Bismillaahirrahmaanirrahiim
Aku mengenalnya dengan dakwah sebagai latarnya. Aku sadar diri, sangat tahu diri. Bahwa aku adalah seorang bawahan yang harus siap dipimpin dan dia adalah seorang atasan yang sedia memimpin. Jadi terang saja, tidak banyak yang bisa kuceritakan tentang dirinya.
Umm, kecuali kalau kau mau tahu bagaimana cara dia memimpin, bagaimana kegigihannya menjalankan suatu program ataupun kebijaksanaannya dalam menghadapi suatu kasus. Dengan senang hati, aku bisa menceritakannya. Begitu pula dengan cerita formalitas lainnya, aku bisa menuliskannya untukmu. High recommended, deh.
Sayangnya, bukan itu inti cerita hari ini.
Pertama kali mengenalnya, jujur, aku sangat takut padanya. Well, aku memang punya banyak salah, alhasil hatiku selalu ciut ketika berhadapan dengannya. Ditambah lagi, dia memiliki aura kaku dengan bahasa tubuh yang super tegas. Oh dear, jangan pernah menyuruhku bercanda di depannya, aku nggak bakal minat melakukannya. Alih-alih ketawa, dia pasti malah masang muka what are you doing dan akhirnya aku harus mengenyam tengsin karena gagal melucu. Efek-efeknya, aku bakal ngerasa tolol banget, plus wajahku menggagu dengan sukses!
Aku pun berpikir, aku tidak mau terlibat emosi lebih dalam dengan orang ini.
Kau tahu, yang terjadi justru kebalikannya. Tidak kuduga, ternyata dia memerhatikan tingkahku yang wara-wiri di Kemilau Cahaya Emas. Alam bawah sadarku mulai terusik ketika dia rajin meninggalkan remah roti. Rasanya tuh seperti antena yang menemukan titik target di luar beam. Umm jadi wajar dong, aku curigation. Toh mikrokontrolernya masih memproses, ini masuk kategori noise atau signal?
Hey, kurasa dia adalah seorang esper!
Jangan salah paham, bukan dalam arti negatif ya. Asal kau tahu saja, dia tuh punya bakat membaca pikiran. What a surprised! Kayaknya dia lebih pantes jadi psikolog dibanding ahli biologi, deh. Soalnya ini pertama kalinya, aku bisa bercerita bebas tentang pandanganku pada seseorang. Alasannya sederhana, karena dia cepat tanggap dan nggak mudah salah paham. Klik! Dalam sekejap dia bisa mengikuti alur pembicaraanku, plus bisa memberi pandangan lain yang tidak pernah terpikirkan olehku sebelumnya. Sosok yang keren.
Lalu sebuah peristiwa mematikan terjadi. Akibat kelalaianku dalam bergaul dan memercayai orang, aku terkena fitnah di dunia maya. Kau masih ingat tidak, masa dimana aku menutup kolom komentar di Kemilau Cahaya Emas? Ting! Tong! Yup, di situlah huru-hara fitnah itu terjadi. Kalau dibayangkan lagi, hatiku jadi merapuh. Mau bagaimana lagi, itu adalah memori yang benar-benar menampar wajahku.
Aku seperti diingatkan dengan hadits Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam oleh riwayat Abu Dawud, "Dan perumpamaan teman yang baik ibarat seorang penjual minyak wangi. Kalaupun ia tidak memberikan minyak wanginya, setidaknya kita mendapatkan aromanya yang semerbak. Sementara perumpamaan teman yang jahat, tak ubahnya pandai besi. Kalaupun kita tidak terkena asap hitamnya, setidaknya kita akan mencium bau busuk dari tungkunya." Hadits shahih dalam kitab Al-Adab (4191).
Aku membusuk. Dan dia datang menolongku bak penjual minyak wangi.
Sampai detik ini, aku masih tidak tahu bagaimana berterima kasih padanya. Dia sangat berjasa. Karena dia, aku bisa lihai menilai pandai besi yang menyamar. Jadi alhamdulillah hari-hariku selanjutnya tidak terlalu berasap dan berapi. Dan sejak saat itulah, aku menempatkannya di daftar orang-orang yang akan kusms kalau hatiku sedang sesak dan butuh pencerahan. Ya, aku suka dia. Aku suka caranya memandang hidup.
Er-rr, apa aku jatuh cinta padanya?
