Bismillaahirrahmaanirrahiim
"Lagi ngapain sih?"
"Ck, dilihat saja langsung ketahuan, kan? Lagi serius belajar nih."
"Ngek! Kok pakai kacamata hitam?"
"Ini kacamata tiga dimensi, tahu!"
"Ee?!"
"Biar keren."
"........."
♥♥♥
Suatu malam, aku dibuat terheran-heran dengan tingkah kakak perempuan keduaku. Perlu lapor intel nggak ya? Aku sudah merasa ada yang nggak beres di otaknya. Memangnya dia melakukan apa? Coba lihat, dia tengah duduk di meja belajarnya, menghadapi Wildan dengan kedua alis saling menaut. Bukan, Wildan itu bukan bayi, bukan seseorang, pokoknya bukan manusia. Hehehe, lalu apa ya?
For your information, Wildan itu nama laptop kesayangan kakakku. Diambil dari kata Wildan yang tercatat dalam Al-qur'an di surah Al-Waqi'ah ayat 17 dan surah Al-Insan ayat 19. Wildan memiliki arti anak-anak muda yang tetap muda, bisa pula berarti para pemuda di syurga yang tampak seperti taburan mutiara. Namun segelintir orang Indonesia mengartikan Wildan sebagai pekerjaan yang sempurna (well done, red).
Waduh, kok malah nyeritain Wildan panjang lebar sih? Salah fokus nih. Yang rada-rada error tuh bukan Wildan melainkan si empunya Wildan. Kebayang nggak hebohnya, ngelihat orang pakai kacamata hitam di dalam rumah? Haha, kalau buat pamer atau gaya-gayaan sih kayaknya masih mending. Ini nih, nggak jelas kuadrat, masa dipakai sambil ngetik laporan di depan laptop?
"Kak Maya lagi ngapain sih?" semburku tak acuh.
Dia bergeming, sepertinya menolak untuk meresponku. Huh, beneran deh. Kak Maya kerasukan alien. Bener-bener nggak manis. Aku mengulang pertanyaanku. Kali ini sambil mendekat padanya. Akhirnya dia berpaling padaku, menaikkan kacamata hitamnya di ubun-ubun lalu berucap, "Ck, Ulfaaa~ jangan ganggu. Dilihat saja langsung ketahuan, kan? Lagi serius belajar nih."
"Ngek! Kok pakai kacamata hitam?" protesku meminta jawaban.
Dia berkilah, "Ini kacamata tiga dimensi, tahu!"
"Ee?!" aku menjerit tertahan. Apaan sih, padahal lagi nggak nonton film tiga dimensi. Terus memangnya ada gitu ya sosok penguntit yang mengharuskannya menyamar pakai kacamata tiga dimensi? Gila, kak Maya kena skizofrenia! Eh, tunggu. Aku menatap matanya lebih lama. Apa otot matanya lelah karena radiasi layar laptop? Di saat aku masih mencoba menerka-nerka, dia malah tertawa renyah, "Biar Keren."
Gubrak! Terserah deh. Aku tersenyum dan meninggalkannya tanpa kata, "........."
Aku menatap kacamata tiga dimensi di tanganku. Modelnya persegi panjang, menurutku akan sangat manis kalau ditenggerkan di wajah bulat sepertiku. Aku tertawa, alih-alih dipakai buat nonton, eh ternyata lebih keren kalau dipakai mengetik di depan laptop. Ini kacamata tiga dimensi pertamaku. Seumur-umur aku tak pernah nonton film tiga dimensi karena kacamata khususnya tak lagi bisa difungsikan oleh mataku. Makanya aku luar biasa kaget saat mendapat kado kacamata tiga dimensi dari Takuyan-san di momen Salmon Party. Bagaimanapun kado ya kado, harus tetap dimanfaatkan, iya kan?
