Di Atas Fitrah

Bismillaahirrahmaanirrahiim

“Setiap manusia dilahirkan ibunya di atas fitrah. Kedua orang tuanya
yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Imam Muslim)

Aku suka sekali anak kecil, terutama yang belum baligh. Mereka membuatku bisa berekspresi bebas, sebebas apapun yang kumau. Malah kadang, aku membuang sisi kedewasaanku agar mereka bisa meraih tanganku dan menarikku masuk ke lingkarannya. Hahaha, dasar tak tahu malu ya aku ini? Ck, habisnya kalau tidak begitu, mana mau mereka mengajakku bicara, lebih-lebih mengajak bermain. Anak-anak itu lebih malu-malu kucing dari kucing liar yang mendadak tinggal di garasiku, mengeong tiap saat minta ikan tapi nggak mau didekati. Ups, malu-malu tapi mau nih ya.

Waktu di Negeri Sakura, sebelum aku menggila sebagai mahasiswa asing yang mendekam di laboratorium super duper serius, aku bela-belain jadi volunteer (baca: sukarelawan) guru SD. Yaah, lidah jepangku memang masih nggak karuan tapi Alhamdulillah aku diberi kesempatan mengunjungi dua sekolah dasar di jepang. Awalnya -sebelum mendaftarkan diri- aku sedikit cemas dengan jilbab yang kukenakan. Kalau nanti anak-anak atau pihak sekolah nggak bisa menerima, gimana nih? Aku juga harus menyiapkan jawaban kalau nanti ditanya-tanya kan? Emm... dipikir, dipikir, dipikir ... memang lebih baik dicoba saja. Toh dengan terjun di sekolah, aku bisa memberikan image yang baik tentang muslimah, tentang Islam. Insya Allah, aku datang dengan baik dan akan meninggalkan jejak dengan baik pula. Aku kan cahaya, ingat?

Volunteer SD Shirai
kyou wa arigatou gozaimashita - go nen ichi kumi

"Sign, please..." tutur seorang gadis mungil seraya mengangkat buku tulis di tangannya. Saat ini aku sedang berada di SD Shirai, menikmati makan siang bareng anak-anak kelas lima seusai memperkenalkan budaya Indonesia. Eh, tunggu. Tadi apa katanya? Sign? Tanda tangan, huh? Apaan sih, kok aku nggak nangkep maksudnya ya. Aku menatap mata gadis yang belakangan kutahu namanya Dina. Tatapannya lurus, bening dan gugup. Aku nyaris ketawa karena keseriusannya. Hey, aku bukan aktris loh. Ee, aku tahu! Di Jepang kan menggunakan stempel nama sebagai pengganti tanda tangan. Jadi tentu saja, tanda tangan menjadi sesuatu yang langka. Itukah sebabnya wajah Dina sumringah ketika aku menjawab oke dengan lantang?

Gila, anak-anak yang lain langsung berbaris satu per satu, mengantri dengan rapi. Yaa Allah Yaa Rabb, ini nih yang namanya over tingkah. Aku mati gaya, nggak biasa dengan sesi tanda tangan dadakan. Tak lupa aku melempar senyum kikuk pada wali kelasnya yang membalas dengan senyum ramah. Untungnya, sesi tanda tangan itu tak berlangsung lama karena mereka punya jadwal menggosok gigi dan membereskan peralatan setelah makan. Lalu tak kusangka, sebelum pulang, ternyata anak-anak itu memberikanku buku kenang-kenangan, lovely sweet dan pembatas buku. Mereka buat sendiri, katanya. Manis sekali!

Lihat mereka, begitu polos, suci dan berada di atas fitrahnya sebagai manusia yang terlahir ke bumi. Sehingga tentu saja harapan untuk mendapatkan hidayah itu tetap ada. Insya Allah, semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan jalan kebenaran kepada mereka. Bagian bawah dari kiri ke kanan ada Yuta, Ayano, Dina dan Chiera. Lihat buku dan pensil yang dipegang oleh Ayano? Aish, dia masih bersikeras meminta tanda tangan. Insya Allah aku kasih kok tapi foto dulu ya. Hihihi. Terus bagian atas dari kiri ke kanan ada Kotaro, Kazuha, Keisuke dan Akira. Gaya andalan, peace!

go nen ichi kumi Shirai
Shashin o toru, daijōbu desuka? Hai.