Mungkin. Faktanya, aku memang terpikat padanya. Ugh, aku tidak bercanda. Memang di awal masa aku bahkan tidak berani mendekatinya tapi ... tapi ... semua berubah sejak negara api menyerang. Sejak dia datang dalam hidupku yang pink dan memberikan warna hitam putih yang bijak. Terharu. Wahai Rabb, terima kasih telah mendatangkan seorang saudari seiman yang senantiasa mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran.
Aku pernah berkata padanya, "Aku ingin ke alternative universe, ke dunia imaji yang tidak akan pernah terjadi. Aku ingin ke sana, ke tempat dimana aku bisa menemukan dirinya dalam wujud laki-laki."
Senyumku mengembang saat dia tergelak lepas karena pernyataanku itu. Aku sadar, aku salah mengartikan ketegasan dan kekakuan sikapnya. Otakku salah mengolah data yang dilihat mata. Otakku tidak mempertimbangkan asas praduga tak bersalah yang dibawa oleh hati. Sayangnya, bukan hanya aku yang seperti itu. Orang-orang di sekitarnya juga salah menyusun puzzle perangainya.
Miris? Nggak juga, ah.
Jujur saja, tidak ada yang perlu dikasihani. Aku selalu berpikir, mengapa sih kita harus memaksa orang-orang melihat apa yang tidak mereka lihat? Biarkan saja. Toh tidak ada kebohongan di sini. Dan yang terpenting kan, kita nggak pernah berniat jahat pada siapapun. Kalau kemudian, mata mereka terbuka dan melihat hal-hal yang dilihat oleh hati, yah itulah yang namanya spesial. Kalau sampai akhir, ternyata mereka tidak juga bisa melihat, berarti mereka bukan sosok yang ditakdirkan untuk menjadi teman dekat.
Sekarang aku bisa memandangnya dengan cara yang berbeda karena tahu sosok aslinya gimana. Itupun aku yang berusaha memahaminya sendiri. Tentunya tanpa unsur paksaan. Slow down. Emm, kalau disuruh menyama-nyamakan, dia itu, maksudku gayanya, sangat mirip dengan sosok khalifah yang meluruskan shaf shalat dengan pedangnya. Ya, tingkahnya nyaris sama dengan sosok sahabat Umar bin Khattab. Sugoi desu ne?
Bermulazamah dengannya, membuatku sadar, sepertinya aku butuh sosok seperti Umar bin Khattab untuk menjadi partner hidupku. Ini hanya pendapat pribadi saja ya. Rasa-rasanya aku butuh sosok seperti dia. Sosok yang akan memarahiku habis-habisan kalau aku melakukan kesalahan. Sosok yang tidak akan terlena dengan sifat manja dan cengengku. Sosok yang tanpa ragu menuntunku ke jalan hidayah hingga kelak di penghujung napas.
Suatu waktu, dia pernah bergumam, "Kenapa ukhuwah ini terjalin justru di detik-detik akhir kebersamaan ya?"
Aku tidak bisa memberikan jawaban. Kenyataannya, saat ini, aku memang sudah tidak berada di dek yang sama dengannya. Ketika dia masih dipercaya untuk menjaga haluan, aku dipindahkan ke buritan. Meski begitu, agar bahtera tidak tenggelam, kami tidak pernah mengeluh dan berjuang maksimal di posko masing-masing.
Nah, inti cerita kali ini adalah ... uhm ... aku tidak sedang menggosipinya loh. Awas saja kalau asal ngomong, hahaha. Fine, jadi begini, aku ingin membesarkan hatinya. Aku ingin dia tahu bahwa dia spesial, sebagaimana adanya dia. Aku ingin dia mencoba untuk memenangkan hati dan melepaskan beban pikirannya. Tidak perlu memaksakan orang lain mengerti. Toh akan tetap ada orang-orang yang bisa mengerti dirinya. Akan tetap ada orang-orang yang menyukai dirinya apa adanya. Aku, salah satunya.
Makassar, untuk dan hanya untuk akhwat pejuang di bumi aurora.
Tertanggal 09 Juni 2013 Miladiyah - 30 Rajab 1434 Hijriyah.
Umm, kecuali kalau kau mau tahu bagaimana cara dia memimpin, bagaimana kegigihannya menjalankan suatu program ataupun kebijaksanaannya dalam menghadapi suatu kasus. Dengan senang hati, aku bisa menceritakannya. Begitu pula dengan cerita formalitas lainnya, aku bisa menuliskannya untukmu. High recommended, deh.
Sayangnya, bukan itu inti cerita hari ini.
