tampak heran, "Akuarium yang mana? Tidak ada akuarium."
Mendengar itu aku segera kembali ke depan akuarium, menyentuhnya dan memastikan bahwa aku benar-benar tidak bermimpi dan ini bukan dunia maya atau semacamnya, ini dunia nyata. Akuarium itu nyata adanya. Yang benar saja masa hanya aku yang melihat akuarium itu.

Aku kembali bercakap dengan bapakku, "Ada, Bapak. Akuarium yang sangat cantik sekali di ruang makan."
Bapakku mengangkat bahu, "Oh, bukannya tadi Maya yang membawanya??"
Aku melongo. Sejak kapan aku membawa akuarium itu?!
Bapakku tertawa, "Akuarium magic"
Aku menautkan kedua alis dan tertawa kecil--meninggalkan bapakku yang senang sekali melihatku bingung--kembali ke depan akuarium yang menjadi pusat perhatianku itu. Benar-benar akuarium magic.


Nemo! Ada ikan nemo. Ya Allah.. cantik banget! 1..2..3.. ada 6 ikan badut. Terus ada yang mirip gill temennya nemo yang cool-leader fish itu loh. Ada juga yang hampir mirip dory si ikan pelupa berwarna biru itu. Lucuunya.. Selain itu ada juga patrick star.. Ada 2 bintang laut. Yang satu bersembunyi di bawah karang dan yang satu menempel di dinding akuarium. Benar-benar pemalas ternyata bintang laut. Ck. Ck. Ck. Kemudian ada ikan-ikan warna-warni lainnya yang aku tak tahu apa namanya. Selain ikan, ada juga jenis rumput laut dan terumbu karang yang merespon intensitas cahaya di sekitarnya. MasyaALLAH. Luar biasa sekali.

Setiap makhluk yang Allah Ta'ala ciptakan di dunia ini memang penuh dengan arti dan hikmah tersendiri.  Sampai-sampai rasa takjub itu tak hilang-hilang. Sebagai seorang muslimah, aku bertekad akan sangat menghargai alam sekitarku. Ya Allah, aku akan berhati-hati agar tidak lagi mencabut-cabut bunga di jalanan. Tidak lagi merusak dahan pohon dengan atau tanpa sengaja. Go Green...!!

Eh, tidak nyambung. Maunya kan bahas tentang Go Blue!! Tapi gak papa, kan sama aja. Semuanya adalah makhluk ciptaan Allah Ta'ala yang berhak menerima perlakuan yang pantas dari manusia. Ayo, sayangi alam sekitar.

Lovely...

View Post
Bismillah

Aku mengutip dari buku Istri-Istri Para Nabi karya Syaikh Muhammad Raji Kinas. Kisah Aisyah  yang sedang demam. Kisahnya sangat unik dan lucu, tetapi masyaALLAH membuat hati saya bergetar. Hehehe. 
 
Habisnya mau bagaimana lagi. Demam untukku sudah seperti mendarah daging. Maklum, tubuhku yang memang rada-rada lemah ini sangat mudah disapa oleh demam. Nah, untuk tidak berlama-lama lagi. Ini kisahnya.
As-Sarakhsi meriwayatkan dari Anas, Rasulullah pernah melihat Aisyah ketika dia sedang bolak-balik. Beliau bertanya, "Kenapa kamu?"

Aisyah menjawab, "Demi ayah, engkau dan ibuku. Demam." Kemudian Aisyah menghina penyakitnya. Rasulullah berkata, "Wahai Aisyah, jangan menghinanya, karena ia diperintah. Jika mau, aku akan ajarkan kamu kata-kata yang jika kamu ucapkan Allah pasti akan menghilangkannya darimu."

Aisyah berkata, "Ya Wahai Rasulullah"

Beliau berkata, katakanlah :
"Ya Allah, kasihanilah kulitku yang tipis dan tulangku yang remuk karena panas yang membara. Wahai demam, jika kamu beriman kepada Allah, jangan kamu pecahkan kepala, mengubah susunan, makan daging, minum darah, berpindahlah dari orang yang menjadikan sekutu lain bagi Allah."

Aisyah berkata, "Aku pun membacanya sehingga demam hilang dariku."

--->>As-Samth Ats-Tsamin (91-91)

View Post
Bismillah

Mungkin ini yang namanya pertolongan Allah Ta'ala secara tidak langsung. Bener deh. Gini ceritanya, suatu hari di Jumat siang ba'da bertemu dengan adek-adek berseragam putih abu-abu di Handayani. Aku berjalan kaki menuju jalan abdesir, harap-harap cemas lantaran kaki ini udah letih dan kepala nyut-nyut karena siraman terik matahari. Jujur saja, aku hampir kehabisan uang. Setelah ini masih mau menuju tempat yang sangat jauh dari pemukiman kota (read : hanya bisa ditempuh dengan ojek, alhamdulillah nomor HP ojek akhwat sudah siap sedia di HP aku) untuk mengajar privat. Qadarallah, memang memakan biaya pulang pergi yang tak sedikit. Hampir-hampir kafalah yang aku terima sebanding dengan perjalananku. Namun, insyaALLAH hal itu tak akan meredupkan jiwa ini untuk terus menyampaikan ilmu. Keep on fighting till the end. Kisah perjalananku itu akan kuceritakan di halaman yang berbeda.