Kesempatan kedua, di SD Chiba, dekat dari kampus karena masih satu lingkup. Hari itu kegiatannya adalah bermain dodge ball! Tim putra dan tim putri terpisah loh. Permainannya jadi terasa super sekali. Lari-lari di lapangan indoor sambil menghindari bola, diselingi tawa dan sorak-sorai yang membahana. Eh, nggak tahu dodge ball? Itu loh permainan melempar bola karet ke arah lawan. Kalau kena bola berarti pemain harus ke luar lapangan. Tim yang berhasil mengeluarkan semua lawan akan memenangkan permainan. Jujur saja, aku payah sekali dalam menembakkan bola ke lawan, tenagaku nggak sampai. Tapi kalau menghindar, aku cukup cekatan loh. Hehehe, kabar kerennya adalah timku menang. Apa? Foto? Umm, aku tak bisa memperlihatkannya. Soalnya aku tak bisa bawa kamera, kan? Akibatnya di setiap foto selalu saja ada akunya. Ck, nggak bisa dipajang deh. Skip saja, ya.

SD Wahdah 01
Kufoto, dong! Gaya yang keren ya!

Kalau foto empat sekawan di atas merupakan anak pribumi. Suatu siang, aku mengunjungi SD Islam Terpadu Wahdah Islamiyah 01 untuk menemui seorang kakak yang berstatus guru di sana. Sebenarnya sudah waktu pulang tapi ada ekstrakurikuler untuk seorang anak yang baru memulai belajar mengaji. Uniknya, anak yang bernama Sultan itu belum bisa mengaji karena lama menetap di Jepang. Berasa ada ikatan batin, aku disuruh ngobrol pakai bahasa jepang. Buh, kaku banget lidahku. Ya Allah, mana kok aku ngerasa malu banget ya? Alhasil kehebohan yang kuciptakan mengundang anak-anak lain menghampiri kami.

"Kenapa nggak ikut mengaji?" tanyaku pada mereka. Sementara Sultan sudah diamankan, terdengar samar suaranya yang tengah membaca iqra, seorang anak berkata lantang, "Saya sudah bisa mengaji, ustadzah. Sudah hapal empat juz!" Anak yang lain berkata dengan malu-malu, "Saya baru hapal juz 30, ustadzah."

Masya Allah, itu keren sekali. Aku tersenyum pada mereka. Aku tersadar, sungguh anak-anak itu terlahir dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuat mereka berada di jalan yang berbeda. Alhamdulillah saat ini mereka telah berjalan di atas hidayah, semoga berlangsung untuk selamanya, Insya Allah tetap istiqomah. Dalam hati, aku merutuk, aku nggak boleh kalah, Insya Allah aku harus memperbaiki diri dan hapalanku. Sebelum pulang, aku menyempatkan diri memotret mereka yang terhimpun dari kelas 4a1. Dari kiri ke kanan ada Habib, Abdullah, Sultan dan Mu'adz. Apa? Mencari anak perempuannya? Tak ada, kelasnya kan dipisah. Dan saat ini aku mendapati kelas putra. Hehehe, menyenangkan sekali mengobrol dengan mereka.

Alhamdulillah, tulisan ini jadi juga. Akhirnya oh akhirnya. Sebenarnya ini tulisan pesanan dari dua pekan lalu. Cuma baru bisa kesampaian sekarang, baru rampung malam ini lagi. Hiks, my bad. Semoga masih terasa khasiat tulisannya, yah! Sepenuh cinta dariku. Lovely!


