Hikmah Lara Cintaku

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Hikmah Lara Cintaku
Insan Robbani | Media Robbani

Pernikahan merupakan penenang bagi jiwa, penentram hati, peneguh iman sekaligus sebagai sarana bagi suami istri mencurahkan kasih sayang, mewujudkan kerukunan, saling berbagi, saling nasehati dan bertoleransi, dengan harapan agar keduanya menciptakan suasana yang indah, berbahagia dan mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah.

Sungguh tidak pernah terpikirkan jika aku harus menikah di usia yang relatif muda. Ya, di usia dua puluh dua tahun aku dituntut harus menjadi seorang pria yang lebih mandiri bukan hanya memimpin diri sendiri tetapi harus menjadi pemimpin bagi istriku. Menikah di usia muda bukan hal yang mudah tapi bukan hal yang sulit juga jika kita mau belajar memaknai sebuah pernikahan.

sakinah mawaddah warahmah
Memaknai Sebuah Pernikahan - sumber gambar

Sudah sering kali perjalanan cintaku terbentur dengan kokohnya tembok sebuah adat istiadat di tanah kelahiranku. Perlakuan diskriminatif pun sering kualami ketika rasa cinta sudah berada di puncak titik keseriusan. Kalimat bebet, bobot, bibit dan babat kerap menjadi penghalang cinta yang sudah kupupuk bersamanya. Apalah artinya sebuah cinta bila tidak masuk kriteria yang empat tadi. Itulah mungkin kalimat yang tepat untuk menggambarkan kepedihan cintaku.

Tidak ada yang harus disalahkan jika aku dilahirkan dari Ibu berdarah Jawa dan Ayah dari Jepang. Semua sudah menjadi takdir dari-Nya dan akupun tidak menyalahkan keluarga si dia jika masih belum sepenuhnya percaya dengan keislamanku. Dianggapnya hijrahku menjadi muslim menyimpan niat terselubung. Ya Allah hanya Engkaulah yang tahu ketulusan hatiku.

Dalam hatiku selalu bertanya, bukankah setiap muslim adalah sama? Punya kedudukan yang sama di hadapan Allah, lantas kenapa diskriminasi masih ada? Kenapa feodalisme masih tumbuh subur di hati manusia? Itulah pertanyaan yang tak pernah terjawabkan. Seolah harta, kedudukan dan kasta menjadi standard untuk menentukan sebuah perjodohan. 

Padahal belum pernah ada sebuah riwayat bahwa Rasulullah yang menanyakan, "Berapa penghasilanmu dalam sebulan? Atau berapa kekayaanmu di bank?" Akan tetapi yang ditanyakan adalah "Apa yang engkau punya untuk dijadikan mahar? Mungkin ia mempunyai cincin besi. Jika tidak, mungkin ada pakaiannya yang lebih. Jika tidak, malah ada yang hanya diajarkan agar membayar maharnya dengan menghafal sebagian surat Alquran."

Ah, biarlah manusia punya pola pikir yang berbeda dan punya keputusan sendiri yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti. Akhirmya kutepis rasa kecewa dengan kalimat, "Mungkin dia belum jodohku." Sambil mencoba bersabar dengan ketentuan takdir yang diberikan padaku. Allah Maha Tahu dan Maha Mendengar. Kesabaranku dibayar tuntas dengan menurunkan dari langit seorang wanita cantik keturunan Jawa dan Arab untuk dipertemukan denganku.

Perkenalan kami hanya singkat karena kami dilarang berpacaran. Jika serius, harus langsung dipinang dan dinikahi. Lampu hijau sudah diberikan bahkan tanpa sepengetahuanku antara kedua orang tua sudah ada pembicaraan dan kesepakatan untuk menikahkan kami berdua. 

Ah! Bagai petir menyambar di siang bolong. Hampir tidak percaya dengan kata-kata Ayah yang disampaikan padaku. Agar aku segera menikah dengan Fatma seorang wanita yang sebenarnya belum lama aku kenal.

