Menikahlah dengan Penuh Rasa Cinta

Bismillaahirrahmaanirrahiim

MENIKAHLAH DENGAN PENUH RASA CINTA
Wawan Setiawan | Penghuni 60

Ketahuilah, semua berawal dari cinta. Cinta diturunkan ke dunia ini dengan misi yang berat tetapi indah. Cinta diciptakan oleh Sang Pemberi Cinta untuk bisa menghiasi segala kedengkian, kebencian dan amarah. Sadarkah engkau, berapa kali cinta sudah menyelamatkan hidupmu saat kau berada di ujung kehancuran? Saat kau terjebak di antara kedengkian, kebencian dan amarah? Mungkin tak kan terhitung. Karena cinta, engkau pun terlahir ke dunia. Karena cinta, engkau tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang seperti saat ini. Dan karena cinta pulalah, engkau dipertemukan dengan jodohmu, dengan pasangan hidupmu.

Bagi kalian yang sudah siap untuk menikah, menikahlah dengan penuh rasa cinta. Karena dengan begitu, engkau akan merasakan betapa indahnya dunia ini dan betapa bahagianya dirimu saat berada di sisinya. Engkau akan merasa bahwa dunia ini hanya milik berdua. Menikahlah dengan penuh rasa cinta, karena sesungguhnya cinta itu akan membawamu kepada gerbang kebahagiaan dan keharmonisan.

Ketahuilah, pernikahan dibangun bukan atas dasar persamaan tetapi dibangun untuk menyatukan perbedaan. Sungguh naif sekali jika sebuah perceraian terjadi hanya karena sudah tidak cocok lagi. Sebuah perbedaan tentu masih bisa dikompromikan, mana yang sesuai dan mana yang tidak sesuai asal tidak bertentangan dengan agama. Perbedaan seharusnya menjadi dorongan agar kedua insan itu bisa saling melengkapi satu sama lain. Dan tahukah kalian, bahwa ternyata cintalah yang berperan aktif di belakang layar dalam menyatukan perbedaan tersebut.

ever and after love
Untuk Menyatukan Perbedaan - sumber gambar

Terhimpunnya dua insan yang sebelumnya hidup di tempat yang berbeda, kultur dan budaya yang berbeda, bahkan mungkin dua insan yang memiliki cara pandang dan pola pikir yang berbeda pula. Dari sinilah akar masalah mengapa sebuah keluarga tidak selalu harmonis. Tidak selamanya bahtera rumah tangga akan berlayar dalam lautan yang tenang. Tak jarang riak gelombang menghantam bahtera, membuat terpontang-panting tidak karuan. Dahsyatnya gelombang tersebut tak jarang membuat sebuah bahtera rumah tangga kandas di tengah jalan. Hancur berkeping-keping, sehingga tidak bisa berlabuh di dermaga kebahagiaan.

Ada kalanya, kehancuran itu bermula dari sebuah pertengkaran kecil. Pertengkaran yang seharusnya bisa diselesaikan tanpa menjadi awal dari sebuah kehancuran yang besar. Seharusnya bagi kalian yang sudah siap membina rumah tangga, harus siap pula dengan berbagai fenomena yang akan dialami. Tahukah kalian, apa yang sering kali dialami pasangan dalam kehidupan berumah tangga? Ya, pertengkaran. Jika kalian berdua bisa mengatasi pertengkaran-pertengkaran yang terjadi, niscaya akan langgenglah hubungan kalian.

Semua yang sudah menikah dan hidup berumah tangga pasti akan mengalami fase pertengkaran. Tak perlu dipungkiri. Jika ada seseorang yang bilang, “Saya tidak pernah bertengkar dengan istri saya!” Ada dua kemungkinan, boleh jadi dia belum beristri, ataukah dia tengah berdusta. Yang jelas nikmatilah saat-saat bertengkar itu, sebagaimana dinikmatinya saat-saat tidak bertengkar. Bertengkar itu sebenarnya sebuah keadaan diskusi, hanya saja dihantarkan dalam muatan emosi tingkat tinggi. Maka berusahalah agar bertengkar dilandasi dengan cinta. Lho, apa bisa? Bukankah bertengkar itu akan membuat lupa akan segalanya? Emang bisa mengingat cinta?

“Jika kalian tidak bisa mengingat cinta,
maka ingatlah Sang Pemberi Cinta itu sendiri.”

Ada 6 poin penting yang perlu kalian ingat ketika bertengkar. Jika kalian bisa menerapkan ke enam poin tersebut, Insya Allah hubungan kalian akan baik-baik saja. Berikut pemaparannya satu per satu :

my heart full of you
Poin Penting Ketika Bertengkar - sumber
1. Kalau bertengkar, tidak boleh berjama’ah.
Cukup seorang saja yang marah-marah, yang terlambat mengirim sinyal nada tinggi harus menunggu sampai yang satu reda. Usahakan saat pertengkaran terjadi di antara kalian, salah satu harus bisa mengalah. Nggak perlu harus saling ngotot, saling mencaci, bahkan saling teriak yang bikin kuping para tetangga jadi ikut-ikutan panas karena imbas amarah kalian berdua.

