Menikah itu Tak Melulu Indah

Bismillaahirrahmaanirrahiim

MENIKAH ITU TAK MELULU INDAH
Mugniar Marakarma | Sebuah Renungan

Tak ada ruginya mengamati banyak rumah tangga di sekitar kita. Bukan untuk dipergunjingkan, bukan. Tapi untuk mengambil hikmah yang banyak terserak di dalamnya. Tak ada ruginya yang sudah berumah tangga mengamati rumah tangga lain sebatas yang diamati, untuk mengambil pelajaran bagi rumah tangganya sendiri, selama tidak mengubek-ubek hal yang menjadi privasi rumah tangga yang tengah diamati itu.

Bagi para lajang, tak ada ruginya pula mengamati sekitar kalian. Amati rumah tangga kakak-kakak, orangtua, tetangga dan teman-teman kalian supaya kalian memiliki banyak bekal bila kelak melangkah ke jenjang yang sepintas oleh kalian terlihat seperti bertabur bunga, madu dan segala hal yang indah-indah itu. Rauplah sebanyak-banyaknya pengetahuan karena memasuki jenjang pernikahan itu ibarat menuju ke sebuah tembok tinggi yang di baliknya ada miliaran tanda tanya besar yang menunggu untuk dituntaskan.

Bagi adik-adikku, saudara-saudaraku, keponakan-keponakanku, tolong ingat dua hal ini :
  1. Menyegerakan menikah memang sunnah, tetapi tergesa-gesa itu dekat dengan mudharat. Namun bedakan antara menyegerakan dan tergesa-gesa. Ada orang-orang yang mengira sedang menyegerakan tetapi pada kenyataannya ia tergesa-gesa. Akibatnya banyak orang terdekat yang dirugikannya selama proses pernikahan bahkan selama ia berumah tangga karena ia tak dapat memikul tanggung jawab yang banyak pasca pernikahan.
  2. Tanggung jawab adalah hal yang akan berkali-kali dituntut dalam berumah tangga. Lihat saja, begitu banyak anak terlantar karena orangtua mereka yang tak siap menerima kehadirannya. Juga semakin banyak perceraian yang terjadi setelahnya karena berbagai sebab.
Mempersiapkan diri sebelum menikah bukan hanya persiapan fisik, organ reproduksi dan ilmu tentang malam pertama. Tetapi juga menyangkut kepemilikan akhlak yang baik. Buka mata kita. Ada orang-orang yang secara kasat mata terlihat begitu shalih tetapi setelah berumah tangga ia tega melakukan hal-hal yang tak baik, menyiksa istrinya dengan pukulan misalnya. Ini karena keshalihan perbuatannya tak merasuki batinnya. Teliti akhlak kalian. Sudah layakkah kita membuat pasangan kita menerima kita sebagai pribadi yang komplit, dengan kelebihan sekaligus kekurangan?

bunga hati
Sudah layakkah kita? - sumber gambar

Menikah itu tak melulu indah. Kolaborasi dengan pasangan akan membuka semua, tidak hanya kelebihan tetapi juga kekurangan kita. Jangan sampai ada pihak yang terzalimi kelak.

Waspada dan berdo’alah dari empat hal yang bisa merusak keharmonisan rumah tangga ini. Jangan sampai kita sendiri yang memilikinya. Sifat-sifat ini bisa ada pada siapa saja, bahkan pada orang-orang yang sepintas lalu terlihat shalih sekali pun :
  1. Konsumtif. Ada orang-orang yang tak bisa membedakan mana barang yang memang benar-benar dibutuhkan atau sekadar diperlukan. Sudah punya tiga tas yang masih bagus, masih saja tergiur dengan tas model baru yang harganya cukup menguras kantong. Kalau keadaan keuangan memungkinkan, okelah. Tapi kan bisa saja tak selamanya demikian? Lebih baik sifat konsumtif tidak dipelihara, masih banyak orang yang butuh disedekahi di dunia ini.
  2. Pembicara yang baik, bukan pendengar yang baik. Ada orang-orang yang sepintas bisa melenakan dan menghibur ketika berbicara tetapi ketika orang lain bahkan pasangannya sendiri yang berbicara tak diindahkannya. Tak bisa diajak bertukar pikiran, hanya mau menang sendiri. Diberi usulan saja tak mempan, apalagi didebat.
  3. Temperamental. Sekali dua kali pertemuan tak bisa membongkar watak seseorang temperamental ataukah tidak. Bayangkan jika kita seumur hidup terjebak dengan orang yang memiliki sifat ini, sedikit-sedikit marah. 
  4. Sulit membedakan yang penting dan tidak. Banyak sekali waktunya terbuang untuk hal yang sia-sia. Tanpa sadar waktu dan perkembangan zaman bisa menggilasnya. Ada orang-orang yang sibuk dengan hal-hal tak penting semisal ngobrol ngalor-ngidul, main catur, game, dan lain-lain selama berjam-jam.
Coba bayangkan kalau pasangan kita memiliki keempat-empatnya. Wuiii, seram ya? Tapi bagaimana kalau ternyata kita yang memiliki keempat-empatnya? Lah satu saja tapi kronis sudah menyusahkan orang lain. Iya kan?

