Untukmu yang Berbahagia

Bismillaahirrahmaanirrahiim

UNTUKMU YANG BERBAHAGIA
Siti Rahmadayanti | Catatan SU

Kemarilah
Sudah saatnya kita berbicara
Sebelum janji itu benar-benar terucap

Ingin kukatakan padamu
Cita-cita itu masih sama dan kekal di hati
Menjadikan A-Qur’an dan Sunnah sebagai warna kehidupan

Barangkali, di hari-hari kemudian
Kau akan menemukan hal yang tak sesuai harapan
Semoga tak ada gurat sesal tentang aku yang apa adanya

Walaupun sungkan
Aku ingin mendiskusikan cinta 
Inilah benih yang akan dipupuk bersama
Hingga umur bertindak siapa yang lebih dulu

Ingin kutitipkan padamu
Sebuah puisi tentang harapan

Ubahlah sesukamu
Karena setelah janji itu terucap
Aku akan selalu hadir di sampingmu
Membersamaimu menapaki hari-hari perjuangan
Atau sekedar membuatkan teh manis sebelum berangkat kerja

Aku akan menjadi pendatang baru dalam hari-harimu
Sungguh, begitu banyak beda antara aku dan kau

Namun tiada masalah
Beda akan mencipta kebersamaan
Saling melengkapi dalam mengarungi lautan hidup


Di hari-hari depan nanti
Akan banyak keluh-kesah dan pertengkaran kecil
Tapi tak mengapa, asal tak ada yang pergi dari kedudukannya

Di hari-hari depan nanti
Akan banyak riak-riak penguji kesabaran
Semoga hati bisa besabar dengan kesabaran terbaik

Di hari-hari depan nanti
Kuingin masa itu tak berakhir
Berharap akan pertemuan yang lebih kekal
Dengan pakaian terbaik, duduk di atas dipan-dipan

Di suatu tempat yang mengalir sungai-sungai di bawahnya
Bersamamu merajut hari-hari yang telah terlewati
mengenang janji yang kokoh
Mitsaqan Ghaliza

Puisi manis yang tertoreh dari hati istri untuk sang suami. Siapa sangka, puisi itu akan terlebih dulu cocok menempel di kehidupanmu. Ya, tahun ini akan menjadi gerbang awal dari hari-hari barumu kelak wahai saudari yang kucintai karena Allah. Berdirilah dengan berani sebab cerita lama membawa kabar bahwa kehidupan setelah janji itu penuh romantika, manis sekali.

Untukmu yang berbahagia, akhirnya kau menemukannya. Atau dia yang menemukanmu? Kalian dipertemukan, kurasa itu kalimat yang pas. Bukankah tulang rusuk itu pasti tepat? Toh yang memilihkan adalah Sang Pencipta, bukan?

Aku tahu kau tak bisa lagi tidur nyenyak dalam detik-detik menjelang pernikahanmu. Kali ini aku yakin kau akan paham tentang cinta yang pernah kuceritakan. Ya, cinta yang bisa menautkan hati walaupun kata tak terucap.

Mungkin saat ini banyak hal yang membuatmu kuatir. Ah, sosok baru itu berhasil membuatmu resah. Hahaha. Lucu juga, tapi tak perlulah berharap sosok sempurna seperti ceritamu di tengah malam buta beberapa bulan yang lalu. Biarkan dia sedikit kurang karena kehadiranmu akan mengisi hidupnya dengan lebih indah. Sebaliknya, ketika kau merasa tak lengkap maka biarkan dia sebagai pelengkapnya. Ingat ya, jangan terlalu perkasa sebab aku kuatir dia akan merasa lemah. Namun jangan juga teralu lemah agar dia tak terbebani. Itulah kesempurnaan dalam kekurangan.

Mencintaimu
Kesempurnaan dalam Kekurangan - sumber gambar

Tahu tidak, pernikahan adalah keberanian untuk melepaskan kebebasan. Setelah menikah, kebebasan akan berkurang sedikit atau bahkan berkurang hampir seluruhnya. Hal ini aku dengar dari cerita mereka yang sudah mengalaminya. Maka patutlah hal tersebut menjadi pertimbangkan untuk menggores langkah mantap di kehidupan mendatang.

Apapun yang akan terjadi, berbahagialah! Pernikahan itu akan membuatmu bertemu banyak rasa.  Pelajarilah baik-baik secara perlahan. Kelak kesabaranmu pasti akan teruji. Sudah fitrahnya untuk menemui rintangan ketika akan menyatukan dua insan yang berbeda, pita suara yang berbeda, olah pikiran yang berbeda dan lain sebagainya.

Hari-hari selanjutnya, dialah yang akan menjadi orang pertama yang akan kau ajak bicara. Baik kau mendapati dirimu dalam kesusahan maupun kesenangan. Namun biarkan aku sedikit egois untuk tetap menjadi teman yang mengambil sedikit andil. Kalau sempat, hubungilah aku sesekali. Memang kelihatan lebay tapi aku mohon jangan lupakan aku.