Nggak tahunya, Ulfa protes. Ugh! Jantungku gatal. Aku jadi berasa rada-rada disengat listrik gitu. Ya Allah, beneran, berasa bego sedunia. Eh nggak juga, ding. Hehehe, toh benar adanya, aku beranggapan kalau kacamata itu akan membuat keren orang yang mengenakannya. Aku pun pernah pakai kacamata. Maksudnya pernah keren, begitu? Hahaha. Kalau nggak salah, pas masih es-de dan es-em-pe. Apalagi, menurutku kacamata itu punya kesan misterius yang tak tertahankan.
Tukk!! Tiba-tiba Ulfa datang dan meletakkan sesuatu di atas tempat tidur. Dia berkedip. Aku meliriknya tak percaya. Hey, itu kan kacamata! Ulfa hanya mengangkat bahu, dia berucap, "Itu untuk kak Maya. Kacamata bening tanpa lensa. Kacamata besar yang menutupi seperdua wajah. Keren, kan?"
Tanpa ba-bi-bu, aku segera mengenakan kacamata yang akhirnya melorot sampai ke tengah hidungku itu. Tangan kananku menempel di dagu, "Bagaimana penampilanku?"
"Sempurna. Si nerd yang dikucilkan," jawab Ulfa cepat. Tawaku melompat tak karuan. Ulfa lalu mengambil kacamata itu dan mencoba memakainya juga. Dia takjub menatap pantulan dirinya di cermin, "Whoaa...! Kesannya bener-bener berubah bak sosok jenius yang aneh lagi pendiam terus ujung-ujungnya jadi target gencetan ya?"
"Ah, nggak seburuk itu. This is perfect!" dengusku kesal.
Ulfa tertawa, "Hahaha, apaan sih? Kacamata sampe dibela-belain segitunya."
"Sebenarnya..." aku menelan ludah. Hening sesaat lalu kembali berbicara, "...sebenarnya kacamata bisa jadi kamuflase yang tepat loh. Soalnya Maya yang lagi pakai kacamata tuh kesannya horor, kayak si jenius yang cinta belajar eh salah, gila belajar. Olala!"
"Terus, kalau nggak pakai kacamata gimana?" tanya Ulfa menyelidik.
"Yaa, nggak gimana-gimana. Itu kan hanya sekadar pembenaran saja," tandasku.
Mendengar perkataanku, Ulfa semakin menggila dengan tawanya. Serta merta aku pun akhirnya larut dalam tawa. Aku tidak menyangka Ulfa akan membelikanku kacamata. Memangnya kacamata tiga dimensiku separah itu ya? Ataukah anak ini hanya mencemaskan definisi kerenku atas kacamata? Ah, yang manapun itu tak jadi soal. Aku memeluk Ulfa dengan hangat, "Makasih ya adikku sayang." Aku mempererat pelukanku tatkala melihat mukanya yang merona. Ups, hehehe.
Faktanya, saat ini terlalu banyak pikiran yang mendesak masuk ke otakku. Sekalipun aku putri cahaya, aku tak bisa menyinari seisi bumi, galaksi dan kunci-kunci dunia lainnya. Akibatnya, hampir di setiap penghujung malam, senyap menjadi saksi atas jatuhnya air mata dari muara hati. Rasanya lebih adil bila merajut pikiran satu demi satu secara perlahan. Makanya aku memutuskan untuk fokus di satu titik dan berpindah ke titik lain bila titik yang sebelumnya telah terselesaikan.
Kacamata, benda bergagang itu, aku suka padanya. Secara diplomatis, dia membuatkan pilihan untukku. Mengingat diriku yang masih sok labil memilih apa yang sebaiknya kupikirkan terlebih dahulu, kacamata menjadi pencerahan yang sehat. Ya, dia memaksaku untuk fokus menyelesaikan gegap gempita masa-masa perkuliahan. Karenanya, dengan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta'ala aku akan mengurai benang kusut akademik ini secepat mungkin. Yes, as soon as possible. Insya Allah.
Bersamaan dengan itu, selama beberapa jenak, aku ingin membekukan hal-hal lain yang juga berlomba untuk dicarikan win-win solution. Proses pencairannya akan bermula ketika suasana sudah sedikit lapang. Umm, bisakah semuanya berjalan dengan lancar? Insya Allah, bukankah aku punya Allah? Dalam Al-qur'an surah Ali Imran ayat 173 yang artinya, "...Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung."
