Melukis Jingga

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Kepada jingga,
Sudah berapa lama kita tidak bertemu? Aku lupa. Tepatnya, lupa karena aku tidak ingin menghitungnya. Aku hanya tidak mau mengetahui seberapa banyak waktu yang telah terlalui tanpa dirimu. Menyesakkan ya? Ah, sudahlah. Pertanyaan pentingnya adalah apa kau merindukanku? Rindu banget atau rindu saja? Kau tahu, aku menerima  pesan cinta dari awan putih. Katanya, "Aku rindu." Dan itu benar-benar mengetuk kesadaran hatiku. Seakan-akan dia berkata, "Kemana saja kau selama ini? Apa yang sedang kau lakukan?"

Huufftt, biarkan aku menghela napas sejenak. Aku ingat masa ketika kau juga mempertanyakan keberadaanku. Dengan payahnya, aku bercerita tentang Putri Cahaya yang tak berada di istananya. Ya, dia pergi dan tengah tersesat dalam gulitanya black hole. Dia baru bisa pulang setelah menyinari hati Putri Tidur. Kau pun menanti dirinya, menanti kesempatan agar dia bisa menyinari duniamu lagi. Sayang beribu sayang, sampai hari ini dia tak kunjung kembali. Padahal hati Putri Tidur sudah nampak kemerah-merahan apalagi dengan Pangeran Yaris Merah yang bersanding di sisinya. Lalu kemana Putri Cahaya? Jangan tanya padaku. Sejujurnya aku juga tidak tahu. Aku masih sementara menyelidikinya.

Percayakah kau, kalau misalnya Putri Cahaya pun bisa kehilangan kilaunya? Aku tak percaya. Namun akhir-akhir ini kepercayaanku mulai runtuh sedikit demi sedikit. Aku sedang memikirkan kemungkinan bahwa Putri Cahaya tidak kemana-mana, sosoknya tetap beredar. Hanya saja, dia tak terlihat karena tak lagi bersinar. Dia egois, keras kepala dan sok sibuk. Waktunya habis untuk memikirkan urusannya sendiri. Sungguh menyebalkan, isi otaknya penuh dengan belajar, belajar dan belajar. Mau bukti? Bedah saja isi kepalanya. Dan kau tak akan menemukan dirimu di dalamnya. Untuk orang seperti dia, apa kau masih mau menyimpan rindumu? 

Kalau jawabanmu iya, lebih baik bekukan saja rindumu untuknya. Karena bisa jadi rindumu akan kadaluarsa jika mencair. Eh memang ada ya rindu yang kadaluarsa? Bagi Putri Cahaya sih sepertinya ada. Toh dia seakan berada di dimensi waktu yang berbeda. Tak elak lagi, dia itu bodoh jadi apapun mungkin saja terjadi di dunianya. Lalu coba katakan padaku, sebenarnya apa yang kau cari dari Putri Cahaya? Ehem, aku punya sedikit saran untukmu. Jika bertahan begitu menyakitkan bagimu, mungkin menangis bisa membantu. Aku tidak menyuruhmu menjadi cengeng. Hanya saja aku ingat, kau pernah bilang, "Ini bukan negeri pasir, meski banyak debu. Dan aku juga tidak punya musim dingin. Aku tak akan memaksa siapapun untuk tetap bersamaku."  Dan aku tahu Putri Cahaya akan ke negeri pasir dalam waktu dekat ini dan kembali ke negeri sakura awal musim dingin Insya Allah. Makanya aku jadi bertanya-tanya, kau menyerah atas keadaan atau atas dirinya?

