Puasa Syawal, Beratkah?

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Diriwayatkan dari Abu Ayyub Al Anshari radiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam pernah bersabda: "Barangsiapa berpuasa Ramadhan, lalu disusul dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) bagaikan puasa setahun penuh." (HR. Muslim)


Pagi itu, selepas melaksanakan shalat I'ed, kami berbondong-bondong ke rumahnya Dato' Ummi a.k.a panggilan untuk nenek dari pihak bapak. Sesampainya di sana, belum apa-apa, Rahmat sudah grasak-grusuk. Tujuannya yaa cuma satu: pengen cepat makan! Hahaha.

Yes, totally he gets what he wants!

Rahmat memasukkan potongan burasa ke dalam mulutnya dengan lahap. Tak lupa kuah pallu basa yang disendoknya sedetik kemudian. Alhamdulillah, nyamanna tawwa bela ^^ Di sisi kiri Rahmat, Ulfa pun tak kalah lahap memakan ketupat dan sambal goreng dagingnya.

Daging!!

Wah wah, dua anak itu, kayaknya udah migrasi ke dimensi yang berbeda, deh! Fufufu~ Habisnya, pas tengok ke sisi lain, suasananya masih kalem. Ho oh, dengan adem ayem, Kak Hera masih menyiapkan makanan untuk Kak Indra, suaminya yang duduk tepat di sampingnya. Sedang Yudi, sepertinya masih bingung mau mengambil lauk apa, sedari tadi dia hanya bertengger di tepi meja makan.

Nah, aku sendiri? Fiuuh, masih sok sibuk dengan handphone. Tak lama, senyum sumringah muncul di bibirku selepas membaca kabar melalui pesan praktis bbm. Merasa cukup, lantas aku mengembalikan handphone tersebut kepada Rahmat, si empunya blackberry.

Tiba-tiba Rahmat berteriak, "Alhamdulillah puasa usai, sudah bisa makan lagi!!"

Ee! Sontak aku kaget dan mendaratkan bogem mentah ke pundaknya. Dia meringis, mengundang tawa dari penghuni ruang kala itu.

"Kak Maya kenapa, sih?" tanyanya kesal.

Aku menjulurkan lidah, "Siapa suruh mendadak teriak gitu, bikin jantungan, tahu nggak. Lagian masih ada puasa syawwal sebanyak enam hari, Rahmat sayaaang!"

Pats! Raut wajah Rahmat tiba-tiba tercekat, seakan aliran darahnya tidak berjalan normal, pias. Menyadari kegugupan Rahmat, Kak Hera mengeluarkan ledekannya, "Wiiih, Rah-mat! Sudah sebesar ini tapi ternyata masih malas puasa. Waduh, ada yang tidak beres! Aiiih, mau dilaporkan ke Mama, ya?!"

Uhuk, maafkan aku. Selamat ya Rahmat, kamu sukses jadi bulan-bulanan selama beberapa menit. Ulfa dan Yudi bergabung di medan penertawaan. Mereka berkoar tidak jelas hingga kutu pun mati karenanya. Ulala~ Plus tawa yang tak tertahankan dari Kak Indra. Lengkap sudah, Rahmat mati kutu!

Rahmat menoleh padaku, dia berbisik pelan tapi jelas, "Huum... Rasanya puasa di luar bulan Ramadhan tuh kayak ngangkat batu yang berat banget. Eeh, Kak Maya... Apa tadi Mama bbm nyuruh puasa syawal ya?"

Gubrak!! Oh adik bungsuku tercinta, Rahmat si bontot yang usianya sudah menginjak 19 tahun, selamat datang di medan penertawaan bagian kedua. Hahaha!

Tiba-tiba Tantanning alias panggilan untuk kakaknya bapak menghampiri kami yang sudah amat sangat ribut di meja makan. Katanya, suara kami bikin geger Dato' Ummi yang masih berada di dalam kamar. Ups! Mentang-mentang tamu pertama dan tidak ada orang lain di sana, kami malah seenaknya berkelakar. Waduh, astaghfirullah. Beginilah kondisi anak-anak tanpa pengawasan orang tua. Jangan ditiru ya! Syalalala.

"Bagaimana kabar Bapak dan Mama, Nak?" selidik Tantanning, ingin tahu.

Aku yang beberapa menit lalu telah membaca kabar Bapak dan Mama via bbm segera menjawab, "Alhamdulillah, sehat walafiat tanpa kurang satu apapun. Karena Makassar lebih cepat lima jam, jadinya di sana masih takbiran, Tantanning. Masih persiapan untuk melaksanakan shalat I'ed."

"Alhamdulillah. Semoga Bapak dan Mama baik-baik saja sampai tiba di tanah air kembali," ujar Tantanning cepat. Aku tersenyum, ada nada haru yang terselip dalam kalimatnya. Dalam hati, aku mengaminkannya.

