Di Sudut Penantian

Bismillaahirrahmaanirrahiim 

Di Sudut Penantian 
Rezky Batari | Catatan Akhwat Pejuang 


Di Sudut Penantian
Menguak misteri Langit
Mengurai jejak pelangi
Menghembus bersama angin
Subhanallah, hidup itu tentang mencari
Mencari ridha-Nya
(Akhwat Pejuang, 2012)

Waiting for the Right Moment
Di Sudut Penantian - sumber gambar

Pernikahan, Al-Qur’an telah melukiskan warna ikatan suci ini dengan siluet kelembutan berikut pernik ekstase keindahan. Menuai benih-benih cinta yang membuahkan pahala, dari yang bersifat wajib hingga yang ‘sepele’ seperti mencandai isteri. Di sana ada getar cinta, debaran kasih, resonansi kecemburuan, cambukan tanggung jawab hingga sorot mata kesepahaman.

Ah, pernikahan. Tidak muluk, tapi tetap anggun menjadi topik yang mempercepat laju adrenalin. Inilah tanda kekuasaan Sang Khalik atas setiap makhluk yang diciptakanNya. Hanya mereka yang mau menggunakan akalnya saja yang membuka mata lebar-lebar akan satu dari sekian banyak isyarat ke-Maha KuasaanNya.

Wanita shalihah, kata sang Nabi adalah sebaik-baik perhiasan dunia maka wajarlah jika ini menjadi simbol kebahagiaan berjuluk sakinah, mawaddah, warahmah. Islam, telah memberi garis penegas bahwa wanita berhak menentukan kriteria calon suami yang baik. Inilah penghormatan Islam atas wanita, madrasah tiada henti, tanpa jeda bagi sang penyejuk mata  kelak. Maka, rasa aman untuk menjadi pendamping dan tugas kewanitaannya kelak diberikan jaminan oleh Islam.

Adalah Al Khansa’ binti Khidam riwayat Bukhari mengeluhkan perjodohannya oleh sang Ayah. “Sesungguhnya ayahku telah menikahkan aku dengan keponakannya, sedang aku tidak menyukainya”. Sang Nabi dengan lembut memberi pilihan padanya untuk meridhai keputusan sang Ayah. Sebagai wanita shalihah yang memahami sikap terbaik seorang anak kepada sang Ayah, dia pun menerima keputusan tersebut. Tapi, kata-kata selanjutnya dari Khansa’ inilah yang diabadikan dalam hadits Nabi. Lihatlah, bagaimana wanita mukminah yang tumbuh dalam pekatnya wahyu berargumen, “Aku ingin supaya semua mengetahui bahwasanya tidak ada hak bagi orang tua untuk memaksakan pernikahan putrinya.” Islam menegaskan bahwa pernikahan sejatinya juga dibangun atas dasar hati yang lapang menerima satu sama lain.

Wanita shalihah menetapkan untuk dirinya pilihan bijak dalam menentukan kriteria calon suami, tidak sekedar ketampanan, penampilan yang klimis nan necis, kekayaan yang memicingkan mata atau kriteria lain yang telah menjadi keumuman wanita dalam memilih.

Garis penegasan Islam berikutnya adalah agama dan akhlaknya. Sebuah DNA yang akan diwariskan secara genetis kepada sang buah hati kelak. Inilah penjagaan Islam atas spesies manusia. Wanita muslimah tidak slebor dan konyol terseret oleh kilau penampilan dan ketampanan. Sebuah standar nisbi yang kelak mudah lapuk oleh perjalanan waktu. Kriteria tinggi badan, kulit putih nan bersih, sorot mata tajam bak elang, tubuh atletis, dan sejumput kriteria yang seperti kata pepatah “bagai mencari jarum dalam tumpukan jerami”. Langka.

