Ini Genderang Perang!

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Peri Cahaya menggigit bibir bawahnya. Sedikit gusar, dia berteriak kepada pengawalnya. Dia meminta segala akses ke istana cahaya diputus. Tak peduli apapun yang terjadi, tak seorang pun diizinkan untuk berkeliaran. Bahkan dia mewanti-wanti, tak boleh ada jejak-jejak cahaya yang tersisa. Sehingga tak akan ada yang tahu dimana keberadaannya sekarang. Ah sebenarnya itu mustahil, toh Peri Cahaya sudah terlambat untuk bersembunyi. Apalagi ini sudah masuk masa genting. Dan dia seperti mati rasa. Untuk sementara waktu, satu-satunya solusi yang terpikir olehnya adalah mengisolasi diri dari negeri luar.

Ini Genderang Perang!
Dia seperti mati rasa - Credit

"Apa kau tahu kenapa dia il-feel padamu?" tanya Peri Aurora. Perlahan, Peri Cahaya menggeleng. Kedua manik matanya memandang lurus, tak memberikan jawaban. Tak lama, Peri Aurora mendesah dan melanjutkan bicaranya, "Menggores langit yang bermandikan cahaya dengan tinta absurd, lengah dan terperdaya oleh omongan troll, meninggalkan jejak di hutan terlarang dan bertingkah laku di luar tata krama peri. Sungguh prestasi yang menyesakkan. Maka pantaslah jika dia menginginkan sosok yang lebih baik darimu."

Peri Cahaya tersenyum kecut. Huh, maka janganlah memaksakan diri untuk mendekat. Dia tahu, dia bukan makhluk sempurna. Dia bahkan punya banyak celah. Namun tak disangkanya, dia akan dicela sesempurna itu. Dia kesal tapi tak bisa marah. Toh sekuat apapun dia menyangkal, orang-orang hanya akan melihat apa yang terlihat dari luar, dan menurut mereka itulah yang benar.

Seperti yang Harper Lee katakan dalam buku To Kill A Mockingbird, "Kau tak akan pernah bisa memahami seseorang hingga kau melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya, hingga kau menyusup ke balik kulitnya dan menjalani hidup dengan caranya." 

Nah di atas semua itu, hey kau yang begitu mudahnya mengobrak-abrik pribadi seseorang dan menilainya hanya dengan sebelah mata. Pernahkah kau sungguh-sungguh ingin tahu bagaimana rasanya menjalani hidup orang lain? Pernahkah kau sungguh-sungguh ingin tahu bagaimana seorang Peri Cahaya menjalani hidupnya sehingga kau bisa dengan mudahnya mengatakan dia seperti ini dan seperti itu? Lucu sekali, situasi ini benar-benar membuat jantung gatal!

Kedua pipi Peri Cahaya merona, dia menahan getaran tak terdefinisi. Kemudian seulas senyum tersinggung di bibirnya, dia menatap Peri Aurora dan berkata, "Sampaikan terima kasihku padanya. Ternyata ada orang yang begitu peduli padaku. Sayangnya, bukannya memenangkan hatiku. Dia malah benar-benar berhasil mempermalukanku. Tahukah kau, aku merasa begitu terhina." 

"Tapi bagaimanapun, kau harus tetap introspeksi diri. Ini serius, untuk hal-hal yang berkelanjutan di masa yang akan datang nanti." kata Peri Aurora lembut.

Peri Cahaya mengangguk lemah. Tentu saja tak akan berakhir di sini. Bukankah ini baru awal?  Dia melipat tangan di depan dada lalu bertutur, "Hanya saja, aku tak bisa secepat itu berubah. Dan yang lebih penting lagi, aku tak akan berubah hanya karena dia! Hanya karena seorang manusia!" 

Teriakan Peri Cahaya memecah peredaran jantung. Dia pun berusaha mengontrol napasnya. Ada segurat rasa yang tak bisa dia jelaskan. Terus terang, dia kecewa. Bukan karena dia dinilai secara sembrono lalu dipaksa untuk berubah sesuai nilai yang dianggap lebih pantas. Bukan karena itu. Sama sekali bukan. Dia kecewa karena tidak dipercaya. Bagaimana mungkin kesan pertama bermula dari kecurigaan tak beralasan? Rasanya benar-benar menyedihkan.

Detik berikutnya, Peri Cahaya kembali berseru, "Lalu apa? Satu-satunya cara melumpuhkan kekacauan yang terjadi adalah..." perkataannya tertahan di tenggorokan, ada haru yang menyeruak tiba-tiba. Setelah menghela napas, Peri Cahaya menuntaskan kalimatnya, "...adalah dengan melenyapkan Kemilau Cahaya Emas tanpa sisa. Meruntuhkannya. Membumihanguskannya atau apalah namanya. Menghapusnya."

