Berburu Matahari Tenggelam

Bismillah

We are friends. We are sisters-brothers. We are family.

Ini adalah ceritaku bersama keempat saudaraku ketika pertama kali berkenalan dengan matahari tenggelam. Masih aku ingat dengan jelas setiap gurat sedih, senang, dan cemas kala itu. Hehehe, sinar jingganya, benar-benar memukau dan mengalihkan duniaku.

Bagaimana ceritanya? Check it out~ Berburu matahari tenggelam ^^


----------------------------------------------------------------------------------------


Cetak-cetik, cetak-cetik.. tanganku bergerak seirama menekan tuts keyboard laptop. Kebanyakan yang bertuliskan backspace dan enter. Tiba-tiba terdengar suara krek-krek-kkkkrrreeeekkkk-bbuuummmm-dooorrrrrrr... Otakku meleleh. Aku berhenti sejenak, memegang keningku perlahan lalu mengurutnya pelan. Aku tidak jua mendapatkan jawaban untuk tugas pemrogramanku (-_-") ugh, dimana aku harus menemukan jawaban atas error listing-ku?

Aku keluar kamar dan menemukan my prince, Yudi, tengah lesu padahal sedang berada di meja makan. Aku mendekat, "Ada apa?"

"Aku sedang mencari jawaban tentang apa yang terjadi pada diriku dan seseorang."

Wah, rupanya bukan hanya diriku. Kami akhirnya bercerita banyak hal tentang kepenatan dan kelelahan. Aku memandangnya dan tiba-tiba tringgg! terlintas sesuatu di khayalku. Cepat-cepat aku menginginkannya menjadi nyata jadi aku berseru, "Aku mau melihat sunset! Er-r di pantai Losari mungkin?"

"Kapan?"

"Selasa besok InsyaALLAH. Aku akan traktir es teler, deh. Bagaimana?"

"Deal! Tapi jangan di pantai. Di sana tidak akan terlihat apa-apa. Aku punya tempat yang lebih keren. Tentu saja sebelumnya kita sudah membeli es teler di pantai sebagai bekal. Ok?"

Aku senang sekali tetapi Qadarullah wa Masya Fa'ala, ternyata besoknya kami batal pergi. Habisnya Yudi kelelahan karena melakukan kegiatan di pagi harinya. Hiks.

***

Hari Kamis sore sekitar pukul 17.00 tiba-tiba ponselku berdering memperlihatkan nama kontak My Yudi di layarnya. Segera kuangkat dan terdengar suara dari seberang, "Dimana posisi sekarang?"

"Di rumah."

"Bersiaplah. Kujemput sekarang. Kita pergi melihat sunset."

"Hah? Eh.. Ok. Putri salju boleh ikut?"

"Yup"

Aku melirik melihat adik perempuanku, putri salju, yang sedari tadi tengah cemberut di atas tempat tidur kini memperlihatkan aura wajah yang tertarik. Dia segera mendekatiku, "Mau kemana sih?"

"Mau berburu matahari tenggelam!"

Aku melirik jam tangan, pukul 17.32, kami bertiga masih berada di jalan sunu. Aku hanya bisa menutup mata dan menjerit dalam hati ketika Yudi mengemudikan mobil dengan zig-zag. Melewati jalan kartini tiba-tiba kami disambut barisan mobil dengan bunyi klakson dimana-mana. Macet.

Yudi mendesah, "Ugh, kita salah pilih jalan! Ya Allah, tahanlah matahari tenggelam untuk kakak dan adikku."

Aku tertawa penuh mendengarnya. Yudi.. Yudi.. Ada-ada saja.

Ya Allah Ya Rabb, kami bukan Nabi Yusya 'alaihissalam yang atas kehendakMu matahari tertahan tenggelam sampai Nabi Yusya berhasil menaklukan suatu negeri di Syam. Apatah lagi kami tentu saja bukan Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam yang doa menahan matahari tenggelam beliau terkabulkan ketika dalam kondisi peperangan bersama sahabat Utsman bin Affan agar mereka dapat tiba di suatu daerah sebelum matahari tenggelam. Juga doa beliau untuk Ali bin Abi Thalib beserta beberapa kaum muslimin yang tengah melakukan perjalanan agar tiba sebelum matahari tenggelam dan dapat melaksanakan shalat Ashar pada waktunya. MasyaAllah. Ya Allah, kami bukan siapa-siapa, hanya hamba-hambaMu yang ingin melihat salah satu bukti kebesaranMu. Berkahilah perjalanan kami Ya Rabb.