Pertama kali mengenalnya, jujur, aku sangat takut padanya. Well, aku memang punya banyak salah, alhasil hatiku selalu ciut ketika berhadapan dengannya. Ditambah lagi, dia memiliki aura kaku dengan bahasa tubuh yang super tegas. Oh dear, jangan pernah menyuruhku bercanda di depannya, aku nggak bakal minat melakukannya. Alih-alih ketawa, dia pasti malah masang muka what are you doing dan akhirnya aku harus mengenyam tengsin karena gagal melucu. Efek-efeknya, aku bakal ngerasa tolol banget, plus wajahku menggagu dengan sukses!
Aku pun berpikir, aku tidak mau terlibat emosi lebih dalam dengan orang ini.
Kau tahu, yang terjadi justru kebalikannya. Tidak kuduga, ternyata dia memerhatikan tingkahku yang wara-wiri di Kemilau Cahaya Emas. Alam bawah sadarku mulai terusik ketika dia rajin meninggalkan remah roti. Rasanya tuh seperti antena yang menemukan titik target di luar beam. Umm jadi wajar dong, aku curigation. Toh mikrokontrolernya masih memproses, ini masuk kategori noise atau signal?
Hey, kurasa dia adalah seorang esper!
Jangan salah paham, bukan dalam arti negatif ya. Asal kau tahu saja, dia tuh punya bakat membaca pikiran. What a surprised! Kayaknya dia lebih pantes jadi psikolog dibanding ahli biologi, deh. Soalnya ini pertama kalinya, aku bisa bercerita bebas tentang pandanganku pada seseorang. Alasannya sederhana, karena dia cepat tanggap dan nggak mudah salah paham. Klik! Dalam sekejap dia bisa mengikuti alur pembicaraanku, plus bisa memberi pandangan lain yang tidak pernah terpikirkan olehku sebelumnya. Sosok yang keren.
Lalu sebuah peristiwa mematikan terjadi. Akibat kelalaianku dalam bergaul dan memercayai orang, aku terkena fitnah di dunia maya. Kau masih ingat tidak, masa dimana aku menutup kolom komentar di Kemilau Cahaya Emas? Ting! Tong! Yup, di situlah huru-hara fitnah itu terjadi. Kalau dibayangkan lagi, hatiku jadi merapuh. Mau bagaimana lagi, itu adalah memori yang benar-benar menampar wajahku.
Aku seperti diingatkan dengan hadits Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam oleh riwayat Abu Dawud, "Dan perumpamaan teman yang baik ibarat seorang penjual minyak wangi. Kalaupun ia tidak memberikan minyak wanginya, setidaknya kita mendapatkan aromanya yang semerbak. Sementara perumpamaan teman yang jahat, tak ubahnya pandai besi. Kalaupun kita tidak terkena asap hitamnya, setidaknya kita akan mencium bau busuk dari tungkunya." Hadits shahih dalam kitab Al-Adab (4191).
Aku membusuk. Dan dia datang menolongku bak penjual minyak wangi.
Sampai detik ini, aku masih tidak tahu bagaimana berterima kasih padanya. Dia sangat berjasa. Karena dia, aku bisa lihai menilai pandai besi yang menyamar. Jadi alhamdulillah hari-hariku selanjutnya tidak terlalu berasap dan berapi. Dan sejak saat itulah, aku menempatkannya di daftar orang-orang yang akan kusms kalau hatiku sedang sesak dan butuh pencerahan. Ya, aku suka dia. Aku suka caranya memandang hidup.
Er-rr, apa aku jatuh cinta padanya?
Mungkin. Faktanya, aku memang terpikat padanya. Ugh, aku tidak bercanda. Memang di awal masa aku bahkan tidak berani mendekatinya tapi ... tapi ... semua berubah sejak negara api menyerang. Sejak dia datang dalam hidupku yang pink dan memberikan warna hitam putih yang bijak. Terharu. Wahai Rabb, terima kasih telah mendatangkan seorang saudari seiman yang senantiasa mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran.
Aku pernah berkata padanya, "Aku ingin ke alternative universe, ke dunia imaji yang tidak akan pernah terjadi. Aku ingin ke sana, ke tempat dimana aku bisa menemukan dirinya dalam wujud laki-laki."
Senyumku mengembang saat dia tergelak lepas karena pernyataanku itu. Aku sadar, aku salah mengartikan ketegasan dan kekakuan sikapnya. Otakku salah mengolah data yang dilihat mata. Otakku tidak mempertimbangkan asas praduga tak bersalah yang dibawa oleh hati. Sayangnya, bukan hanya aku yang seperti itu. Orang-orang di sekitarnya juga salah menyusun puzzle perangainya.