Ah, pernikahan itu sejatinya menemukan belahan jiwa, memadukan kesepadanan, merekatkan jalinan silaturrahim antara dua keluarga. Tidak muluk, sederhana!

flower of happiness
Melebihi Harapan - sumber gambar
Tapi, di situ ada kata pilihan, memilih atau dipilih. Mengutip buku tentang para pejuang oleh Salim A. Fillah. Di sana ada kisah tentang kriteria seorang Ikhwan kepada Akhawat. Hanya satu kriteria, sang Akhawat harus memiliki tiga halaqah pengajian yang kompak padu. Maka, terjadilah proses nazhar. Kriteria telah dimiliki, namun sang Akhawat menyebutkan kekurangan-kekurangan yang dimilikinya. Tidak bisa masak, tidak terbiasa mencuci. Sang Ikhwan memilih untuk maju, toh di kota besar banyak rumah makan dan laundry. Poin sentralnya adalah kejujuran, keterbukaan dan apa yang penting. Bukan seberapa banyak kriteria yang terpenuhi. Yang penting juga adalah apa visi dan misi jalinan pernikahan itu kelak ketika telah dibangun. Toh, tidak ada yang mencari tukang cuci dan koki kan? Tapi, sungguh dahsyat! Setelah beberapa waktu, adanya perasaan diterima oleh sang suami akhirnya sang isteri belajar memasak. Dan ternyata ia bisa jauh melebihi harapan standar sang suami serta hal-hal lain yang menjadi tugas mulia seorang isteri dalam rumah tangga.

Yah, pernikahan itu tentang saling mengenal, kejujuran, keterbukaan yang akan berhulu pada satu kata yaitu iman. Iman yang menggerakkan, iman yang menjadikan getar cinta memenuhi langit, menjadikan debaran kasih melengkung pelangi, menjadikan resonansi kecemburuan menyimpul asa hingga kokoh, menjadikan cambukan tanggung jawab kian berpacu, dan menjadikan sorot mata kesepahaman menyudahi riak-riak konflik. Yah, itulah iman.


-----------------
BIODATA PENULIS
-----------------
Rezky Batari Razak adalah seorang muslimah yang tumbuh besar di kota Anging Mammiri. Walau bergelut di bidang pendidikan biologi, dalam benaknya penuh dengan dunia pendidikan anak. Memiliki ketertarikan pada psikologi perkembangan peserta didik, IT dan desain grafis. Kesehariannya diisi dengan mengajar, menulis dan mendakwah. Motto perjuangannya adalah "Agama ini hanya akan tegak diatas pundak orang-orang yang memiliki azzam yang kuat!" Silakan kontak di email rezky.bio06@gmail.com atau kunjungi blognya http://rezkybatari.wordpress.com untuk komunikasi lebih lanjut.

43 comments:

  1. sebuah ulasan yang sangat indah, btw-pernikahan itu selayaknya tidak dipaksakan dan juga tidak dilepas begitu saja...biarkanalah mengikuti kemana alur kehidupan mengalir sesuai arahan ALLAH..karena biar bagaimanapun..yang suci kan berjodoh dengan yang suci, demikian juga sebaliknya...salam :)

    ReplyDelete
  2. kalo dengar ato baca tulisan tentang pernikahan, gimana yah kaak... *kedapkedipsendiri* :D

    subhanallah, penulisnya sungguh luar biasa merangkai kata :D

    ReplyDelete
  3. Tulisan dari bintang tamu thoh :D

    Mbak kira tulisannya Maya, kalu tulisannya Maya, artinya bentar lagi bakal terima undangan dung :D

    ReplyDelete
  4. pernikahan itu mensinergikan dua perbedaan menjadi satu. hehe. jadilah harmoni :D

    duh, jadi pengen cepet2 nikah nih, may :P

    ReplyDelete
  5. menetes airmataku kak bacaki hikss, izin share yaaa :)

    ReplyDelete
  6. subhanallah,
    aku cuma terdiam klo ada yang nyentil tylisan pernikhan hehe.,,, berhubung maish single jadi berhrap bisa membacanya dgn baik.
    dan smoga ada jalan terindah aamiin

    ReplyDelete
  7. Pernikahan, saling menutupi kekurangan masing-masing.

    ReplyDelete
  8. subhanallah... untaian kata nan indah penuh makna... salut deh dengan pemilihan kata-2 menjadi kalimat yang begitu memberi pencerahan....
    trims atas postingannya yaaa.... :)

    ReplyDelete
  9. makin gak pede May aku nulisnya nih, tulisan di atas bagus bgt

    ReplyDelete
  10. Makasih mbak maya pencerahannya. Jadi kapan nikah ya?

    ReplyDelete
  11. Pernikahan? Hmmm.... kedengarannya tidak terlalu rumit untuk dipahami tetapi sangat susah dijalani ketika tidak dilandasi pondasi yang kuat.....

    Gimana hukumnya ya, jika orang tua menjodohkan anaknya dan anaknya terpaksa mengikuti kemauan orang tuanya....