----------------
BIODATA PENULIS
----------------
Siti Rahmadayanti adalah seorang muslimah lulusan sarjana teknik elektro Universitas Hasanuddin Makassar. Saat ini berdomisili di Bekasi untuk mencari sesuap nasi dan bekal pengalaman. Catatan SU yang beralamat di http://srahmadayanti.blogspot.com/ adalah blog yang dirintisnya sejak bulan Januari 2012 lalu. Sangat suka jalan-jalan, lari pagi, membaca, berenang, berkebun dan semua tentang listrik. Piawai menuliskan kisah perjalanan, kenang-kenangan hidup, mimpi-mimpi, semangat anak muda dan bagian-bagian kehidupan yang tidak penting. Untuk mengenal penulis lebih lanjut, silakan menghubungi via email di alamat srahmadayanti@gmail.com.

21 comments:

  1. Pernikahan itu enaknya cuman 9%
    yang 91% ? enak banggeeetzz :D

    Makasih pada semua penulis tamunya Kak May, dari teman2 semua saya dapat belajar memahami keagungan pernikahan. :)

    ReplyDelete
  2. hilang fokus gara" baca koment @kang Haris Samaranji ^^

    Brani melepas kebebasan, hadeuh, kapan yah? :)

    ReplyDelete
  3. Mbak Nurma,
    mau tanya nih, dari semua karya tamu penulis ini, saya menangkap ada kesamaan dari sisi persepsi maupun cara penulisan. apakah sebelumnya dibrief dulu ya, biar seragam? keren banget semuanya.

    ReplyDelete
  4. @Samaranji

    salah! kalo bagi saya enak bangetnya 99%!

    hehehe...

    tapi mempersiapkannya dan totalitas setelahnya memang butuh 100%.

    ReplyDelete
  5. semoga yang belum menikah cepat menyusul :)

    ReplyDelete
  6. sesungguhnya bahwa anggapan kebebasan sebelum menikah adalah sebuah kebebasan..bagi saya adalah sebuah terali besi yang menjadi sangkar kebebasan sejati...karena bila dalam kesendirian kita bebas kemana saja kita mau..namun tetap akhirnya pulang juga kesangkar emas kesendirian...karena orang-orang yang kita temui juga akan kembali pada keluarganya masing-masing setelah usai beraktifitas..., dan tinggallah para jomblo mania kembali menikmati kesendiriannya sambil memikirkan besok kegiatan apa lagi yang mengisi hari-harinya dalam kesendirian...tanpa teman tanpa siapa-siapa...sendirian dirumah...di dalam sangkar kebebasannya :)

    ReplyDelete
  7. Hemmm... Koment apa ya hehe...

    Bagus tulisannya :)

    ReplyDelete
  8. @BlogS of Hariyanto: tidak ada kebebasan yg benar-bebas, karena setiap kebebasan tentu akan berhadapan dengan hak orang lain.

    Kebebasan adalah manakala kita membuat pilihan yg dapat kita pertanggungjawabkan..dan menurut saya basically tak ada orang yg benar2 memilih for being single till the last breathe

    ReplyDelete
  9. Sosok sempurna?
    Hem...aku lbh suka bilang: aku ingin dicintai dan mencinatai dengan cara yang tidak sempurna karena sempurna adalah kondisi ideal yg setelahnya tak akan ada yg lbh baik lagi.

    Dengan cara yg tidak sempurna, then every single day kita akan berusaha mencurahkan perhatian dan kasih sayang yg lbh baik dan lbh baik lagi

    ReplyDelete
  10. @Samaranji wah presentase dari yang sudah menikah ^^ Masya Allah

    s.e.s.u.a.t.u

    ReplyDelete
  11. @jiah Kapan ya jiah? :) as soon as possible deh ^^ Insya Allah~

    ReplyDelete
  12. @zachflazz Masya Allah, Alhamdulillah kalau dipandang keren :)

    Enggak ada brief, untuk ide dan sisi persepsi semua dari penulisnya masing-masing. Kalau cara penulisan, kadang saya turut campur dengan mengedit beberapa bagian ^^ Mungkin yang mirip itu bagian-bagian polesanku, hehe.

    ReplyDelete
  13. @BlogS of Hariyanto Masya Allah :) benar~ aku suka pendapatnya hari. Sangkar sejatinya punya tempat pulang, hehe.

    yup mbak rie, kalau kita bisa mempertanggungjawabkan setiap pilihan, semua pasti akan baik-baik saja. Toh tak ada yang mau sendirian di dunia ini.

    ReplyDelete
  14. @Ririe Khayan Ohh maksudnya, karena tak sempurna maka akan berusaha untuk menyempurnakannya tiap hari ya mbak rie? ^^ nice!

    ReplyDelete