Daun Cinta yang Berguguran

Tunggu, kenapa isi suratku jadi aneh begini? Padahal kau memintaku menulis sesuatu untukmu. Waduh, aku malah berkoar panjang lebar tentang Putri Cahaya yang payahnya nggak ketulungan itu. Ya, tak salah lagi. Tentang dia, tentang aku, si Putri Cahaya belagu. Ah, maaf ya. Bagiku, akan lebih masuk akal jika aku memisahkan antara diriku dan Putri Cahaya. Itu membuatku mudah untuk mencela diriku sendiri. Itu membuatku mudah untuk mengabarkan bahwa aku menjadi sosok yang lain. Itu membuatku mudah memaafkan tingkahku yang mengabaikanmu. Namun faktanya, aku tetap aku. Putri Cahaya tetap Putri Cahaya. Eh, salah. Aku tetaplah Putri Cahaya. Jadi apa kau masih mau bertemu denganku?

Jujur saja, aku tidak punya kepercayaan diri untuk bertemu denganmu. Aku merana, memikirkan aku telah melukaimu terlalu dalam. Kau bisa saja benci padaku. Apalagi aku tak bisa memaksamu untuk mengerti keadaanku sekarang. Aku juga belum bisa menjanjikan apa-apa padamu. Tahukah kau, aku makhluk paling norak sedunia. Karena seburuk apapun diriku saat ini, jauh di lubuk hatiku, aku masih sangat berharap kau tidak melepaskanku. Kau tidak boleh tidak peduli padaku. Kalau kau mau marah ya marah saja. Jangan hanya diam, pergi dan menunggu. Bukankah kata-kata ada untuk menyampaikan perasaan? Kalau merasa butuh, panggil aku. Bagaimanapun caranya, kau harus bersikeras memanggilku. Karena aku membutuhkanmu dan aku tidak mau tenggelam dalam pikiran yang bahkan tak ada kau di sana. Aku ingin kau membuat sanubariku tetap terjaga untukmu. Aku ... argh, aku bisa gila. Maaf, di masa-masa sulit seperti ini, aku malah bertindak kekanakan. Aku hanya tidak ingin memikirkan kemungkinan kehilanganmu. 

I love you.
Sorry, that’s not true.
The truth is that I really love you.
I won’t ever hurt you.

Bohong, kenyataannya aku tak ada di sisimu saat kau mengirimkan pesan kesepian. Kau bilang kau merasa sangat sedih waktu itu. Parahnya, aku tak bisa melakukan apa-apa untukmu. Bahwa aku menjadi sosok yang paling cuek, kau pasti sudah tahu benar akan hal itu. Tanpa sadar, aku melukaimu. Bahkan bukan hanya dirimu. Bagaimana ini, aku merasa layaknya seorang yang gagal. Apa aku akan kehilangan sesuatu yang berharga? Tiba-tiba saja aku merasa telah melukai orang-orang yang menyayangiku. Dan dalam hujan yang mengguyur beserta badai yang menggaung, hatiku begitu sendu. Seakan guyuran air dari langit itu memanggil-manggil namaku, menginginkanku turut ikut melebur bersamanya ke ujung samudra. Menjadi sosok yang terlupakan, menjadi buih yang lenyap tak bersisa.

Ck, khayalan yang kusut lagi mengusutkan. Setelah dipikir-pikir, aku tidak akan lenyap. Aku bukan Putri Duyung, ingat? Dan bagaimanapun, aku tidak akan pernah menjadi buih di lautan. Nyatanya aku Putri Cahaya. Sosok penuh kilauan emas yang selalu menuangkan satu senti kebahagiaan kisah hidupnya. Kisah kali ini pun, tertulis sepolos rintik air yang menggenang di pelupuk mata. Hey, apa kau tahu, akhir-akhir ini sangat sulit melihat Jingga. Terlebih lagi di senja yang berawan hitam lagi berkabut. Karenanya, dalam masa-masa kekacauan hati ini, aku sering melukis Jingga. Aku menyusun ingatan demi ingatan tentang dirinya. Sesekali aku tertawa dibuatnya. Sesekali aku terharu dibuatnya. Aku jadi tersadar, aku merindukannya.