"Tidak! Apa-apaan itu? Kalau kau menghancurkannya lalu bagaimana denganku? Langit yang bermandikan cahaya adalah tempat yang nyaman bagiku. Apa kau tega menghilangkan satu-satunya tempatku melepas rindu ketika aku tidak bisa bertemu denganmu?" cerca Peri Bulan yang tiba-tiba muncul. Nuansa kaget menyelimuti udara kala itu. Peri Cahaya tersenyum canggung.

Dengan lincah, Peri Bulan mengguncang bahu Peri Cahaya. Dia berseru tegas, "Pikiran yang salah, ngawur dan asal-asalan! Memangnya dia siapa? Benar-benar menyebalkan. Hey, ayolah buka matamu lebar-lebar dan lihat sekitarmu. Begitu banyak orang-orang yang terinspirasi karenamu. Begitu banyak hikmah yang bisa diambil dari tulisanmu. Kalau begitu saja dia tidak mengerti, dia tidak pantas mendapat perhatianmu!"

Mendengar raung Peri Bulan yang hampir frustasi, Peri Cahaya merasakan kehangatan. Well, dia tersadar, dia tidak boleh berpangku tangan. Memang ada hal-hal yang harus dimodifikasi dari tingkah lakunya, seperti yang dikatakan Peri Aurora. Namun dia juga tidak bisa meninggalkan Kemilau Cahaya Emas begitu saja, seperti yang dikatakan Peri Bulan. Dia harus menyatupadukan keduanya.

Dum! Durudum! Dum!

"Hey, apa kalian dengar suara itu?" tanya Peri Cahaya yang dijawab kedua peri lain dengan rona wajah kebingungan. Peri Cahaya mengerutkan alis, tak percaya. Jelas-jelas tadi ada suara berisik yang cetar membahana badai. Ah yang benar saja, masa hanya dia yang mendengarnya? Setelah memastikan ternyata Peri Aurora dan Peri Bulan benar-benar tidak mendengar suara asing itu, Peri Cahaya tertawa geli.

"Biar kuulangi untuk kalian. Dengarkan baik-baik. Dum! Durudum! Dum!"
"Iya, iya dengar kok. Apaan sih memangnya?"
"Ini genderang perang!"
"Haaaaaaaaah?"

"Aku bukan orang bodoh yang akan berdiam diri saja setelah diintimidasi begini. Aku tahu, aku lemah lagi tukang takut, tapi aku mau mencoba bersikap berani! Ya, karena keberanian adalah saat kau tahu kau akan kalah sebelum memulai, tetapi kau tetap memulai dan merampungkannya, apapun yang terjadi. Makanya aku akan memberanikan diri tetap mempertahankan ciri khasku dengan meminimalisir celaan yang timbul."

"Bagaimana caranya?"
"Entahlah. Yang jelas, sebagai langkah awal, aku akan membangun tembok tak terlihat."
"Faktanya, kau ini benar-benar bodoh, tahu!"
"Oh, terima kasih."
"Dan sinting."
"Yup."

Peri Aurora dan Peri Bulan melirik Peri Cahaya yang asyik dengan pikirannya sendiri. Spontan, mereka mencubit pipi Peri Cahaya dengan gemas. Tak ayal lagi, Peri Cahaya tertawa terbahak-bahak. Karena tertawa itu menular, Peri Aurora dan Peri Bulan pun akhirnya menghiasi udara dengan tawa.


Makassar, dengan membawa balutan luka transparan
22 Januari 2013 Miladiyah / 9 Rabiul Awal 1434 Hijriyah
Kalau menginginkanku, tunjukkan bahwa kau memahamiku

24 comments:

  1. tulisannya bagus... luar bisa.. kembangkan lagi

    masyaa Allah

    ReplyDelete
  2. ehem, siapa sih yg dimaksud?
    udah donk, jgn maen perang2an, bukankah damai itu lebih indah?

    ReplyDelete
  3. Baca kisahnya udah kenal ama khasnya Maya :)

    Nach kali ini gambar sepatu melayang diudaranya bagus banget, meski tak mewakili kata 'perang' heheee...

    ReplyDelete
  4. ntar...ntar tak baca dulu nih isinya..lewat dulu ah..

    ReplyDelete
  5. "Kau tak akan pernah bisa memahami seseorang hingga kau melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya, hingga kau menyusup ke balik kulitnya dan menjalani hidup dengan caranya."

    kata-kata diatas bener-bener menginspirasi. memang kalau pengen mengerti seseorang harus melihat dari sudut pandang mereka.