Kembali ke cerita, di tengah-tengah dahaga yang menyeruak bangunan di sekitar jadi terlihat seperti puing-puing abadi sisa reruntuhan kuno saking kaburnya penglihatanku, tiba-tiba ada sebuah mobil kijang biru berjalan sangat pelan di sampingku. Kalau aku tidak berbaik sangka, mungkin aku pikir pengendara mobil itu mau menabrakku. Bukan saja berjalan pelan di sampingku seakan mau menyerempet, beberapa detik kemudian mobil itu berhenti tepat 2 meter di depanku. Aku melihat ke kiri dan ke kanan, memastikan bahwa tak ada satupun penghalang yang menyebabkan mobil itu berhenti, lalu secepat kilat berpikir, "Ada apa gerangan ini?" Aku serta merta berhenti di tempat karena syaraf bahaya bergidik di belakang tengkukku. Aku benar-benar yakin tak ada lagi pejalan kaki di jalan itu. Jadi mobil itu berhenti untukku? Penculikan ?!!


Bodohnya aku, tenang tenang. Umur sudah kepala dua masih saja bertindak kekanakan. Ehem, aku berjalan 2 meter ke depan dan kini kaca mobil itu sederet dengan pandanganku. Hanya ada satu orang di dalam mobil itu, seorang ibu paruh baya--bermuka manis dengan jilbab biru mudanya--tengah duduk di kursi pengemudi, tak ada yang lain. Padahal kalau mau dibilang mobil itu mobil yang sangat besar, apalagi kalau hanya dipakai untuk satu orang saja. Aku tersenyum dan menyapanya. Ibu itu terlihat bingung, aku mendesah dalam hati, mau tanya alamat rupanya. Namun, tiba-tiba ibu itu membuka pintu di tempat duduk penumpang di sampingnya. Dia melambaikan tangannya lalu menyuruh masuk. Eh?

Ibu paruh baya : "Mau ke mana, Nak?"
Aku : "Mau ke ujung jalan ini bu"
Ibu paruh baya : "Ayo nak, ibu juga mau lewat jalan ini. Ibu Antar"
Aku : "Tapi ibu, apa tidak apa-apa?"
Ibu paruh baya : "Tidak apa. Naik saja nak!"

Belum-belum aku mencerna dengan baik apa yang terjadi, tanganku memegang knop pintu dan kaki kananku melangkah masuk. Glek! Lagi-lagi syaraf motorikku bergerak sebelum otakku rampung menganalisis. Ugh.. Aku hanya bisa banyak-banyak beristighfar apa gerangan yang tengah terjadi ini.

Ibu itu terlihat santai, jadi aku pun harus lebih santai. Masa di dalam hati lagi-lagi aku dipikir aku ini dilarikan atau semacamnya. Aku mengamati tiap gerak-gerik ibu itu dan aku sadar ibu itu bukan orang jahat. Malah, ibu itu seperti kesepian dan pengen teman bicara. Di perjalanan ibu itu menceritakan bahwa di Makassar ini hanya ada dia dan suaminya yang pensiunan lembaga keuangan. Hal itu menjelaskan kenapa ibu itu menyetir sendirian. Apalagi ini di tengah seusai Shalat Jumat jadi pastilah suami ibu itu ada di masjid dan tidak bersamanya. Ketiga anaknya sudah hidup di kota-kota besar lainnya. Anak yang bungsunya berusia 33 tahun dan baru pekan lalu melahirkan anak ketiganya. Dia bertemu dengan anaknya setiap akhir pekan. Beliau dan suaminya kadang kala mengunjungi anak-anaknya. Kadang kala pula anak-anaknya yang mengunjungi beliau. Walau kadang ibu itu memperlihatkan raut muka yang sedih, sambil bercerita beliau selalu tersenyum. Sosok ibu yang tegar tapi kesepian karena telah membesarkan anak-anaknya. Beliau menuturkan, keinginan beliau untuk mencari kegiatan-kegiatan amal atau hal-hal yang ringan tapi bermanfaat untuk mematikan waktu kosongnya. Aku benar-benar takjub dengan sosok ibu itu.

Benar-benar bodoh tadi aku sempat meragukan ketulusan hatinya. Wuihh, kan gak sangka dengan penampilanku yang aku tahu di tengah masyarakat malah dianggap aneh karena jilbab besar ini malah seperti disayang dan diperhatikan begitu, sama ibu yang tidak dikenal lagi. Aku hanya menduga-duga ibu itu mungkin punya kenangan manis dengan akhwat makanya aku pun diperlakukan sangat manis. Kalo pun tidak, berarti dari pandangan pertama, ibu itu sudah suka padaku dan menolongku. MasyaAllah, Allahu Akbar!! Benar-benar pertolongan Allah.

Sayangnya ibu itu harus belok kanan di pertigaan jalan racing. Sedangkan tujuanku masih jauh lurus ke depan. Ibu itu harus sampai beberapa kali memohon maaf padaku. Padahal aku yang numpang, jadi gak enak hati begini. Aku pun beberapa kali harus meyakinkan ibu itu bahwa aku akan baik-baik saja. Ibu itu bahkan sampai mau memberikan uang padaku. Ups, sadar diri sadar diri. Aku masih punya urat malu. Kutolak dengan senyuman lalu kuucapkan terima kasih yang benar-benar dari relung hatiku. Sebelum turun kutanyakan sapa nama beliau. Dengan manis, ibu itu menjawab, "Hj. Nurhaedah".

Perjalanan berikutnya pun aku lanjutkan sendiri. Sambil terkekeh-kekeh sendiri di tengah jalan mengenang peristiwa tadi. Surprise banget kan. Yaaahhh, hidup ini apa sih yang enggak.

View Post