Bismillah


Dari Abu Hurairah Radhiyallahu'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah mewajibkan puasa atas kalian di dalamnya. Pada bulan itu dibuka pintu-pintu syurga, ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggu setan-setan. Allah menjadikan pada bulan itu sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tercegah dari kebaikannya, maka sungguh dia tercegah untuk mendapatkannya."

(HR. Ahmad)

View Post
Bismillah

Ketika menginjakkan kaki turun dari bus, aku berusaha berpegangan pada mama, penglihatanku masih samar-samar karena perjalanan di bus tadi. Aku mengedarkan pandangan di terminal bus itu. Semerbak debu-debu berhawa panas langsung menghampiri mukaku. Aku memicingkan mata dan berharap kondisiku bisa stabil secepat mungkin. Bapak, kakak dan adik perempuanku sudah berjalan lebih dulu ke tempat  pengambilan air wudhu.

Sekedar informasi, sekarang kami berada di ujung kota Madinah Al Munawwarah menuju ke kota Makkah Al Mukarramah untuk memenuhi panggilan Rabb Yang Maha Agung, melaksanakan ibadah umrah. Kami singgah di pangkalan bus untuk shalat dan istirahat sejenak merenggangkan tubuh dari kekakuan duduk di dalam bus selama 6 jam.

Di toilet, kasak-kusuk, aku memegang perutku. Aku hampir meledak tertawa mengingat kejadian sebelum perjalanan ini-tepatnya kemarin-perutku kembung dan metabolismeku bermasalah. Huhuhu, aku meringis kesakitan karena perutku bergejolak aneh. Aku memang memiliki penyakit maag akut tapi tak kusangka aku juga akan susah b-a-b (buang air besar, red), sungguh tak menyenangkan. Mencemaskan kondisiku, mama segera memberikan 2 obat pencahar. Seumur-umur, belum pernah aku minum beginian. Namun bapak mendesak aku juga harus minum karena khawatir aku akan tumbang menjalankan rukun umrah selanjutnya.

Tahu-tahunya, mama yang juga minum obat itu sudah lancar b-a-b, aku malah tambah mules dan perutku tambah sesak. Mama menatapku cemas, "Mungkin karena Maya tidak terbiasa minum makanya belum ada reaksi. Jadi tunggu saja apalagi obat ini cukup ampuh. InsyaALLAH".

Aku pun menunggu. Ketika persiapan menuju tempat miqat, Bir Ali, perutku tidak kunjung membaik. Bapak yang heran dengan tidak adanya reaksi obat segera memberikan 2 obat pencahar merk lain lagi padaku. Aku tidak bisa berpikir panjang, serta merta aku langsung meminumnya.

Astaghfirullah... reaksi itu datang~ di dalam bus bahkan ketika akan berniat ihram di Dzul Hulaifah (Bir Ali, red). Ya Allah, badanku sampai melemah. Mama dan kakakku yang seorang dokter langsung menatapku bodoh ketika tahu aku meminum 2 obat pencahar lagi. Mau marah atau berkata-kata mengejek juga tidak bisa karena bisa merusak ihram. Aku meringis sedih sambil mengusap-usap perutku. Mama, kakak dan adikku pun senantiasa menemaniku ke toilet.

Kembali ke posisi awal, di toilet terminal bus, aku sudah mulai membaik. Dalam hati aku selalu berdoa semoga aku bisa melewati ujian ini. Kakak dan adik yang melihat wajah legaku hanya cekikikan dan tersenyum. Aku melempar ketawa bodoh, benar-benar deh, niatnya bisa lancar b-a-b eh gak tahunya lancar selancar-lancarnya. Aku akan mengingat 4 obat pencahar itu baik-baik. Hahahaha.

Selesai menunaikan shalat, aku dan mama segera kembali ke bus. Aku mencari bapak, kakak dan adikku tapi tak berhasil menemukannya. Kupikir mereka pasti sudah ada di bus. Di samping tempat parkir bus kami, tiba-tiba ada kerumunan besar. Aura kecemasan dan kesedihan muncul. Jantungku tiba-tiba berdegup kencang. Apa yang terjadi?