"Hah...!! Menikah...?" ucapku kepada ayah setengah kaget. Apakah aku akan sanggup menafkahi keluargaku dengan kondisi sekarang ini yang notabene baru beberapa bulan bekerja di sebuah perusahaan swasta di Surabaya. Belum lagi ada tanggungan cicilan yang harus kuselesaikan.

"Jika pernikahan membuat manusia menjadi miskin, maka sedari awal Islam tidak akan mewajibkan umatnya untuk menikah."

Sebaris kalimat nasehat Ayah inilah yang sangat memotivasi diriku, membuatku merasa nyaman dan tenang untuk memenangkan hati yang bergejolak. Ya, betul apa yang disampaikan ayah, bukankah Allah sendiri berjanji akan menjamin rezeki hamba-Nya yang mau bertakwa kepada-Nya melalui firman-Nya :

"Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Terjemahan QS. An-Nur : 32) 

sebuah perjalanan cinta
Tanpa keglamouran pesta pernikahan - sumber gambar
Dengan mengucap Bismillah kumantapkan hatiku, kuyakinkan diriku bahwa Allah telah memberikan yang terbaik padaku. Allah memberikan amanah yang harus kupegang teguh. Menjadi imam bagi istriku dan anakku kelak, bertanggung jawab sepenuhnya atas baik dan buruknya keluargaku. Maka dengan resepsi sederhana tanpa mengurangi nilai kesakralannya, aku pun duduk bersama istriku di pelaminan dihadiri saudara dan kerabat dekat tanpa keglamouran pesta pernikahan.

Hari ini, lima belas tahun usia pernikahanku dan Alhamdulillah kami dikaruniai satu anak laki-laki. Sebuah perjalanan cinta yang lumayan panjang. Dalam rentang waktu itu, bukan berarti tanpa riak-riak yang mengganggunya, bagaimanapun menyatukan dua karakter yang berbeda bukanlah semudah membalikkan telapak tangan, butuh perjuangan dan pengorbanan. Berjuang melawan ombak dan badai agar bahtera rumah tangga tidak gontai bahkan tenggelam oleh arus yang deras. Berkorban untuk menyelaraskan dan mengendapkan ego masing-masing agar tidak ada dua nahkoda dalam bahtera tersebut.

Suami dan istri ibarat sebuah mata rantai yang saling memiliki keterkaitan dan saling membutuhkan antara satu dengan yang lain. Tiap-tiap diri punya peran dalam membentuk suatu mahligai rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Tidak ada yang saling diunggulkan dan tidak ada yang direndahkan, semua punya peran penting sesuai kodradnya. 

Tidak ada cara atau kiat yang baik untuk menjaga keselarasan berumah tangga selain menghadirkan nuansa Islami dalam kehidupan kita. Membiasakan shalat berjamaah minimal saat maghrib dan subuh adalah solusi yang tepat, karena dengan sholat bersama kita merasakan bahwa diri ini adalah hamba yang lemah di hadapan sang Maha Tinggi, sangat tidak pantas jika kita menyombongkan diri di hadapan-Nya.

Senantiasalah mengingat hakekat Syahadat sewaktu menjalankan ijab qabul. Dengan membaca dua kalimat syahadat berarti kita sudah berikrar dihadapan Allah dan Rasul-Nya untuk menjalani kehidupan keluarga berdasarkan syariat dan hukum-hukum yang sudah ditentukan Islam. Maka jangan pernah mencoba mengingkari janji yang sudah kita ikrarkan sendiri. Bagi sang suami, jadilah sosok moderat yang bisa melindungi dan menjadi panutan sang istri. Bagi sang istri, jadilah sosok yang hormat dan patuh kepada suami selama tidak melanggar ketentuan Allah.