    ReplyDelete
  6. Serasa masuk ke negeri dongeng..... ciri khas Maya si putri cahaya...
    apa kabar May? sudah di Makassar kah?

    ReplyDelete
  7. Sukaaa banget sama post kak Maya..
    Tapi sayangnya Aisya kurang ngerti maksud ceritanya, apakah itu dongeng atau kisah nyata yang di-dongengkan, kak?

    ReplyDelete
  8. Kalau menginginkanku, tunjukkan bahwa kau memahamiku...bukankah seharusnya saling memahami kalau memang saling menginginkan.....hmmm hmmmmm

    ReplyDelete
  9. Kadang, be an egoncentric yg serba "me" adalah hal paling mudah yg bisa kita lakukan? Apa itu salah? Gak selalu juga sih. Sy sndiri jg kadang ngelakuin kok. Cuma aja, jangan sampe hal itu menghalangi kita dr hal yg benar. Krn ego kita kdang merapat pada defense mecanism yg yah.. Has a thousand reasons yg pd akhirnya akan qt sesali kdepannya. Lets be more wise :-)

    ReplyDelete
  10. Wih... Cepet banget kunjungan baliknya putri.. Anw, you like be called putri cahaya as you always call urself apa maya as ur real name?! :-D

    I may said a lil different than others, krn sy pikir sesorang mungkin bth pandangan yg lain dr apa yg dipikirkannya kan?! (padahal emang karakter sy yg sering kontra sih. Ehheehe..)

    But however, sy asli gak bniaat debat kok. Pikir saya, Klo km gak suka, just erase it. easy as that really :-)

    ReplyDelete
  11. Saya mengernyitkan pikiran saat membacanya. Waktu membaca komentar temen2 di atas, ternyata ini posting kemarahan. Benarkah sedang marah Mbak? Marah yang disampaikan dengan cita rasa yang elok.

    ReplyDelete
  12. Bismillah

    Kita tidak pernah kehabisan peluang untuk menjadi lebih baik, kecuali maut datang menjemput. So, keep moving forward...

    ReplyDelete
  13. kk z ngerti banget mksd cerita di atas dengan beberapa orang yang terlibat :)
    tapi bukankah pandangan orang tidak begitu penting apa lg yang bersangkutan tidak 24 jam bersama kita yang penting Allah tersenyum kepada kita.tapi... apa yang orang nilai tentang kita bisa dijadikan bahan muhasabah jadi jangan terlalu sedih dengan penelian orang angplah itu suatu bentuk perhatian agar kk mjadi orang yang lbh baik. :D


    Salam Ukhuwah

    ReplyDelete
  14. jadi kamu berniat menghapus blogmu?

    ReplyDelete
  15. Ayooo, ditunggu artikel selanjutnyaa

    ReplyDelete
  16. "melenyapkan Kemilau Cahaya Emas tanpa sisa. Meruntuhkannya. Membumihanguskannya atau apalah namanya. Menghapusnya."

    Bukankah KCE t4 mu utk menuangkan kenyataan dalam tulisan satu senti kebahagiaan kisah bagai kemilau cahaya emas,ini adlh rahasia,tau knp? katamu krn kehidupan tak pernah sama.

    "Begitu banyak orang-orang yang terinspirasi karenamu. Begitu banyak hikmah yang bisa diambil dari tulisanmu. Kalau begitu saja dia tidak mengerti, dia tidak pantas mendapat perhatianmu!".

    :) cerita yg sngat bagus..

    ReplyDelete
  17. Bersyukur dan berterima kasihlah! Karena tak perlu mengeluarkan uang sedang mereka memberikan sesuatu yang sangat berharga buatmu. Tak perlu mencari-cari perhatian, tapi ternyata dia memperhatikanmu. Ini berarti mereka sayang padamu!

    ReplyDelete
  18. Kak Maya.... baca postingan ini menambah rinduuu, semoga bisa cepat berjumpaa, ingin nyubit pipinya Putri cahaya. :P

    ReplyDelete
  19. jadi the moral of the story nya adalaaaaaah....

    ReplyDelete
  20. membangun tembok tak terlihat, hehehe...
    bagus cara menulisnya, Mbak.
    sungguh

    ReplyDelete
  21. maaf hnya numpang lewat embak,..gw suka baca blog ini,..

    ReplyDelete
  22. baguss ... terutama fotonyaaa itu sukaa banget :)
    salam kenal yaa kak :)

    ReplyDelete