Miris? Nggak juga, ah.
Jujur saja, tidak ada yang perlu dikasihani. Aku selalu berpikir, mengapa sih kita harus memaksa orang-orang melihat apa yang tidak mereka lihat? Biarkan saja. Toh tidak ada kebohongan di sini. Dan yang terpenting kan, kita nggak pernah berniat jahat pada siapapun. Kalau kemudian, mata mereka terbuka dan melihat hal-hal yang dilihat oleh hati, yah itulah yang namanya spesial. Kalau sampai akhir, ternyata mereka tidak juga bisa melihat, berarti mereka bukan sosok yang ditakdirkan untuk menjadi teman dekat.
Sekarang aku bisa memandangnya dengan cara yang berbeda karena tahu sosok aslinya gimana. Itupun aku yang berusaha memahaminya sendiri. Tentunya tanpa unsur paksaan. Slow down. Emm, kalau disuruh menyama-nyamakan, dia itu, maksudku gayanya, sangat mirip dengan sosok khalifah yang meluruskan shaf shalat dengan pedangnya. Ya, tingkahnya nyaris sama dengan sosok sahabat Umar bin Khattab. Sugoi desu ne?
Bermulazamah dengannya, membuatku sadar, sepertinya aku butuh sosok seperti Umar bin Khattab untuk menjadi partner hidupku. Ini hanya pendapat pribadi saja ya. Rasa-rasanya aku butuh sosok seperti dia. Sosok yang akan memarahiku habis-habisan kalau aku melakukan kesalahan. Sosok yang tidak akan terlena dengan sifat manja dan cengengku. Sosok yang tanpa ragu menuntunku ke jalan hidayah hingga kelak di penghujung napas.
Suatu waktu, dia pernah bergumam, "Kenapa ukhuwah ini terjalin justru di detik-detik akhir kebersamaan ya?"
Aku tidak bisa memberikan jawaban. Kenyataannya, saat ini, aku memang sudah tidak berada di dek yang sama dengannya. Ketika dia masih dipercaya untuk menjaga haluan, aku dipindahkan ke buritan. Meski begitu, agar bahtera tidak tenggelam, kami tidak pernah mengeluh dan berjuang maksimal di posko masing-masing.
Nah, inti cerita kali ini adalah ... uhm ... aku tidak sedang menggosipinya loh. Awas saja kalau asal ngomong, hahaha. Fine, jadi begini, aku ingin membesarkan hatinya. Aku ingin dia tahu bahwa dia spesial, sebagaimana adanya dia. Aku ingin dia mencoba untuk memenangkan hati dan melepaskan beban pikirannya. Tidak perlu memaksakan orang lain mengerti. Toh akan tetap ada orang-orang yang bisa mengerti dirinya. Akan tetap ada orang-orang yang menyukai dirinya apa adanya. Aku, salah satunya.
Makassar, untuk dan hanya untuk akhwat pejuang di bumi aurora.
Tertanggal 09 Juni 2013 Miladiyah - 30 Rajab 1434 Hijriyah.
eh-hmmm...
ReplyDeletesiapa yang seperti Khalifah Umar Bin Khathab...
hayoooo..... Alhamdulilllah deh..
ufh.... cewek yah yund ╮(╯▽╰)╭ kirain.. hehee... indahnya saling menguatkan.. aduh aduh.. memangnya siapa yg fitnah itu.. ugh.. yg sabar yaa.. :)
ReplyDeletehmm... moga gag cma sekedar noise ya namun suatu signal yg kuat bagai suatu gelombang elektromagnetik.. o_O
ReplyDeletealhmdlh.. !
ketemu saudari seiman yg bs saling mnguatkan, senengnyyaaaa :D
ReplyDeletesmoga terus menguatkan yah may, wlaupun sudah berbeda haluan :), dan umar bin khatabnya segera datang aamiin:)
ReplyDelete:)
ReplyDeleteSemoga Allah selalu menguatkan dalam keimanan kk..
akan selalu special :)
ReplyDeleteya, aku ingat siapa yg kamu maksud, aku mengenalnya baru kemarin2 ini...
