Sebagai Seorang Asisten


Ini adalah tulisan yang dipersyaratkan ketika saya mendaftar untuk menjadi seorang asisten. Wah, walau sekarang saya telah menjadi bagian dari keluarga besar asisten laboratorium itu... saya masih tidak tahu apakah tulisan saya ini benar terjadi atau tidak. Hehehe... Setidaknya saya akan berusaha semaksimal mungkin.

Saya adalah seorang gadis biasa. Tak pernah terlintas dalam pikiran saya untuk menjadi sosok yang menurut saya spektakuler, seorang asisten, sampai saat ini datang. Awalnya saya agak ragu untuk mengajukan lamaran ini tetapi bayangan masa lalu pada praktikum Dasar Telekomunikasi membuat saya menghapus keraguan itu. Saya ingin menjadi asisten layaknya sosok asisten yang telah dengan sangat sabar membimbing saya waktu itu. Saya ingin kebaikan hati asisten juga dirasakan oleh praktikan yang lain. Saya selalu merasa miris bila di sela-sela kesibukan praktikum ada suara-suara miring tentang kelakuan asisten. Padahal semua asisten datang dengan membawa kebaikan, hanya saja bentuk kebaikan itu berbeda-beda untuk tiap-tiap orang. Tak jarang kesalahpahaman pun terjadi di tengah-tengah perjalanan praktikum. Satu-satunya hal yang bisa memuluskan hal tersebut adalah kebaikan yang tulus karena asisten datang bukan untuk menyakiti, bukan untuk menghakimi, bukan untuk mencela, melainkan untuk menjadikan kegiatan praktikum tersebut benar-benar memiliki manfaat dan esensi untuk diikuti. Itu salah satu sosok asisten yang InsyaALLAH akan terlihat pada diri saya.


            Saya pernah merasa terpuruk dan terjatuh ke lubang yang sangat dalam lantaran kelakuan seorang asisten. Pasalnya, asisten tersebut tidak sadar kalau praktikannya telah tampak sangat konyol dan bodoh. Terkadang ada suatu masa asisten merasa dirinyalah yang paling pintar. Tidak berhenti sampai di situ, praktikan dibuat tidak berkutik dengan pertanyaan yang bertubi-tubi. Sudah begitu, praktikan yang tengah berusaha keras menjawab tetap tidak mendapatkan sambutan yang hangat. Dan parahnya, asisten tidak mengklarifikasi jawaban tersebut sehingga penjelasan menjadi mengambang dan tidak mengembang. Kesimpulannya, ilmu yang seharusnya bisa tersampaikan menjadi tidak tersampaikan. Sayang sekali, padahal satu-satunya warisan yang tidak akan pernah hilang adalah ilmu. Makanya, sebagai seorang asisten kelak InsyaALLAH saya akan berusaha agar ilmu saya bisa tersampaikan secara tepat dan jelas.

            Satu hal yang membuat asisten tampak spektakuler adalah image yang melekat pada sosoknya. Seperti berada di atas angin, sulit disentuh, dan selalu menghilang. Entah sampai kapan image itu akan melekat. Masalahnya, hal  itu adalah sesuatu yang bersifat generalisasi. Saat ini saya masih bisa menggambarkan image tersebut secara jelas di benak saya tetapi kelak InsyaALLAH ketika saya berada di tengah pusaran angin itu saya ragu akan bisa menggambarkannya lagi atau tidak. Karena berada di area yang sama, sesuatu tentang diri sendiri akan sulit terlihat. Namun, saya ingin menjaga existensi pribadi saya, warna saya, dan aura saya. Saya akan membentuk sebuah benteng pertahanan kokoh untuk melindungi jati diri saya. Sehingga tak ada kepribadian yang hilang. Hanya saling melengkapi satu sama lain. InsyaALLAH.

Menjadi asisten berarti memiliki amanah yang baru, memiliki tanggung jawab yang baru. Dengan demikian saya harus rela meluangkan waktu untuk memikirkan hal-hal yang bersangkutan dengan tugas seorang asisten. Saya harus mampu mengatur waktu saya sedemikian rupa sehingga kegiatan saya tidak ada yang saling bertabrakan. Oleh karena itu, perlu penyesuaian diri yang optimal, tidak setengah-setengah, dan penuh semangat. Karena tuntutan menjadi semakin berat, segala sesuatunya harus matang. Maka dari itu, saya kelak InsyaALLAH akan menjalankan tugas sebagai asisten dengan penuh tanggung jawab dan selaras dengan kemampuan saya.
Bagaimanapun yang tertera pada tulisan ini belum tentu sepenuhnya akan terlaksana 100 %. Namun, bila tidak ada peluang untuk bisa mewujudkannya, tentunya saya tidak akan berani untuk mengajukan diri. Oleh karena itu, saya bertekad InsyaALLAH usaha saya untuk mencapainya tidak kurang dari 100 %. Bukankah kesuksesan diperoleh dari 99 % kerja keras dan 1 % bakat? Jadi tidak ada alasan untuk bermalas-malasan atau berpangku tangan.
Terakhir, dengan segala kerendahan hati, saya memohon maaf bila dalam tulisan ini terdapat kata-kata yang menyinggung dan menyakiti hati para asisten. Saya juga mengucapkan terima kasih karena telah bersedia membaca tulisan ruwet ini. Sebagai kata-kata kampanye saya, tidak ada alasan untuk tidak mempertimbangkan saya sebagai seorang asisten. Sekalipun hanya 1 % saja.

4 comments:

  1. Sabar ukhti!!!^^ Ganbatte nee~
    saya jadi ingat waktu nee-chan pertama kali mendaftar jadi asisten!!!XD

    ReplyDelete
  2. @Ulfa
    hehehehe...
    Yaahh emang byk suka duka sih.

    ReplyDelete
  3. numpang comment :)

    praktikum menurutku bukan menghujani praktikan dengan pertanyaan2 terlalu berbelit2, asisten gunanya untuk menjelaskan hal2 yang tidak di ketahui praktikan bkan sebaliknya..
    walau kadang ada praktikan yang benar2 tolol tp disitulah tantangannya... semangat buat para asisten .... :)

    ReplyDelete
  4. @mau tau aja :)

    silakan numpang comment :)
    yang pedas2 juga gak masalah. hehe

    sip!
    eits, tenang aja.. di lapangan gak ada kok praktikan yang benar2 tolol cuman banyak banget yang bikin jantung gatal. hehe

    ReplyDelete