Tetesan darah berceceran di lantai. Aku yang tak sanggup melihatnya seakan mau pingsan dan menghilang dari situ. Namun, tidak bisa. Itu darah bapak. Aku menangis tertahan. Ternyata ketika bapak, kakak dan adikku berjalan berdampingan, tanpa sengaja bapak menginjak pecahan beling (pecahan botol kaca, red). Kondisi saat itu yang telah berpakaian ihram dan tentunya menggunakan sandal jepit yang terbuka, tidak bisa menahan pecahan beling masuk ke pori-pori dalam kulit kaki bapak.

Panik menyerang. Aku langsung duduk di samping bapak dan memegang beliau sambil berusaha menenangkan. Kakak dan mama yang dokter langsung cepat tanggap. Adikku mengeluarkan tissu sebanyak-banyaknya dan mengelap darah yang terus keluar dari kaki bapak.

Dalam keadaan seperti itu, aku sangat melihat begitu bergunanya seorang dokter. Aku sempat menyalahkan diriku sendiri yang tidak bisa bereaksi apa pun dalam pertolongan pertama. Insiyur bodoh, tidak berguna, bodoh bodoh bodoh. Dalam sepersekian detik, aku tersadar. Ada yang bisa kulakukan, setidaknya. Aku menyentuh dan mengelus sisi kaki bapak yang sakit dan segera larut dalam doa. Melantunkan ayat-ayat Allah dengan khusyuk sebisaku memohon kesembuhan.

Kepanikan sudah menghilang, setelah luka ditutup dengan balutan handsaplas sementara. Bapak menatapku dan bercerita, "Setelah shalat tadi, bapak berdoa, semoga Allah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada bapak, mama dan anak-anak supaya bisa menjalankan ibadah umrah. Ternyata tiba-tiba, bapak kena musibah. Ya Allah... Ada apa ini..(?!)"

Aku tersenyum kaku, bingung tidak bisa berpikir logis untuk sesaat, "Sabar bapak, jangan lupa banyak-banyak beristighfar..." Akhirnya aku hanya mampu mengucapkan satu kalimat itu.

Pihak travel dan jemaah lain sangat respon terhadap kondisi bapak, banyak yang memberikan bantuan dan semangat secara nyata. Aku begitu terharu. Mama sempat memesan kepada pihak travel untuk menyediakan kursi roda, takutnya luka bapak akan melebar jika dipaksakan jalan. Tapi bapak menolak dan bersikeras mau melaksanakan thawaf dan sa'i dengan kakinya sendiri, tidak dengan didorong. Mama pun mengerti dan menyokong bapak sepenuhnya.

Dalam perjalanan menuju Makkah Al Mukarramah yang tinggal satu jam lagi, aku menangis perlahan. Tak henti-hentinya aku meminta kemudahan dan kesembuhan bagi bapak. Dan entah kenapa sakit perut yang kualami sudah lenyap ditelan gemerlapnya lampu-lampu di sepanjang perjalanan. Waktu menunjukkan pukul 10.00 malam. Jalanan begitu sunyi dengan satu-satunya deruman bus yang kami naiki ini.


Ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya pujian, nikmat dan kekuasaan adalah milik-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu.

Kami sekeluarga melaksanakan rukun umrah berikutnya di waktu sepertiga malam. Perlahan tapi pasti kami menuju masjidil haram, melewati pintu king abdul aziz dan keharuan yang luar biasa menyeruak ketika pertama kali melihat ka'bah. Subhanallah! Allahu Akbar!


Ucapan alhamdulillah tidak kunjung lepas dari bibirku ketika melihat bapak begitu bersemangat melaksanakan thawaf seakan-akan tidak terluka. Padahal tadi hampir-hampir tidak bisa jalan. Allahu Akbar! Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Sebaliknya tubuhku melemah. Sepanjang thawaf dan sa'i, bapak senantiasa di sampingku, memegangku untuk bertahan. Kakakku yang juga tubuhnya lemah didampingi oleh mama. Lalu adikku bolak-balik berjalan beriringan di sampingku dan di samping kakakku.