ReplyDelete^_^
kalian berdua sama2 pejuang, semangat ya...!
tetap saling memberi dukungan, walopun udah ga di t4 yg sama.. :)
ReplyDeleteMeski sudah berbeda haluan, selama tujuan masih sama. masih lebih besar persentasenya untuk ke muara yang sama. Insya Allah, Aamiin :)))
ReplyDeleteTetap semangat.. ^_^
ReplyDeleteSatu kata mbak, "Subhanallah" :D
ReplyDeletemantab gan ceritanya.. enaknya sambil makan popcorn nih enaknya :D
ReplyDeletetetap berpegang teguh ama iman mbk deh ya :)
ReplyDeletetebak2an yah May?
ReplyDeletesiapa ya?
hem... aku nyerah deh..
Semoga dia tahu. Tapi kamu pasti lebih tahu. :)
senyum
Semangat3x...!!!,
ReplyDeleteWalaupun berbeda tapi tujuannya sama... :)
tak apa.
Ukhuwah itu ibarat satu janji yg dibuat dlm hati, tak dapat ditulis dan dibaca, tak terpisah oleh jarak dan masa. Sedetik di mata, selamanya di jiwa. Ya Allah..., kuatkan tali ukhuwah diantara keduany. Amin...
ini bukan tentang prahara di PKS kan, tentang pertemanan dg ahmad fatonah yg masih jadi berita abu2, memilih teman emang gak bisa sembarangan, kalo sy tsiqoh ama yg di halaqoh sj, kalo yang di luar komunitas, mesti bersabar mencari teman seperjuangan
ReplyDeleteBismillah
ReplyDeleteSepertinya ada sedikit salah kaprah dgn tulisan dek Maya, kalau dari pengamatan saya hmm, Maya tidak "bercerai" dengan sang Akhwat, sang Akhwat masih di haluan memegang kemudi kapal sedangkan Maya harus naik sekoci ke Pulau dakwah bil Qalam-nya, visi misinya tiada berubah. Hanya fokus pekerjaannya yang semakin spesifik dan profesional. Salam Ukhuwah ^^
siapa dia? perempuan hebat pastinya...
ReplyDeletekok perempuan hebat. Kan sudah digambarkan seperti umar bin khatab.
DeleteTapi tunggu dulu akhwat itu cewek apa cowok kak?
jatuh cinta, begitu indahnya hahaha
ReplyDeletesiapa sih kak maya sosok yang seperti umar bin khatab itu. Dari cerita yang kak maya sampaikan, sudah tergambar ketegasannnya seperti apa.
*gaya bahasanya pas banget dengan bahasa informatika dan diselipkan canda saat negara api menyerang. Sebuah inspirasi untukku dalam penulisan artikel.
@Insan Robbani Dia pemimpinku kak :)
ReplyDeleteTabaarakallahu Ta'ala..
@Uswah ting! tong!
ReplyDeletehihihi :) iya mbak uswah, yang kuceritakan ini cewek kok.
Ugh, itu bagian dari masa lalu mbak. Sumpah, pahit banget :(
@capung2 ^^ insyaa allah...
ReplyDelete@octarezka that's rite XD
ReplyDelete@meutia rahmah Insyaa Allah tetap bisa saling menguatkan kak, wong cuma pindah divisi saja :)
ReplyDeleteInsyaa Allah... Aamiin...
@F.A Aamiin...
ReplyDelete@Lidya - Mama Cal-Vin :)
ReplyDelete@Penghuni 60 benar sekali wan :) Maasyaa Allah!
ReplyDelete@covalimawati Iyaa mbak, udah beda divisi. Semangatnya jadi sedikit berbeda pandangan ^^ tapi Insyaa Allah, tetap saling mendukung!
ReplyDelete@@uzayzie Allahu Akbar!
ReplyDelete@Hendra Hacc terima kasih
ReplyDelete@Sri Efriyanti az-Zahra Harahap Subhanallah!
ReplyDelete@posting review ^^
ReplyDelete@shopaholic Allahu Akbar!
ReplyDelete@Annur eL Karimah Ahh nur, dikau ngegemesin banget sihh XD hihihihi
ReplyDelete@Muchlis_zain Sepakat! Insyaa Allah. Aamiin...
ReplyDelete@rusydi hikmawan Sama sekali nggak berhubungan dengan prahara PKS. Pak rusydi salah tafsir nih :)
ReplyDelete@rezkybatari Benar seratus persen!!
ReplyDelete@jiah aljafara Sa-ngat!
ReplyDelete@HP Yitno Ehem... dia perempuan loh :)
ReplyDelete@penulisgoblok akhwat itu cewek ^^
ReplyDelete