Jarum jam menunjukkan pukul 17.50 ketika mobil tiba-tiba berhenti mendadak di tengah kemacetan sesi 2 di jalan penghibur. Mesinnya mati. Aku terkejut dengan bunyi klakson dari arah belakang. Aku tak henti-hentinya berdzikir. Yudi segera memeriksa mesinnya dan setelah utak-atik, mesinnya menyala lagi. Di belakang, putri salju duduk dengan tenang sambil menunjuk-nunjuk matahari yang sudah tidak terlihat. Aduh, firasatku tak enak.

Pukul 18.00 kami masih berada di barisan kendaraan yang seperti siput. Ugh, raut wajah kami melemas. Melihat rona-rona jingga berhambur di langit. Perburuan hari ini gagal.

***

Keesokan harinya, jumat pukul 16.00, aku dan  putri salju sudah bersiap menunggu kedatangan Yudi. Hari ini kami mau mencoba berburu lagi. Yudi datang bersamaan dengan kepulangan kakakku, putri tidur, dari rumah sakit selepas menjalankan tugas sebagai seorang co-assistant dokter. Ini bukan kebetulan. Menit berikutnya, my guardian angel, Rahmat, pulang dari sekolah.

Ternyata oh ternyata, hari ini Allah Ta'ala menakdirkan kami berlima berburu bersama. Karena putri tidur ada ujian di RS Pelamonia pukul 18.30 maka dia menggunakan mobil sendiri. Aku dan putri salju berada di mobil Yudi. Sedang Rahmat menemani putri tidur. Kami lepas dari gerbang rumah pukul 17.00. Akankah berhasil kali ini?

Mobil Yudi melaju lebih di depan, dengan begitu aku selalu mengirim sms ke Rahmat tentang apa-apa yang harus dipersiapkan. Yahh misalnya saja jangan lewat jalan kartini, di persimpangan nanti belok kanan saja ke jalan sudirman. Waktu masuk ke tanjung bunga ada perbaikan jalan, pilih sebelah kanan. Keluarkan uang Rp3000,- untuk biaya parkir GTC. Masuk sampai paling belakangnya parkiran. Hati-hati menaiki jalanan putar nan menantang untuk menuju ke parkiran tanpa atap di atas gedung. Eh, tunggu sebentar. Aku belum bilang ya lokasi perburuan matahari tenggelam kami?

Kami berada beribu-ribu kaki dari atas tanah. Sepanjang penglihatan mata hanya ada semburat jingga dan matahari bulat yang benderang di atas pantai. Tanpa riuh manusia, apalagi bising kendaraan. Hanya ada kami berlima. Tempat ini memang spesial, apalagi sudah beberapa kali menjadi lokasi rukyat hilal penentuan 1 Ramadhan dan 1 Syawwal. Di sinilah kami berada, parkiran atas gedung GTC Tanjung Bunga Makassar.

Perburuan Matahari Tenggelam. Mission Complete. Clear!

MasyaALLAH... Tabaarakallahu Ta'ala....
Kami berlima menikmati berpindahnya matahari ke bagian bumi yang lain. Putri salju segera mengeluarkan camera digital dan menuangkan kenangan itu dalam bentuk gambar. Tak kubayangkan, aku bisa menghabiskan detik-detik pergantian siang dan malam bersama saudara-saudaraku di tengah kesibukan kami masing-masing. Minus papa dan mama saja. Aku senang sekali :) tiada taranya. Alhamdulillah, terima kasih ya Allah. Ini sangat berharga.

Detik-Detik Menjelang Matahari Tenggelam

Tawa menghapus semua duka dan kepenatan yang ada. Seakan-akan lenyapnya matahari itu juga melenyapkan hiruk-pikuk dunia ini. Sensasi yang luar biasa. Allahu Akbar!

Yudi tersenyum sumringah padaku, "Apa kau sudah menemukan jawabannya?"

Aku mengangguk mantap, "Iya."

Matahari Telah Tenggelam

Ini pertama kali aku berkenalan dengan matahari tenggelam. Namun, tiba-tiba saja aku sudah jatuh cinta padanya. Kuharap, aku bisa bertemu dengan matahari tenggelam lagi di kesempatan yang kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya.

Hari ini sangat menyenangkan :)
Hari esok pasti lebih menyenangkan lagi.
InsyaALLAH...
\\(^o^)//

::7 Oktober 2011::

36 comments:

  1. Keren :0
    sama dengan sunset yang saya lihat beberapa hari yang lalu di pantai itu :D
    semoga musim hujan tak mengusirnya :)

    ReplyDelete
  2. subhanallah,indah sekali ciptaan Tuhan......
    udah lama ga pernah menikmati sunset....