    Dan kalau anak tidak mau dijodohkan? Apa berdosa atau gimana? Heheehehe... Lagi bingung dengan persoalan ini......

    ReplyDelete
  12. suka dengan pembukaannya manis sekali ;)

    ReplyDelete
  13. suka dengan pembukaannya manis sekali ;)

    ReplyDelete
  14. aku perlu belajar banyak nih dari tulisan ini

    ReplyDelete
  15. waduh. kalau tulisannya kaya gini mah... ehm, berat juga. klo ane bisanya ngalir aja. :D, ya coba dah ntar di liat untuk bisa ngasilin ide :D

    ReplyDelete
  16. @Ian Konjo Ipass
    Bismillah

    #ba'da meminta izin pada pemilik blog untuk menjawab#

    Betul sekali kata Ian Konjo Ipass, diakhir tulisan tsb ada satu kata kuncinya yaitu iman.

    masalah perjodohan, bukanlah sesuatu yang buruk dalam Islam atau sesuatu yang dilarang dalam Islam. Sy yakin, tidak ada org tua yg mau menjodohkan anaknya secara serampangan karena pernikahan sejatinya cuma sekali hingga mati. Maka, Islam mengajarkan "MUsyawarah" untuk membuka keran yang tersumbat guna mengetahui mengapa sang Ayah ingin menjodohkan, dan mengapa Anak tidak ingin dijodohkan. Maka, hadits diatas yang mengangkat kisah Khansa' memberi gambaran kepada kita bahwa perjodohan bukan hal yg buruk, tetapi Khansa' ingin bahwa tidak ada perjodohan yg dipaksakan. Dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari, bahwa anak gadis tidak boleh dinikahkan tanpa persetujuannya, kalau Ia diam tanda setuju. tapi diam tidak mutlak setuju. Maka, kembali kata Musyawarah itulah kuncinya.

    Mengenai dosa-mendosa, itu wilayah hak prerogatif Allah yang menilai. kita hanya akan menetapkan sesuatu berdasarkan apa yang Al Qur'an dan Assunnah jelaskan kpd kita.

    Mohon maaf kalau kepanjangan..
    Semoga bermanfaat.

    ReplyDelete
  17. penulisnya yang berangkat dari mindset psikologi, menuangkan dengan cara sekilas-sekilas di setiap sub tema. sekilas tapi padat, sehingga ulasannya serasa lengkap. bagus banget. endingnya ke IMAN, itu yang membuat sempurna.

    ReplyDelete
  18. @BlogS of Hariyanto setuju ^^
    biarkan semuanya mengalir dengan indah :) kalau jodoh, nggak kemana kan?

    ReplyDelete
  19. @sioranges kedip-kedip mata, ahh awha ^^
    subhanallah!

    ReplyDelete
  20. @Yunda Hamasah iyaa mbak :D
    hohoho doakan saja deh~ moga as soon as possible ^^ Insya Allah.

    ReplyDelete
  21. @Ila Rizky Nidiana huoo harmoni cinta! syalala~

    boleh boleh ^^ yuk persiapkan diri!

    ReplyDelete
  22. @Annur eL Karimah Allahu Akbar!
    Insya Allah nur, percaya deh.
    Aamiin.

    ReplyDelete
  23. @Ian Konjo Ipass Tentulah persiapan harus kuat yaa sehingga badai rintangan itu bisa tertangani dengan baik InsyaAllah. Bersemangatlah!

    ReplyDelete
  24. @Fauzi uz-ay uzay, komennya dua kali nih ^^ pasti kepencet~

    ReplyDelete
  25. @Drieant Boleh kok mengalir~
    siip ^^ semoga ide itu segera datang

    ReplyDelete
  26. @zachflazz subhanallah ^^
    i'm speechless juga pas bacanya.
    sesuatu sekali :)

    ReplyDelete
  27. Bismillah

    Alhamdulillah, Jazaakumullahu khoi kepada seluruh blogger maupun pembaca situs ini atas tulisan saya diatas. semoga bermanfaat, mari sama2 belajar.

    May.. bagian biodata penulis bikin takut2 bacanya..

    ReplyDelete
  28. @Nurmayanti Zain
    biar lambat asal selamat..
    #ngigau peribahasa.com#

    ReplyDelete
  29. Bismillah...

    cari inspirasi buat artikel pernikahan...


    hahahah:D

    ReplyDelete