Makkah Al Mukarramah

Faktanya, Bapak dan Mama melaksanakan ibadah umrah semenjak tanggal 17 Ramadhan lalu. Semoga Allah merahmati keduanya. Tabaarakallahu Ta'ala, dapat program tiga hari beribadah di Madinah Al Munawwarah dan tujuh belas hari menetap di Makkah Al Mukarramah. Dahsyat sekali, bisa menghidupkan sepuluh malam terakhir Ramadhan di Rumah Allah, Baitullah. Lebih-lebih, bisa berlebaran di tanah haram. Alhamdulillah yah, sesuatu banget. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Fakta keduanya, kami berenam harus survive di atas kaki sendiri hingga tanggal 9 Syawal kelak, tanggal kepulangan Bapak dan Mama Insyaa Allah. Berat sih, tapi sebisa mungkin nggak boleh mengeluh. Toh intinya, kami harus kuat atau tampak kuat, berusaha maksimal tidak membuat Bapak dan Mama khawatir. Aal iz well. Parah dong, kalau ibadah Bapak dan Mama jadi terganggu hanya gara-gara kepikiran kami. Lagipula semua terjadi untuk yang terbaik, tidakkah begitu?

Situasi tawa telah berhenti, aku pun kembali ke topik semula, membangun suasana hati. Tanganku mengelus lembut pipi Rahmat, "Yang nyuruh puasa yaa Allah, dong. Pahala puasa syawal tuh setara dengan puasa selama setahun loh. Jangan disia-siakan ya Rahmatku?"

Ragu-ragu menghadang, selang beberapa detik berikutnya, Rahmat pun mengangguk perlahan. Dia berseru, "Boleh selang-seling kan, Kak Maya?"

Aku tersenyum mengiyakan, "Tentu saja!"



Makassar, Puasa Syawal, Beratkah? ^^ Tidak, Insyaa Allah.
Syawal tinggal dua puluh empat hari lagi. Don't miss it guys!
13 Agustus 2013 Miladiyah / 06 Syawal 1434 Hijriyah

15 comments:

  1. klao ramadhannya berhasil, syawal biasanya dilanjutin. mumpung mati belum menghampiri, mesti banyak amal ibadah

    ReplyDelete
  2. JUSTRU SPERTI KAUM WANITA MUSTI DILANJUTIN NIH, soalnya sebelum dzulhijah may.

    tapi mumpung syawal mash lumayan panjang lebih asyik kok..
    terbiasa dan manfaatnya luar biasa.
    selamat lebaran yah may.

    hehe Rahmat jadi bulan2nan..
    wah asyiknya dan semoga mendapat barokah :)

    ReplyDelete
  3. Hahahahaha... si Rahmat lucu banget..
    ayoo semangaaaat...
    semoga Rahmat selalu mendapat Rahmad...

    ReplyDelete
  4. berat enggak kayaknya tergantung niat sih ya :))
    halo, minal aidin wal faidzin ya :D

    ReplyDelete
  5. semoga ALLAH melimpahkan lindungan-NYA untuk Bapak dan Mama ya hingga tiba dengan selamat kembali ke tanah air....,
    selamat berpuasa syawal..semoga menjadi barokah ...salam :-)

    ReplyDelete
  6. wekekeke, untung Rahmat laki-laki, kalo tidak, masih ada tambahan lagi nak: membayar tanggungan hutang puasa Ramadhan. @___@

    Btw, maafin aku kalo pernah ada salah2 kata yg bikin kak Maya sakit hati, Maafin juga kalo aku jarang komen. :3

    ReplyDelete
  7. belum nih,
    Insya Allah minggu depan kalo udah selesai mudiknya

    ReplyDelete
  8. Subhanallah, Mama Bapaknya berumroh di bulan Ramadhan dan berlebaran disana, knapa ndk sekalian ikut Kak?

    Maaf Lahir Bathin yahh..

    InsyaAllah saya juga sudah niat puasa Syawal :)

    ReplyDelete
  9. Taqabbalallahu minna waminkum
    Selamat Hari Raya Idul Fitri, 1 Syawal 1434 H.
    Mohon Maaf lahir dan bathin

    ReplyDelete
  10. Taqaballahu minna wa minkum ya mbak :D

    ReplyDelete
  11. mohon maaf lahir dan batin ya, maaf jika ada salah

    ReplyDelete
  12. alhamdulillah, baarakallah, Maya..
    :D
    kalo an bayar utang dulu sebelum syawalan :D
    ohya, mohon maaf lahir dan batin, yah
    semoga amalan bulan ramadhan di sisi Allah dan kita layak mendapatkan kemenangan..
    brrsemangat untuk sebelas bulan berikutnyaaa... :D

    ReplyDelete
  13. haha, Rahmat ada2 aja, puasa kok selang-seling...
    :D

    ReplyDelete
  14. yuk puasa syawal bareng ;)
    hai maya, menjawab pertanyaan kamu... nggak ada bekasnya samsek alias samasekali
    kalau disaya sih cocok haha ;D

    ReplyDelete