Makassar, dalam kantuk yang hilang di sepertiga malam
Tanggal 06 April 2013 Miladiyah - 24 Jumadil Awal 1434 Hijriyah
Terinspirasi dari Kepadamu dengan Penuh Cinta karya Maryam Ilda

44 comments:

  1. aku nggak boleh kalah!
    photonya kk maya dipajang donk. :D

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. assalamualaikum, apa kabar may? sudah lama saya tidak berkunjung kesini. nice sharing baca postingan ini mengingatkan saya kembali ketika masa-masa kuliah dulu, aku juga suka anak kecil dengan segala kepolosannya terkadang bisa membuat rasa lelah menjadi hilang :)

    ReplyDelete
  4. anak-anak itu seperti gelas kosong yang siap untuk diisi apa saja?
    apa kabar kak Maya?
    membaca postinganmu jadi kangen ngajar anak-anak lagi

    ReplyDelete
  5. masya Allah,
    apakabar maya.
    lama tak bersuara nih. rupanya kejutan2 baru lagi

    ReplyDelete
  6. kenapa tidak pernah cerita kalau ketemu 'another Dina'di Jepang sana? Hehehehe... :)

    ReplyDelete
  7. 8 menit 37 detik sy baca tulisan ini xixixi subhanallah may... :)

    ReplyDelete
  8. kenapa setiap membaca postingan di blog super ini, saya merasa seperti di bawa ke negri awan,,yang penuh cahaya kedamaian....entahlah saya sendiri tak tahu jawabnya...apakah mungkin karena saya bukan kanak-kanak lagi ya, ataukah hanya fisik saja yang besar tapi jiwa masih kanak-kanak..ah semua kemungkinan itu bisa saja terjadi.. :-)

    ReplyDelete
  9. Allhamdulillah anak-anak menerima ya

    ReplyDelete
  10. Masya Alloh, tulisannya. menginspirasi boanged! duh, susah dibahasakan nih.
    Juga ternyata anak negeri sakura, nggak kalah polosnya dengan anak pribumi. sesuai fitrah memang!
    Semoga penulisnya tetap istiqomah dalam berbagai kebaikan. aamiin.

    Maryam Ilda_Penulis Buku Kepadamu dengan Penuh Cinta <3

    ReplyDelete
  11. Dunia anak-anak itu penuh kepolosan, tapi kadang mengajari kita orang dewasa ..

    Ini true story ya mba?

    ReplyDelete
  12. setuju ama Enha...
    Maya selalu ngumpet, jd fotonya gak mungkin ada..
    ^_^

    ReplyDelete
  13. Mbak, seneng ya kalau bisa belajar dari mereka

    ReplyDelete
  14. Anak-anak memang selalu ajaib ya May, ada tuh di rumah satu anak kecil yang nggak kalah ajaib (adik si bungsu)

    ReplyDelete
  15. indahnya dunia anak2 :)

    ditunggu folbeknya ya :)

    ReplyDelete
  16. Mulia sekali hatimu kawan... :)

    ReplyDelete
  17. hadir kembali menikmati indahnya dunia kanak2 :-)

    ReplyDelete
  18. aw..aw..aw...lama ngga maen kesini, rupanya sudah berada di jepun, ya tentu sepertinya ALLAH SWT menciptakan anak-anak sedemikian rupa sehingga, dari mulai mata, sampai kehatinya bisa terlihat kepolosan dan kelucuannya.
    andai saya bisa mempertahankan kepolosan seperti anak1anak itu,pasti saya akan lucu juga sampai sekarang...hehehe

    ReplyDelete
  19. Salam kenal dulu deh :D ukhti. Pasti seneng banget punya kesempatan belajar di negeri sakura

    ReplyDelete
  20. @enha :) iyaa dah, enha numero uno! xixi

    Ee, fotoku :o *kabuurr

    ReplyDelete
  21. @meutia rahmah wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh kak tiaa :) wuiihhh, perasaan kita sama kak! Anak-anak memang tak ada duanya ya <3

    ReplyDelete
  22. @Aisyah Al farisi Benar! Selain itu, seperti kertas putih juga :) Sebagai orang dewasa, kita harus hati-hati nih mengajarkan dunia kepada anak-anak ^^ tetap semangat aisyah!!

    ReplyDelete
  23. @BlogS of Hariyanto Negeri awan? Maasyaa Allaah...

    Ehm, jiwa kanak-kanak dalam fisik dewasa, aku suka ide itu ^^

    ReplyDelete
  24. @Anonymous Haha Kak Maryam, it's for you <3 Insya Allah. Keep istiqomah. Allahu Akbar!

    ReplyDelete
  25. @@uzayzie Ck, waduh! (-'_'-) wawan dan zie, plus enhaaa, secret makes a woman, woman.

    ReplyDelete