Makassar, teruntuk hati yang tak pernah lelah berdoa
Tahukah kau, aku benar-benar berterima kasih padamu
18 April 2013 Miladiyah - 7 Jumadil Akhir 1434 Hijriyah
For your information, Wildan itu nama laptop kesayangan kakakku. Diambil dari kata Wildan yang tercatat dalam Al-qur'an di surah Al-Waqi'ah ayat 17 dan surah Al-Insan ayat 19. Wildan memiliki arti anak-anak muda yang tetap muda, bisa pula berarti para pemuda di syurga yang tampak seperti taburan mutiara. Namun segelintir orang Indonesia mengartikan Wildan sebagai pekerjaan yang sempurna (well done, red).
Kacamata Tiga Dimensi |
"Kak Maya lagi ngapain sih?" semburku tak acuh.
Dia bergeming, sepertinya menolak untuk meresponku. Huh, beneran deh. Kak Maya kerasukan alien. Bener-bener nggak manis. Aku mengulang pertanyaanku. Kali ini sambil mendekat padanya. Akhirnya dia berpaling padaku, menaikkan kacamata hitamnya di ubun-ubun lalu berucap, "Ck, Ulfaaa~ jangan ganggu. Dilihat saja langsung ketahuan, kan? Lagi serius belajar nih."
"Ngek! Kok pakai kacamata hitam?" protesku meminta jawaban.
Dia berkilah, "Ini kacamata tiga dimensi, tahu!"
"Ee?!" aku menjerit tertahan. Apaan sih, padahal lagi nggak nonton film tiga dimensi. Terus memangnya ada gitu ya sosok penguntit yang mengharuskannya menyamar pakai kacamata tiga dimensi? Gila, kak Maya kena skizofrenia! Eh, tunggu. Aku menatap matanya lebih lama. Apa otot matanya lelah karena radiasi layar laptop? Di saat aku masih mencoba menerka-nerka, dia malah tertawa renyah, "Biar Keren."
Gubrak! Terserah deh. Aku tersenyum dan meninggalkannya tanpa kata, "........."
♥♥♥
Aku menatap kacamata tiga dimensi di tanganku. Modelnya persegi panjang, menurutku akan sangat manis kalau ditenggerkan di wajah bulat sepertiku. Aku tertawa, alih-alih dipakai buat nonton, eh ternyata lebih keren kalau dipakai mengetik di depan laptop. Ini kacamata tiga dimensi pertamaku. Seumur-umur aku tak pernah nonton film tiga dimensi karena kacamata khususnya tak lagi bisa difungsikan oleh mataku. Makanya aku luar biasa kaget saat mendapat kado kacamata tiga dimensi dari Takuyan-san di momen Salmon Party. Bagaimanapun kado ya kado, harus tetap dimanfaatkan, iya kan?
Nggak tahunya, Ulfa protes. Ugh! Jantungku gatal. Aku jadi berasa rada-rada disengat listrik gitu. Ya Allah, beneran, berasa bego sedunia. Eh nggak juga, ding. Hehehe, toh benar adanya, aku beranggapan kalau kacamata itu akan membuat keren orang yang mengenakannya. Aku pun pernah pakai kacamata. Maksudnya pernah keren, begitu? Hahaha. Kalau nggak salah, pas masih es-de dan es-em-pe. Apalagi, menurutku kacamata itu punya kesan misterius yang tak tertahankan.
Kacamata Tanpa Lensa |
Tanpa ba-bi-bu, aku segera mengenakan kacamata yang akhirnya melorot sampai ke tengah hidungku itu. Tangan kananku menempel di dagu, "Bagaimana penampilanku?"
"Sempurna. Si nerd yang dikucilkan," jawab Ulfa cepat. Tawaku melompat tak karuan. Ulfa lalu mengambil kacamata itu dan mencoba memakainya juga. Dia takjub menatap pantulan dirinya di cermin, "Whoaa...! Kesannya bener-bener berubah bak sosok jenius yang aneh lagi pendiam terus ujung-ujungnya jadi target gencetan ya?"