    ReplyDelete
  3. Aaaahhh,, akhirnya matahri tenggelam juga...:-)

    Kunjungan balik...:-)

    ReplyDelete
  4. wah ceritanya mantaappp.... sunset di mana aktivitas matahari terlihat redup teriknya, seperti manusia yang saat itu aktivitasnya mulai redup setelah diterjang kesibukan aktivitasnya di siang hari.... :)

    ReplyDelete
  5. huuuuuuuuuuu,,,,, kereeennn..!

    saya termasuk penikmat senja, senang sekali melihat matahari sore yang seperti malu-malu tenggelam dibalik ujung langit sana. :) hehe.

    ReplyDelete
  6. @uchank benarkah? :D sunset emang keren yaa ^^

    ups :p kalau musim hujan akan banyak pelangi dunk~

    ReplyDelete
  7. @Atma muthmainna Subhanallah :)

    *atma, sekali-kali luangkan waktu deh~ itung2 gratis dan efeknya luar biasa ^^

    ReplyDelete
  8. @Agus Generatio xixixi :) maksud akhirnya matahari tenggelam juga..(?)

    apa selalu bergelut dengan matahari terbit, eh :p ?

    ReplyDelete
  9. @Sam analogi yang keren, sam :) aku setuju eh bukan, sedelapan ~(^o^)~

    ReplyDelete
  10. @ROe Salampessy wah roe penikmat senja ya :) padahal aku baru pertama kali ngebela-belain berburu matahari tenggelam ^^ eh, langsung sukaaa <3

    ReplyDelete
  11. kunjungan pagi sambil comment @cahaya :D, bagus ini artikelnya i like sunset pemandangannya bagus.

    ReplyDelete
  12. kunjungan sore menjelang tengah malam :)d

    ReplyDelete
  13. Kan ceritanya mulai dari berangkat rumah sampai mataharinya tenggelam tuh, panjang mbak..Jadi pas baca endingnya, ya saya katakan saja "Aaaah, akhirnya sang matahari terbenam juga"...hihihihi

    ReplyDelete
  14. wah2 dari kepenatan,, akhirnya menikmati jingganya di pantai,,terkadang itulah kehidupan ya harus selalu ada sesuatu yg membuat kita menikmati keindahan alam paling tdk tuk merefress diri yg sdh penat..

    ReplyDelete
  15. disini baru mau follow juga ehhhh udah follow dari kemarin wkwkwk

    ReplyDelete
  16. saya suka Matahari menjelang tenggelam :)

    ReplyDelete
  17. @Agus Generatio ohh ahahahaha :D begitu rupanya ^^ iya, syukurlah mataharinya tenggelam juga :p

    ReplyDelete
  18. @moenas (-_-") lagi-lagi kamu lupa pernah ke mari sebelumnya moenas T__T ingat dunk~

    ReplyDelete
  19. jangan bersedih.........
    mungkin sunset itu akan segera berganti purnama........
    berdo'alah agar Allah selalu menggantikan yang lebih baik...

    ReplyDelete
  20. @muhammadscilta hehehe, kata-katanya bagus :) iya, aku percaya Allah Maha Pemberi yang lebih baik

    ::terima kasih::

    ehm.. berburu purnama, bukan ide yang buruk ^^

    ReplyDelete
  21. @Sitti Rasuna Wibawa waduh x_x loh kok mbak una udah komen duluan T__T padahal kisah ini baru aja aku daftar di giveaway mbak una.. gak surprise lagi deh.. hiks..

    ReplyDelete
  22. Oalahhh... Mbak punya julukan masing2 buat saudara ya, kok ada putri salju, guardian angel hahaha, tak kirain apaan.


    Okeee thanksss yaaa mbak, sudah aku masukkann di list peserta. :)

    ReplyDelete
  23. Muahahahaha... gapapa kok mbak :p :p

    ReplyDelete
  24. @Sitti Rasuna Wibawa hehehehe iya mbak una :) itu julukan sayang dari mama ^^ walau rada kekanakan ternyata terdengar manis jika dikatakan :)

    ReplyDelete
  25. Subhanallah.. tulisannya bagus banget, aku bacanya sambil deg-degan. ikut merasakan passion kalian..
    senangnya berburu matahari dengan sodara tercinta.
    moga menang kontesnya yaa

    ReplyDelete
  26. @Nia Angga Subhanallah

    hehehehe untuk niaaa juga (^-^)/ sebagai sesama peserta saling menyemangati ~^o^~

    ReplyDelete
  27. iya waktu lihat matahari tenggelam , proses senja ke malam itu keren banget :)

    ReplyDelete