Tapi Tidak Mau Mengunyah

Bismillah

Fresh Orange ~ Original picture was from here
Saat ini aku tengah menatap makanan yang tersaji di hadapanku dengan aura siap terkam (baca : kelaparan). Aku melirik ke arah jendela yang dihiasi berkas kemilau cahaya emas. Masih waktu senja tetapi aku sudah duduk cantik di meja makan dan siap melahap sepiring nasi plus lauk-pauknya. Aku bergumam, ini adalah makan malamku. Tiba-tiba kakakku -si putri tidur- datang dan duduk di sampingku, terhenti sejenak lalu berdiri lagi. Sembari mengunyah, aku memperhatikan Putri Tidur mengambil nasi.

Selang beberapa detik kemudian, bukannya merespon makanan yang sudah menari di atas piring, Putri Tidur malah diam membeku di kursinya. Dia berucap lemah, "Aku mau makan tetapi tidak mau mengunyah."

Uhuk! kata-katanya barusan membuatku tersedak. Setelah mampu menguasai diri, aku ternganga, "Hah? Jadi, tidak mau makan?"

Putri Tidur tersenyum lalu mencubit lenganku lembut. Dia menjawab, "Mau."

Aku mengernyitkan dahi, "Tapi...(?)"

Gelengan manis menghias wajahnya, "Tidak mau mengunyah."

Sontak aku mengambil piringnya dan berujar riang, "Mau kukunyahkan?"

Er-rr, aku menyesal menanyakan hal tersebut. Habisnya setelah itu Putri Tidur memukulku ganas sampai aku tertawa terpingkal-pingkal. Aku menghela napas, "Kalau pasien-pasien di klinik dan rumah sakit mendengar perkataan dari seorang dokter barusan, apa jadinya ya?" Putri Tidur mencibir, tawa lepas pun berarak di antara kami.

\(-^_^-)/

Jujur saja, aku tidak mengerti maksud dari kalimat yang Putri Tidur lontarkan saat itu sampai suatu malam. Aku tengah berbaring di atas tempat tidurku, melepas segala pikiran yang berkecamuk di dalam kepala. Adikku -si putri salju- masuk ke dalam kamar dengan membawa sepiring nasi di tangan kanannya dan semangkuk sup di tangan kirinya.

Aroma jeruk nipis pun menyeruak memenuhi semua celah udara dalam kamar. Wah, pasti tadi ditambahkan jeruk nipis dengan porsi selangit. Benar-benar deh orang Makassar nggak bisa pisah dengan jeruk nipis kalau lagi makan, apalagi Putri Salju. Dia pun salah satunya, pemakan jeruk nipis yang cukup ekstrim. Ngg, aku sih normal-normal saja.

Aku memandangi Putri Salju yang makan dengan lahap -sangat menggiurkan mengingat aku belum makan malam- tetapi aku bergeming di tempatku. Aku tetap memandang, rasanya kala itu semua benda di sekitarku bergerak ke depan dan aku sendiri bergerak ke belakang. Aku memekik kecil, "Bisa tidak makanan itu masuk tanpa kukunyah?"

Putri Salju tertawa terbahak-bahak, "Hahahaha, aku tahu rasa itu!"

Aku mengarahkan pandanganku ke atas langit-langit, "Rasa apa?"

"Rasa kelelahan yang berada di titik puncak."

Aku memejamkan mata. Aku mau makan tetapi tidak mau mengunyah. Ah, kepengen deh bikin alat yang bisa menyerap makanan dan langsung memasukkannya ke dalam tubuh tanpa proses mengunyah. Hahahaha -saking kacaunya pikiranku- aku sampai membayangkan transferan makanan melalui gelombang elektromagnetik yang dihadapkan ke perut. Aku sudah tidak waras. Eh, tapi mungkin saja, suatu saat, siapa tahu siapa tahu kan, hihihihi.

"Ya sudah, tidur saja." Putri Salju hampir menyelesaikan makannya.

Aku meragu, "Tapi..."

"Mamaaaaaa.....!" Aku kaget mendengar teriakan Putri Salju yang mendatangkan mama ke kamar. Mama menatap kami berdua, heran. Spontan, Putri Salju menunjukku lalu menunjuk makanan di hadapannya. Ugh, tampangku memelas.

Mama mengangkat alisnya, "Mau diinfus?"

Cepat-cepat aku menggeleng lalu beranjak dari tempat tidurku, menuju ke ruang makan. Aku masih bisa mendengar Putri Salju yang cekikikan. Dasar anak itu!

Mama mengelus kepalaku dan berkata lembut, "Sudah tahu punya segunung aktivitas tetapi tidak memberikan porsi makanan yang setimpal untuk tubuh. Bagaimana bisa?! Jika Maya sakit bukan hanya Maya saja yang sakit. Ingat, semua orang yang mencintai Maya juga akan sakit. Ayo, makan walau hanya sedikit."

Aku patuh, mengisi piringku sebanyak seperempat bagian dari yang biasanya kumakan. Dalam hening, perlahan aku mengunyah makanan tersebut. Aku sadar, tubuh ini bukan milikku melainkan milik orang-orang yang membutuhkannya. Aku harus kuat. 

Big power comes with great responsibility. Kekuatan yang besar akan selalu diiringi dengan tanggung jawab yang besar. Namun bagaimana mungkin bisa memberikan kekuatan yang besar bila hal-hal kecil saja tidak bisa diatur dengan baik. Mau dibawa kemana tanggung jawab yang sudah di depan mata? MasyaAllah. Fight! Allahu Akbar!


Makasar, Februari 2012 Miladiyah.
Rabiul Awwal 1433 Hijriah.