"Ah, nggak seburuk itu. This is perfect!" dengusku kesal.
Ulfa tertawa, "Hahaha, apaan sih? Kacamata sampe dibela-belain segitunya."
"Sebenarnya..." aku menelan ludah. Hening sesaat lalu kembali berbicara, "...sebenarnya kacamata bisa jadi kamuflase yang tepat loh. Soalnya Maya yang lagi pakai kacamata tuh kesannya horor, kayak si jenius yang cinta belajar eh salah, gila belajar. Olala!"
"Terus, kalau nggak pakai kacamata gimana?" tanya Ulfa menyelidik.
"Yaa, nggak gimana-gimana. Itu kan hanya sekadar pembenaran saja," tandasku.
Mendengar perkataanku, Ulfa semakin menggila dengan tawanya. Serta merta aku pun akhirnya larut dalam tawa. Aku tidak menyangka Ulfa akan membelikanku kacamata. Memangnya kacamata tiga dimensiku separah itu ya? Ataukah anak ini hanya mencemaskan definisi kerenku atas kacamata? Ah, yang manapun itu tak jadi soal. Aku memeluk Ulfa dengan hangat, "Makasih ya adikku sayang." Aku mempererat pelukanku tatkala melihat mukanya yang merona. Ups, hehehe.
♥♥♥
Faktanya, saat ini terlalu banyak pikiran yang mendesak masuk ke otakku. Sekalipun aku putri cahaya, aku tak bisa menyinari seisi bumi, galaksi dan kunci-kunci dunia lainnya. Akibatnya, hampir di setiap penghujung malam, senyap menjadi saksi atas jatuhnya air mata dari muara hati. Rasanya lebih adil bila merajut pikiran satu demi satu secara perlahan. Makanya aku memutuskan untuk fokus di satu titik dan berpindah ke titik lain bila titik yang sebelumnya telah terselesaikan.
Kacamata, benda bergagang itu, aku suka padanya. Secara diplomatis, dia membuatkan pilihan untukku. Mengingat diriku yang masih sok labil memilih apa yang sebaiknya kupikirkan terlebih dahulu, kacamata menjadi pencerahan yang sehat. Ya, dia memaksaku untuk fokus menyelesaikan gegap gempita masa-masa perkuliahan. Karenanya, dengan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta'ala aku akan mengurai benang kusut akademik ini secepat mungkin. Yes, as soon as possible. Insya Allah.
Bersamaan dengan itu, selama beberapa jenak, aku ingin membekukan hal-hal lain yang juga berlomba untuk dicarikan win-win solution. Proses pencairannya akan bermula ketika suasana sudah sedikit lapang. Umm, bisakah semuanya berjalan dengan lancar? Insya Allah, bukankah aku punya Allah? Dalam Al-qur'an surah Ali Imran ayat 173 yang artinya, "...Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung."
Makassar, teruntuk hati yang tak pernah lelah berdoa
Tahukah kau, aku benar-benar berterima kasih padamu
18 April 2013 Miladiyah - 7 Jumadil Akhir 1434 Hijriyah
ada ga nih.. kacamata yang bentuknya unik sama funfsinya juga unik mba?
ReplyDelete@pai mung ada, namanya kaca mata kuda. Bentuknya unik kalau saja seperti kuda. Funsginya juga unik kalau saja memang bisa seperti kuda -bisa lari.
ReplyDelete:P
Hanya bergurau...
Untuk menutupi keinginan ketawa selepas membaca #ehmaafmaafkabuuuuur
saya pria berkacamata loh. tapi ingin sembuh dari kacamata T.T
ReplyDeleteyeah, kok masih labil tapi tulisannya keren :0
Kalo nama laptopku "PILLOW", artinya "HEPI YELLOW"..
ReplyDeleteWarna kuning mentereng muahahahaha :D
Kalo dulu, orang yang pake kacamata kesannya nerd..
Kalo sekarang kacamata udah dipake buat gaya2an gitu ya Ka :D
@@uzayzie hahahahahaha....