Dan terakhir aku berharap semoga adikku Maya selalu dibimbing Allah dalam kehidupannya. Terdapat berkah dalam pernikahannya nanti. Poin pentingnya, semoga dalam berumah tangga kelak, bisa bahu-membahu dalam kebenaran yang mengantarkan menuju surga-Nya. Aamiin.

Surabaya, 23 Agustus 2012.


-----------------
BIODATA PENULIS
-----------------
Insan Robbani bukanlah seorang penulis yang hebat, bukan pula seorang yang pandai merangkai kata indah, dia hanya seorang manusia yang ingin menyuarakan indahnya Islam yang dikemas dalam sebuah blog sederhana. Dilahirkan di kota Pahlawan Surabaya dari keluarga non muslim, menuai kisah perjalanan hidayah yang tidak mulus hingga kemudian membawanya berhijrah menuju indahnya Islam. Maka tidak heran jika dia selalu meneriakkan kalimat, “Aku bangga menjadi muslim.” Dan motto itulah yang tersematkan di header blog www.mediarobbani.com. Untuk menghubungi penulis lebih lanjut, silakan kirim email ke alamat media_robbani@yahoo.com.

92 comments:

  1. Alhamdulillah, makasih atas doanya kak :) manis sekali ^^ Insya Allah. Aamiin...

    ReplyDelete
  2. Subhanallah dapet pelajaran dari sini ^^
    Rencana Allah memang selalu lebih indah ;)

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah, suatu kehormatan bisa berpartisipasi di Kemilau Cahaya Emas, karena tulisan yang tidak jelas begini bisa mejeng di blog yang cantik...
    terimakasih Adik Maya..

    ReplyDelete
  4. @Nurmayanti ZainSemoga Maya tetap menjadi kebanggaan keluarga dan kakak juga ya...

    ReplyDelete
  5. Hiks.. tulisan mas Insan sering banget bikin saya terharu T,T
    Subhanallah..

    ReplyDelete
  6. Tulisan Mas Insan memang padat bergizi :D
    Suka bacanya, penuh hikmah.

    ReplyDelete
  7. suka sama tulisan ini :
    "Suami dan istri ibarat sebuah mata rantai yang saling memiliki keterkaitan dan saling membutuhkan antara satu dengan yang lain. Tiap-tiap diri punya peran dalam membentuk suatu mahligai rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Tidak ada yang saling diunggulkan dan tidak ada yang direndahkan, semua punya peran penting sesuai kodradnya."

    setidaknya memng benar smoga rumah tangganya kang insan ttp awet saknah mawadah warahmah aamiin.

    do'akan juga utk ukhti Maya, agar ia mendpatkan yg dekat pabila jauh. aamiin.

    smoga utk yg belum juga bisa membaca tulisan ini.
    Renungan luar biasa.

    ReplyDelete
  8. Semoga mas Insan dan keluarga selalu dalam lindungan Allah SWT. Selamat buat kehidupan luar biasa yg diberikan Allah....

    ReplyDelete
  9. wah artikelnya jadi bikin saya gimana gituuu ya . . .

    Semoga segera dipertemukan sama jodohnya bagi yg blm ketemu sama jodohnya

    :peace

    ReplyDelete
  10. @Yunda HamasahKirain padat merayap, padahal mudik lebaran udah selesai.
    makasih mbak Keke...

    ReplyDelete
  11. @Annur eL KarimahBetul Adik Annur, jangan pernah merasa takut menikah, karena Rezeki sdh dijamin..

    ReplyDelete
  12. waduh, saya malah bingung. ini tulisan siapa. rada lambat loading. habis, maya yg nge-post tapi kok maya berterimakasih di komennya. ternyata tulisannya orang. ahahaha, gak mudeng saya... :D

    ReplyDelete
  13. penuh hikmah yatulisannya mas ihsan. menikah muda siapa takut gitu ya mas :)

    ReplyDelete
  14. MasyaAllah.. menyejukkan sungguh!
    Tulisan ini buatku terpana.. :))

    barakallah kak insan untuk tulisannya, dan kak maya sebagai penyalur #eh?