Alhamdulillah, setelah bercukur dan memotong rambut (tahallul, red), kami telah menyelesaikan ibadah umrah. Ya Allah, terimalah amal ibadah kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui.

2:127

"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" (Al Baqarah ayat 127)

Aku tahu, segala sesuatu terjadi untuk yang terbaik. Setiap yang terjadi pasti ada hikmahnya. Dan aku merasakan, ini benar-benar yang terbaik. Ini adalah berkah untuk bapak dari tanah haram :) MasyaALLAH. Penyakit bapak yang berjibun, misalnya penyakit diabetes, hipertensi dan kolesterol seakan-akan lenyap. Subhanallah.  Ini keren sekali  ^^  ini adalah pengobatan langit  \(^_^)/

Eehh, tunggu sebentar, mungkinkah luka karena pecahan beling itu bisa dianggap sebagai bekam? Hmm... berhubung aku tidak tahu tentang bekam, aku jadi ragu untuk menjawabnya. Ketika cari tahu, ternyata memang ada titik bekam di kaki sih walau bukan titik bekam sunnah.

Ketika aku membicarakan masalah ini pada kakakku, dia tersenyum menjawab, "Memang sih darah yang keluar pada waktu itu adalah darah kotor-darah berwarna merah kehitaman-yang berasal dari cabang pembuluh vena karena tidak mengandung oksigen"

Aku hanya senyum-senyum sendiri ketika mendengarnya. MasyaALLAH....

*Takdir Allah memang sangat indah.

View Post
Bismillah

Aku tidak tahu apa yang terjadi. Mungkinkah hal seperti ini terjadi? Er-r, kurasa itu tidak cukup meyakinkan. Malah -mungkin- amat sangat aneh. Ah, mungkin biasa saja, aku yang terlalu berlebih. Ah, benarkah?! -_-

Setelah kepulanganku dari perjalanan yang sangat menyenangkan, ada sesuatu yang berubah. Dirikukah yang berubah? Aku masih menganalisis apa yang sebenarnya terjadi. Otakku berputar keras untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan jawaban yang logis (walau pada kenyataannya hanya ada satu jawaban yang pasti). Hmm... sudah cukup intronya, akan kuceritakan apa yang terjadi.

Aku merasa eksistensi diriku semakin terlihat di dunia ini.

Dulunya aku merasa, setiap orang tak acuh padaku. Hm, maksudku orang-orang luar di masyarakat sekitarku kadang-kadang tidak menganggapku ada. Maksudku, aduhhh aku susah sekali mengatakannya, takutnya aku salah dalam memiliki kata T_T jadi maksudku, aku selalu merasa orang-orang tidak menyukai keberadaanku, seperti benda asing yang jatuh ke bumi saja, hahaha.

Tapi.. tapi.. tapi...

Islam Is Not The Enemy


Ketika aku ingin ke luar rumah, kadang aku berdiri sejenak melihat jalan raya dari depan rumahku. Hanya beberapa saat, untuk memperhatikan situasi luar rumah. Anehnya walau hanya sesaat, efeknya luar biasa. Aku disapa oleh pedagang kaki lima di depan rumahku. Aku disapa oleh tukang tambal ban di depan rumahku. Aku disapa oleh tukang becak di depan rumahku. Aku disapa oleh penjual air tahu di depan rumahku. Aku disapa oleh penjual bakso keliling di depan rumahku. Aku disapa oleh pembeli-pembeli dan orang-orang yang lewat di depan rumahku. Ok, itu mungkin hal yang sangat biasa bagi orang lain, bagiku tidak. Huft... baiklah baiklah, mungkin aku terlalu mendramatisir keadaan.

Ketika aku mengunjungi sekolahku tercinta, es-em-ma yang berjarak kira-kira 20 meter dari samping rumahku dan berjarak 1 meter dari belakang rumahku, tentu saja aku berjalan kaki dan melalui trotoar di sisi jalan. Coba saja ada pintu yang dibuat di belakang rumahku, pasti aku akan lebih cepat sampai. Hahahaha, padahal 3-5 menit sudah cukup cepat dengan lewat jalan depan. 