ReplyDeleteah, tak pikir kak Maya lagi curhat sama kacamata. "Kacamata, aku suka padanya..." hihihi...
ReplyDeleteAku nggak suka pakai kacamata, tapi aku butuh kacamata. XD
#FYI, kalo nama laptopku: Totok, kak. Hihihi...
Nama laptopnya keren juga ya. DUlu waktu sekolah ada temenku namanya Wildan juga luamyan ganteng hehehe
ReplyDeletesetuju..cukuplah ALLAH bagimu,bagiku dan bagi kita semua... :-)
ReplyDeleteIhk Curang !!! ga pernah cerita kalo takuya kasih gift... aw aw aw so sweet.. special gift from sakura's prince hohoho~
ReplyDeleteHey, bolehkah saya GR kalau tulisan ini buat saya?
ReplyDeletehahaha.. saya juga suka kacamata, May. Suka sekali, malah.. :D
Kacamata sudah menempel di hidungku sejak SMP.
ReplyDeleteTapi kalau yang 3 dimensi ga punya.
kalo begitu, pakai kaca mata agama juga ya, biar makin cinta :D
ReplyDeleteKacamata yang bingkai besar... jadi ingat dg kacamata jadulku... tapi sekarang malah banyak yang pakai model gitu ya? :D
ReplyDeletekacamata punyaq bingkai besar,,
ReplyDeletekacamata bagai mata kedua bagi sya
heheheh
Aku juga biasa pakai kacamata.... Meski hanya sekedar gaya,..... hehehhee
ReplyDeleteBukan hanya anusia saja berarti yang bisa diplomatis.
ReplyDeleteKaca mata-nya Mbak Maya juga bisa diplomatis.. :)
hmm, gmn ya kalo aku pake kacamata hitam, bs disangkain superman nanti,
ReplyDeleteups, superman gak pake kaca mata hitam ya...
hehe
pinjem donk..
kacamatanya unyu, bikin penasaran liat kak maya yang pake. kak maya, rinduuu :')
ReplyDelete@enhas note fufu ^^ ikutan enha ketawa. Boleh juga nih zie. Emang pai mau pakai gitu? =P
ReplyDelete@Mochammad Nasrulloh Semoga bisa sembuh :) Insya Allah. Jangan lupa jus wortel!
ReplyDelete@Eva Dina Lathifah Kuning yang membahagiakan ^^ begitukah? Lucuu~
ReplyDeleteHe eh, kacamata gaya sekarang dah bertebaran :)
@enhas note ulala~ enhaaa ^^ idenya keren juga <3 hihi.
ReplyDeleteEnha berkacamata ya?
Ee, totok? Kayak nama pet mungiiill XD hihi.
@Lidya - Mama Cal-Vin Hehe :) sesuai artinya yaa mbak!
ReplyDelete@BlogS of Hariyanto Cukuplah Allah sebagai penolong. Allahu Akbar!
ReplyDelete@Hime Sama Haa :o lupaa ceritaa. Habisnya, Takuya cuma muncul di momen itu, hime-chan. Fufufu~ terlupakan.
ReplyDelete@Rifaah Boleh <3 saaangat boleh ^^
ReplyDeleteA-ha! Aku juga suka :) suka sekali~
@Niken Kusumowardhani Sejak SMP? Huwaa... Pasti mbak Niken suka baca :)
ReplyDeleteHihi, kan kacamata 3D memang jarak digunakan, mbak.
@Stupid Monkey Siap!
ReplyDelete@the others Iyaa, mbak. Karena jadulnya itu loh, makanya berasa keren :D
ReplyDelete@rezKY p-RA-tama :)
ReplyDelete@Ian Konjo Ipass ^^
ReplyDelete@Kopiah Putih Apapun sebenarnya bisa diplomatis, loh~
ReplyDelete@Penghuni 60 ck, katanya superman, kok kacamata saja nggak punya =P fufu
ReplyDelete@Nur Awaliah Yusran Masya Allah, awhaaa <3 sehat-sehat ya!
ReplyDelete