    ^^

    ReplyDelete
  15. @Lidya - Mama Cal-Vinsiapa takut, Istri sudah ada menjamin rejekinya kok mbak Lidya

    ReplyDelete
  16. @Basmah Thariqwah adik Basmah...
    ngucapin Barakallahu laka wabaraka 'alaika wajama'a bainakuma fi khoir

    ayo udah ikutan partisipasi di Kemilau Cahaya Emas blom nih?

    ReplyDelete
  17. saya hanya manggut-manggut saja menikmati bahasa halus yang saya nggak pernah bisa bikinnya.

    ReplyDelete
  18. Wah, perjalanan hidup yang begitu mengesankan. Allahu Akbar....

    Doanya buat mbak Maya dalem banyet. Amin, amin ya Rabb!

    ReplyDelete
  19. loh?
    ini cowok pa cewek sih?

    bingung T.T

    ReplyDelete
  20. @MOhamad RivaiAh Ketauan Mas Mohamad Rivai tidak baca artikelnya... hehehe

    ReplyDelete
  21. subhanallah...
    saya hadir disini hanya sebagai reader tapi baca artikelnya saya seakan hidup dalam cerita...
    tulisannya benar2 bisa memberi nasehat pada setiap orang... yang paling saya sukai pada saat ayahnya memberi nasehat atas keraguan yang terpaut dalam hati....

    "Jika pernikahan membuat manusia menjadi miskin, maka sedari awal Islam tidak akan mewajibkan umatnya untuk menikah."

    ReplyDelete
  22. @Insan Robbani Hohoho, aku nih kak yang berterima kasih :) Alhamdulillah sekali deh rasanya~

    ReplyDelete
  23. @Annur eL Karimah Aaahhh, ukhti nur, aku jadi malu nih (-'_'-) hihihi. Aku Aamiin-kan saja deh. Eh, dan untukmu juga ukhti :)

    Yeah, renungan luar biasa :D
    barakallahu fiik untuk kak insan.

    ReplyDelete
  24. @Rumah Al Banna Gimana gitu? ^^
    Yaaa, mari kita berikhtiar dan berdoa :)

    ReplyDelete
  25. @haps dw Hahaha :D lost fokus nih! Fine ^^ thanks udah mampir.

    ReplyDelete
  26. @Ian Konjo Ipass Begitu menggetarkan hati pembaca, Masya Allah.

    Hohoho ^^ terima kasih sudah di-aamiin-kan juga.

    ReplyDelete
  27. @Chumhienk™ Alhamdulillah, benar memberi pelajaran yang berharga :)

    ReplyDelete
  28. nice post ☺ muslim sejati, bukan karena ortu.. top deh..
    rivai@ klo bingung pegangan gan? hehe

    ReplyDelete
  29. Seperti halnya hidup, mati dan rejeki, maka jodohpun adalah sebuah misteri. Kesana kemari mencari, tak tahunya jodoh sudah ada di sisi. Lama berikthiar justru menikah dengan orang yang baru dikenal. Begitulah, yang seringkali ditemui di kenyataan.
    Saya selalu kagum dengan tulisan-tulisan Mas Budhi, hingga seringkali bingung mau berkomentar apa lagi.Terima kasih pengingatnya, Mas. Insya Allah, ini menjadi spirit buat saya pribadi untuk mulai berbenah diri, mencari ketenangan beribadah dengan berumah tangga ( lagi ).

    ReplyDelete
  30. @x-man bukan karena ortu? maksudnya?
    pegangan, karena pusing gitu? :o

    ReplyDelete
  31. @Abi Sabila Oh Masya Allah Barakallahu fiik abi :) semoga mendapatkan yang terbaik.