Bukan.. bukan tentang orang-orang di sepanjang jalan itu yang akan kuceritakan. Melainkan tentang penghuni sekolah yang subhanallah, ramah banget padaku. Ok, beberapa guru dan penjaga sekolah memang akrab padaku, atau adik-adikku tercinta yang memang mengenaliku~ tapi ada juga yang aku tidak mengenalnya, tetapi tetap ramah padaku. Itu sangat ker-ker-ker-keren! Bahkan ada guru yang memelukku dan mengajakku berjalan bersamanya ke ruang guru untuk bertemu guru-guru lain. Aku menangis terharu di dalam hati.

Ugh.. jangan paksa aku cerita bagaimana aku menghabiskan waktuku ketika aku membeli minuman ringan di toko fotokopi depan es-em-ma-ku. Ng, aku bercerita panjang lebar selama kurang lebih 2 jam dengan suami istri pemilik toko itu. Aku bahkan tidak dibiarkan pulang dengan cara; pemilik toko itu tidak menerima uang yang ingin kuserahkan, beberapa kali aku malah disuruh duduk saja lalu obrolan panjang terjadi. Aku tersenyum bahkan tertawa heran karenanya. Untungnya keperluanku tidak ada yang penting mendesak, jadi aku bisa dengan tenang menghabiskan obrolan di sana.

Lalu saat aku menginjak kampus lagi untuk pertama kalinya selama beberapa lalu sempat menghilang...bagaimana..(?!) Huhuhuhu T_T aku tak tahu bagaimana ini bisa terjadi. Aku dirangkul ramah oleh ibu pegawai fakultas disertai ciuman kecil di dahiku. beberapa pegawai yang melihatnya tersenyum padaku, saat itu mukaku mungkin seperti kepiting rebus. Aku pun sempat dimarahi sama ibu pegawai jurusan karena tidak memberi kabar. Aku hanya tertawa meringis dan akhirnya membiarkan diriku larut dalam obrolan dengan ibu-ibu staf jurusan. MasyaALLAH, luar biasa.

Namun... karena saat-saat itu aku masih belum bisa menganalis keadaan, aku masih bersikap biasa dan cuek. Parahnya, sesuatu yang menyesakkan dada terjadi. Ketika aku dan adikku berkunjung ke rektorat, aku mencari-cari ibu pegawai kenalanku, beberapa orang pegawai tengah sibuk membicarakan hal penting, aku tidak mau mengganggu dengan menanyakan pada mereka, jadi aku nyelonong masuk ke salah satu ruangan.  Sedang adikku menunggu di luar. 

Aku mendengar suara salam dari arah pegawai yang sibuk itu, saat itu otakku tak mengira kalau ternyata orang yang disapa itu adalah aku. Jadi setelah aku keluar ruangan dan sudah tidak ada lagi pegawai-pegawai yang sibuk itu, adikku memberitahuku dengan kecut, "Tadi ada ibu-ibu yang menyapa kakak, sayangnya kak Maya tidak bereaksi. Jadi ibu itu bilang, 'pakai jilbab besar tapi kok tidak jawab salam' saya tidak jawab apa-apa dan hanya tersenyum kecut."

Hatiku mencelos. Aku menyuruh adikku sampai tiga kali mengulang cerita itu, sapatahu ada hal yang dia lupa ceritakan detailnya. Aku kaget sekali. Aku juga marah pada diriku sendiri. Aku kesal kenapa tadi aku tidak ge-er saja dan menjawab salam. Kenapa aku tidak merasa bahwa aku diperhatikan? Hiks. Aku menangis galau dalam perjalanan pulang. Dalam hatiku seperti ada badai, bukan saja karena aku sudah mencoreng nama akhwat (ya Allah, mudah-mudahan ibu itu tidak men-generalisasi masalah ini) melainkan juga karena aku yang tidak peka mengatasi masalah. Hiks, jangan memandangku dengan mata menyalahkan T__T iya.. iya.. aku salah.