Makassar, dalam gulita tanpa aliran listrik
10 Januari 2013 Miladiyah / 26 Safar 1434 Hijriyah

23 comments:

  1. kerinduan dan kepercayaan ibarat sebuah telur...janganlah pernah membuatnya retak..karena bila retak..telur itu takkan pernah mulus dan utuh lagi,
    tapi aku bukan putri cahaya yang akan ke negri pasir dan negri sakura again, dan juga bukanlah sang jingga yang entah bagaimana wujud lukis-nya,
    aku hanyalah seorang pembaca yang senang blogwalking kemana saja....dan aku adalah aku yang tetap aku....salam

    ReplyDelete
  2. duh yang lagi rindu...
    indah banget bahasanya Mbak.

    ReplyDelete
  3. aq tetap merindukanmu mb' hehe... mau ke negeri pasir ya? lalu ke jepang lg? hwa... smoga sukses dmanapun mb brada :D

    ReplyDelete
  4. Putri cahaya akan ke negeri pasir dan kembali ke negeri sakura...

    Semoga segala impian bisa diraih nyata.
    Rangkaian kalimat yang indah.
    Andai jingga skrg jarang terlihat.... itu kan karena sdg musim hujan. hehehehe...

    Sukses selalu Maya...

    ReplyDelete
  5. putri cahaya sedang di makasar ya, mba? aku kira masih di jepang, hehe :D

    ReplyDelete
  6. Wah.. Ampe gak bisa kasih komentar...

    Kerennn banget.. :)

    ReplyDelete
  7. Keren ukht tulisannya jadi ikut-ikutan rindu :p

    ReplyDelete
  8. kekuatan rindu yang gaipppp bisa tersusun rapi keren mbbb..

    ReplyDelete
  9. hmmm, siapa ya Jingga?
    keterlaluan dia udh bikin Putri Cahaya menangis dlm gelap

    ReplyDelete
  10. Tidak salah jika aku mem-favorite-kan setiap tulisan Maya... berdecak...

    ReplyDelete
  11. seperti curhatan ya tapi dikemas dalam bahasa yang bagus

    ReplyDelete
  12. Tulisan yang mengandung banyak makna sahabat

    ReplyDelete
  13. Putri Cahaya akan menembus awan untuk menemukan Jingga Sore..

    ReplyDelete
  14. Ada yang lagi rindu nih... hmmm..... :)

    ReplyDelete
  15. rasanya ingin menulis surat juga kak.
    Apa kabar?
    Makassar mulai cerah belakangan. Mungkin jingga telah membaca suratmu :)

    ReplyDelete
  16. may lama nian kita ga saling bw. apa kabarmu :)

    ReplyDelete
  17. :')
    meski surat ini diperuntukkan pada adik "Jingga", aku merasa, kita serasa. Untuknya, dan untukmu Putri Cahaya.
    *salam hangat yang bertabur rindu :))


    kapan kita bisa berkesempatan tuk bertemu??

    ReplyDelete
  18. rindu itu bhs jepangnya apa sih, nur?

    ReplyDelete
  19. Fotonya indah. Itu di Jepang?
    Eh, masih di Makassar kah?
    Ada kopdar IIDN Makassar besok, infonya bisa dibaca di side bar atas blogku :)

    ReplyDelete
  20. beh mayya..gaya menulisnya sudah kaya di novel2..kata-katanya keren walaupun ada sebagian yg ndak saya mengerti..

    Lanjutkan dek..

    ReplyDelete
  21. Cie cie, yang lagi malarindu...
    Ke negeri pasir? Mau kemesirkah? Take care ya darling! Mudah2an belajarnya lancar disana :)

    ReplyDelete
  22. Hemm...... kata2 yg menyentuh hati
    membuat aku mersa ada di dalam cerita itu

    di tunggu lnjutan crtax

    pasti ada yg lebih menyentuh hati lag! kan hehe

    ReplyDelete