    ReplyDelete
  32. Bukan karena ortu maksudnya bukan muslim keturunan.. melainkan hasil sebuah pencarian ☺
    oia, rivai dah pegangan lm tuh? hehe

    ReplyDelete
  33. @x-manSalam kenal mas x-man, ada sedikit kisah yang pernah saya tulis di sini http://www.mediarobbani.com/2012/01/kado-terindah-dari-allah.html

    ReplyDelete
  34. salam kenal sangat bagus artikelnya

    ReplyDelete
  35. Mantap banget nih artikelnya, walaupun nikah muda sampai bertahan hingga 15 tahun ! saluuutt :)

    ReplyDelete
  36. doa terindah dr seorang sahabat,,,mimi meng aminkan yaaaa

    ReplyDelete
  37. Hal yang tersulit bagiku adalah meyakinkan kedua orang tua yang masih mengikuti tradisi.
    - Menikahlah dengan orang yang dekat aja
    - Menikahlah dengan suku yang sama

    Bagaimana nih sob berdiskusi dengan kedua orang tua dengan cara yang baik.

    ReplyDelete
  38. Tulisan yg sarat hikmah dan menyejukkan..

    ReplyDelete
  39. @Chumhienk™Terimakasih mas Chumhienk...
    jika belum menikah bersegeralah, tidak akan bangkrut dari perikahan, yang ada akan bertambah rezekinya dari arah yang tak terduga, karena Anak dan Istri membawa rezeki

    ReplyDelete
  40. @jhonytatoSalam kenal juga, alhamdulillah jka berkenan membacanya

    ReplyDelete
  41. @Hznditerimakasih, resepnya sederhana menghargai pasangan

    ReplyDelete
  42. @HP Yitnoyang di kehendaki ortu tidak salah sebenarnya mas, hanya hrs perlu melihat skala prioritasnya, janganlah berkehendak yang melebihi kehendak Allah dan Rasulnya, jangan membuat aturan dibalik aturannya yg sudah ditentukan Allah.

    ReplyDelete
  43. @Abi SabilaSaya selalu tersanjung dengan komentar2 Mas Abi, hingga seringkali bingung mau berkata apa lagi jika yang berkomentar penulis favorit saya.Terima kasih apresiasinya mas.

    semoga Allah segera menurunkan lagi bidadari dari langit untuk Mas Abi dan ananda Sabila.. Aamiin

    ReplyDelete
  44. SEMOGA MAYA SELALU DI BIMBING ALLAH DALAM KEHIDUPANNYA...

    ReplyDelete
  45. kalau sudah meneguhkan janji di hadapan ALLAH...jangan nekat untuk mencoba mengingkari-nya.....
    semoga Maya dan pernikahannya, senantisa sehat-bahagia selalu dalam lindungan ALLAH :)

    ReplyDelete
  46. Postingan yang mampu memberi semangat bagi yang mau menikah atau sesudah menikah. Jangan takut akan kekurangan rezeki.

    ReplyDelete
  47. anaknya pasti cakep yah, perpaduan jawa-jepang-arab hehehee

    ReplyDelete
  48. nasihatnya manteb banget... ^^ :yeyey.. ^^

    ReplyDelete
  49. Ikut menyimak, menghayati dan Insya Allah mengamalkan :)

    ReplyDelete
  50. @Mila Saidmohon doanya bisa vakep fisik dan cakep akhlaknya

    ReplyDelete
  51. @Djangkaru Bumijika bener2 beriman insya Allah tidak akan takut, karena janji Allah pasti ditepati

    ReplyDelete
  52. @RahMasesuai tema yang diberikan si empunya blog

    ReplyDelete
  53. @x-man Oh I see :) Masya Allah perjalanan hidayahnya yaa kak insan.

    ReplyDelete
  54. @HP Yitno Hmm, Insya Allah tak ada yang susah Hadi. Tetap ikhtiar dan do'a :)

    Biar Allah yang menentukan hasil-Nya. Semangat! Allahu Akbar!

    ReplyDelete
  55. @Mila Said Insya Allah cakep akhlak dan fisik, hehe =)

    ReplyDelete