Tapi hey, mana ada orang yang begitu percaya diri akan diperhatikan dan disapa dengan orang yang bahkan tidak mengenalnya? Aku kan bukan selebritis atau orang terkenal atau sejenisnya... Jangan-jangan apa aku terlalu manis? Hahahaha, bercanda. Aku tidak punya rasa percaya diri sebesar itu untuk mengatakan bahwa yang orang-orang sapa adalah diriku. Ugh~ ini hanya pembelaan. Aku memang salah. Seharusnya aku bisa sensitif terhadap sekitarku. Bisa ramah, senyum, sapa dan santun pada siapa pun saja walau bahkan tidak mengenalku. Baiklah, aku akan berusaha \(^_^)/

Peristiwa ini benar-benar memberiku pelajaran berharga. Luar biasa berharga. Aku bisa dengan yakin sekarang, setelah menganalisis beberapa peristiwa, bahwa masyaALLAH Islam yang sesungguhnya berangsur-angsur telah bisa diterima dengan baik di masyarakat!
Islam Will Dominate The Word

Eh, tunggu sebentar. Apa ini bukan karena momen Ramadhan yang semakin dekat? Hmm... atau hanya karena aku yang terlalu merasa diperhatikan dan membesar-besarkan masalah? Engg.. Ntahlah. Namun, satu hal yang pasti aku tahu, ini berkah tanah haram. Subhanallah! Allahu Akbar!

Ketika berada di tanah haram, aku tidak henti-hentinya menggaungkan harapanku terhadap kejayaan Islam.  Dan juga aku senantiasa meminta Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk memberiku cahayaNya, bahkan cahaya di atas cahaya. Alhamdulillah, aku benar-benar merasakan perubahan pada diriku dan orang-orang di sekitarku.

Aku sungguh sangat menginginkan semoga ya Allah aku benar-benar bisa menjadi cahaya, bukan hanya sekedar nama, bukan hanya sekedar kemilau cahaya emas, melainkan bisa benar-benar menjadi cahaya yang memperjuangkan tegaknya kalimat Laailaha Illallah di bumi Allah. Aamiin yaa Rabb.

Semangat!
View Post
Bismillah

I'm home. Merindukanku?
Hohoho :)

coming home >_<

Semasa aku pergi banyak sekali orang-orang berharga buatku~ yang merindukanku dan menanti kepulanganku. Hiks. Hal itu membuatku sakit kangen berat juga pada mereka >_< setelah kembali, penyakit itu berangsur pulih walau tidak sepenuhnya karena masih ada beberapa orang yang belum aku temui T_T

Lalu, kemana aku selama ini...(?) hehehe tentang cerita-cerita perjalananku akan kuceritakan lain waktu saja yaa ^^

Di saat-saat aku di negeri orang, aku menerima beberapa sms yang membuatku terharu. Sangat menyentuh dan keren. Salah satunya ini ^^

Hey, kau yang di sana.
Kau yang istimewa.
Cahaya hatiku.
Penerang hari-hariku.
Kami sayang padamu.
Tertanda:
~yang menantimu dengan kerinduan~

*Aku sudah pulanggg~

View Post
Bismillah

Buat kamu para remaja pecinta FB or ngeblog, wifi-an, email-an and internet-an or apa aja di dunia teknologi dan informasi, ikutan yuk di seminar IT yang bertema "IT for better change" bertempat di gedung 4 UIT (Jalan Rappocini) tanggal 24 Juli dari pukul 08.00 - 12.30.

So pasti kamu bakalan dapat info keren tentang dunia IT dan cara mengatasinya agar dapat terhindar dari bahaya dunia maya. Plus info seputar dunia Islam & Teknologi.

Kamu juga bisa dapat sertifikat, snack, pin keren dan berbagai include menarik lainnya. Pokoke rugi minta ampun kalau nggak beli >>> Hanya Rp20.000,-

Temu Remaja Sekolah Se-Makassar

Ayo...! Buruan daftarkan diri kamu di agen tiket di sekolah kamu.

Atau silakan kunjungi kami di:
View Post