Kalau kita ikhlas menerima apa adanya pasangan, syukurlah. Tapi yang namanya manusia, biasanya ada batasnya. Bayangkan saja kalau puluhan tahun sekamar dengan orang yang seperti ini? Lebih baik tidak berangan-angan mengubah orang lain. Sudah banyak kisah, orang-orang yang akhirnya hanya bisa memble karena gagal mengubah pasangannya. Lah kalau yang bersangkutan tak merasa ada yang perlu diubah pada dirinya, tak merasa ada yang salah pada dirinya, adakah kuasa orang lain untuk mengubahnya?

Menikah itu tak melulu indah. So, banyak-banyaklah berbekal. \(^__^)/


-----------------
BIODATA PENULIS
-----------------
Mugniar Marakarma adalah seorang muslimah berdomisili di Makassar. Lulusan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Istri dari Solihin Tahir. Ibu dari Affiq, Athifah dan Afyad (lahir tahun 2001, 2006 dan 2009). Hanya seorang sederhana penyuka menulis yang suka mendokumentasikan hidup dan renungannya ke dalam sebuah blog yang beralamat di http://mugniarm.blogspot.com/. Buku Lakon Fragmentaris (LeutikaPrio, 2012) adalah bukti nyata gemarannya menuangkan cuplikan-cuplikan realita dari kehidupannya. Mau mengenal penulis lebih dalam atau tanya-tanya lebih lanjut? Silakan kontak penulis via email di alamat mugniarmarakarma@gmail.com.

34 comments:

  1. mencintalah hanya karena ALLAH, dan menikahlah hanya karena ALLAH...maka insyaALLAH semua akan menjadi indah adanya.....dan sesungguhnya pernikahan karena ALLAH itu indah...karena ALLAH sendiri yang menjadi saksinya,
    dan sebelum membahas pernikahan itu tak melulu indah, ada satu pertanyaan yang menggelitik jiwa yaitu sudah kamu menentukan jodoh pilihanmu semata hanya karena ALLAH dan kemudian menikahinya semata karena ALLAH....salam :)

    ReplyDelete
  2. subhanallah, sebuah nasihat indah untuk yg sudah menikah dan akan menikah

    ReplyDelete
  3. Tulisan yang menarik!
    Ketika akan menikah, banyak orang salah kaprah bahwa jika telah menikah, maka sifat buruk pasangan (yang berdampak buruk bagi pernikahan) akan bisa dirubah. Inilah yang harus dihindari. Menikah bukanlah merubah seseorang. Tapi hidup sepaket dengan segala sifat baik dan buruknya.

    ReplyDelete
  4. iya sih emang :D
    susah banget kalo bertahun2 dengan orang yang ga mau berubah dari kesalahan karena menganggap kesalahan itu benar :)

    ReplyDelete
  5. banyak berbekal. ya, bener banget. berbekal. bagus banget dan mengena ni kata ini. setuju banget.

    ReplyDelete
  6. pernkahan oenuh dengan cobaan juga ya ada suka ada duka :)

    ReplyDelete
  7. saya punya temen di kampus yang sering ngajak diskusi tentang nikah, tentang bagaimana dia sudah menyiapkan mahar dan segala sesuatunya. iri juga dia sudah bisa mempersiapkan dari sekarang, tapi agak riskan juga karna masih kuliah.

    ReplyDelete
  8. tulisan tamu ya..
    asik tuh..

    memang menikah itu suatu pilihan yang amat sulit.
    kadang karena kecelakan mereka menikah.

    alhasil menyusahkan oertu dan kerabat

    ReplyDelete
  9. @BlogS of Hariyanto

    Ya, tepat Pak. Ada orang yang diberi keyakinan dalam menikahi pasangan ada juga yang tidak. Ada yang mengira diberi keyakinan padahal ia tengah "gambling".

    Khusus untuk mereka yang menjauhi pacaran, shalat istikharahlah berkali2 sampai benar2 yakin. Jangan hanya karena mengetahui latar belakang si dia yang kelihatannya sudah shalih(ah), kalian mantap memilihnya sementara belum ada tanda dari Yang Maha Menjodohkan.

    Kalian tak ingin "beli kucing dalam karung" bukan. Banyak yang bisa disembunyikan terkait akhlak sebelum menikah dan setelah menikah jika kalian mendapati si dia tak sesuai harapan, pasti kalian akan kecewa besar.

    Na'udszu billah. Adik2ku, saya harap tak ada yang mengalami lagi kekecewaan seperti yang pernah saya lihat/dengar dari kawan-kawan yang sebelum menikah sudah yakin pasangannya orang2 yg shalih(ah). Na'udzu billah. Ikut teriris hati saya bila mengingat nasib mereka ...

    ReplyDelete
  10. @Aisyah Al Farisi

    Subhanallah ... nasihat buat saya juga, Aisy ^__^
    Pa kabar, lama tak "jumpa"? ^__^

    ReplyDelete
  11. @Aisyah Al Farisi

    Subhanallah ... nasihat buat saya juga, Aisy ^__^
    Pa kabar, lama tak "jumpa"? ^__^

    ReplyDelete
  12. @Mayya

    Ya, benar Mayya. Setelah menikah yang kita harus usahakan adalah "berjalan di jembatan perbedaan" dengan pasangan. Tak mungkinlah kita mnegubah sseorang bila yang bersangkutan tak memiliki itikad untuk berubah :)

    ReplyDelete
  13. @Iskandar Dzulkarnain

    Ya, betul. Kalo sudah begitu maka kita yang harus berubah menyesuaikan diri dengan si dia. Tapi bakal sangat melelahhan lho ...:)

    ReplyDelete
  14. @Iskandar Dzulkarnain

    Ya, betul. Kalo sudah begitu maka kita yang harus berubah menyesuaikan diri dengan si dia. Tapi bakal sangat melelahhan lho ...:)

    ReplyDelete
  15. @Iskandar Dzulkarnain

    Ya, betul. Kalo sudah begitu maka kita yang harus berubah menyesuaikan diri dengan si dia. Tapi bakal sangat melelahhan lho ...:)

    ReplyDelete
  16. @zachflazz

    Yap ... mumpung "belum terlambat", selama belum nikah .. berbekal banyak2 dulu :)

    ReplyDelete
  17. @zachflazz

    Yap ... mumpung "belum terlambat", selama belum nikah .. berbekal banyak2 dulu :)

    ReplyDelete
  18. @zachflazz

    Yap ... mumpung "belum terlambat", selama belum nikah .. berbekal banyak2 dulu :)

    ReplyDelete
  19. @Lidya - Mama Cal-Vin

    Ya mbak Lid, itu sebuah keniscayaan. Segala sesuatu pasti ada ujian/cobaannya masing2 juga pernikahan. Syaitan akan dengan senang hati mengobrak-abrik rumahtangga siapa pun karena mereka senang sekali bila ada yang berpisah karenanya.

    ReplyDelete
  20. @Lidya - Mama Cal-Vin

    Ya mbak Lid, itu sebuah keniscayaan. Segala sesuatu pasti ada ujian/cobaannya masing2 juga pernikahan. Syaitan akan dengan senang hati mengobrak-abrik rumahtangga siapa pun karena mereka senang sekali bila ada yang berpisah karenanya.

    ReplyDelete
  21. @arikaka

    Bagus .. berarti dirimu sudah mulai berbekal dik. Jangan terpengaruh orang lain. Miliki pendpt sendiri dan pegang dengan kuat. Biarlah orang lain menikah muda tapi bila dirimu belum hendak, jangan sampai ikut2an.

    ReplyDelete
  22. @arikaka

    Bagus .. berarti dirimu sudah mulai berbekal dik. Jangan terpengaruh orang lain. Miliki pendpt sendiri dan pegang dengan kuat. Biarlah orang lain menikah muda tapi bila dirimu belum hendak, jangan sampai ikut2an.

    ReplyDelete
  23. @mohamad rivai

    Hai Rivai. Yang tak kecelakaan pun banyak yang menyusahkan orangtua mereka terutama ibu mereka. Bahkan yang rada berumur sekalipun. Dengan berbagai dalih, ibu mereka masih urun dalam urusan rumahtangga mereka.

    ReplyDelete
  24. hidup memang harus ada manis asinnya :D

    ReplyDelete
  25. @Mayya huum... menerima apa adanya yaa mbak~

    ReplyDelete
  26. @Iskandar Dzulkarnain nah itu berarti kan, dia nggak sadar kalau dia salah :D

    ReplyDelete
  27. @arikaka hehe semua terjadi untuk yang terbaik :) Insya Allah rejeki masing-masing sudah ditentukan kok.

    ReplyDelete
  28. @mohamad rivai iya, tulisan tamu.
    ^^ yah semoga tidak menyusahkan, semoga semuanya barokah :)

    ReplyDelete