Salah satu dari kalian, berusahalah untuk diam. Sungguh dengan diam itu pun, engkau telah beramal sholeh, telah menjadi jalan bagi tersalurkannya luapan perasaan hati yang dikasihi. Pokoknya khusus untuk marah, memang tidak boleh berjama’ah, sebab ada sesuatu yang lebih baik untuk dilakukan secara berjama’ah selain marah.

2. Marahlah untuk persoalan saat itu saja, jangan ungkit-ungkit yang telah berlalu.
Siapapun kalau diungkit kesalahan masa lalunya, pasti terpojok. Sebab masa silam adalah bagian dari sejarah dirinya yang tidak bisa dia ubah. Siapapun tidak akan suka dinilai dengan masa lalunya. Toh harapan masih akan terbentang mulai hari ini hingga ke depan. Dalam bertengkar pun, diperlukan menjaga harapan dan bukan menghancurkannya. Marahlah untuk satu persoalan saja, persoalan yang kalian hadapi saat itu saja. 

Kalau suami terlambat pulang dan istri marah-marah, maka marahlah hanya pada keterlambatan itu. Sekeras apapun kecaman sang istri, sesungguhnya itu adalah ungkapan rindu. Namun bila marahnya dikaitkan dengan seluruh keterlambatan yang terjadi pekan lalu, awal bulan kemarin dan dua bulan silam, maka hal itu justru akan membuat suaminya terpuruk jatuh.

Bila teh yang disajikan sang istri tidak manis, jadilah sang suami penimbun gula. Sepedas apapun marah sang suami, sesungguhnya itu adalah harapan untuk diperhatikan lebih tinggi. Namun kalau marahnya dihubungkan dengan kesalahan istri kemarin dan tiga hari lewat, plus tuduhan, "Sudah tidak sayang lagi ya?" maka itu sama saja sang suami telah menjepit istrinya dengan hari yang telah pergi, mengubur istrinya di masa yang lalu, bahkan dia telah membunuhnya, membunuh cintanya.

3. Kalau marah jangan bawa-bawa keluarga.
Ada sebuah pepatah, "Teman seribu masih kurang, musuh satu terlalu banyak". Marah kepada orang yang dicintai, lebih mudah dicari maafnya ketimbang marah pada orang asing. Dunia sudah di ambang pertempuran, jadi tidak usah ditambah dengan memusuhi mertua, ipar atau saudara yang lain. Cukup aku dan kau. Itu saja.

4. Kalau marah jangan di depan anak-anak.
Ingatlah, anak adalah buah cinta kasih, bukan buah kemarahan dan kebencian. Jadi STOP amarah kalian saat berada tepat di hadapan anak-anak. Berusahalah kembali tersenyum meskipun terpaksa. Seorang anak terlahir bukan dari pertengkaran, bukan dari amarah. Lantas mengapa mereka harus menonton ketegangan dalam berumah tangga? Anak yang melihat orang tuanya bertengkar, pasti akan bingung harus memihak siapa. Membela ayah, bagaimana ibunya. Membela ibu, tapi tak tega dengan bapaknya.

Ketika anak mendengar ayah ibunya bertengkar :
Ibu : “Saya ini capek! Saya bersihkan rumah, masak, ngepel, nyuci baju dan kamu datang main suruh begitu saja, emang saya ini babu?!!!”

Bapak : “Saya juga capek, kerja seharian banting tulang! Kepala jadi kaki, kaki jadi kepala. Kamu minta ini itu dan saya harus mencari lebih banyak untuk memenuhinya, sementara ketika saya pulang, hormatmu gak ada sedikit pun, emang saya ini kuda?!!!”

Anak : “Yaaa, ibu saya babu, bapak saya kuda ... terus saya ini apa?”

Sekali lagi, harus berani bilang, “STOP! Hentikan pertengkaran!” Ketika anak datang, lihatlah mata mereka. Dalam binarannya, ada rindu yang membuncah. Dalam tawanya, ada jejak kebersamaan yang romantis. Haruskah mereka mendengar bahasa hati yang liar itu?

5. Kalau marah jangan pernah lebih dari satu waktu shalat.
Pada setiap tahiyyat, mulut selalu melantunkan, "Assalaamu’alaina wa’alaa ‘ibaadillaahish shoolihiin" yang  artinya semoga salam sejahtera tercurah kepada kami dan kepada hamba-hamba-Mu yang sholeh.

Nah andai setelah salam, muka kembali cemberut, masih memberi tatapan dengan amarah, maka dikemanakan hikmah do'a yang tadi? Jangan sampai lisan dan hati ini telah mendustai-Nya, padahal apalah daya diri, nyawa pun berada ditangan-Nya. Ingatlah selalu pada-Nya. Ya Allah damai atas kami, demikian juga atas hamba-hamba-Mu yang sholeh.

6. Kalau saling mencinta, harusnya bisa saling memaafkan.
Akhirnya, kembali lagi kepada cinta. Wahai suami, cintakah engkau pada istrimu? Wahai istri cintakah engkau pada suamimu? Kalau cinta, kenapa musti marah-marah? Maafkanlah dia. Jadikan pertengkaran ini sebagai cambuk yang akan terus memberikan kobaran api cinta untuk lebih memperat lagi tali kasih kalian, selamanya. Sesungguhnya, selama ada cinta di antara kalian, bertengkar itu hanyalah suatu proses belajar untuk mencintai lebih intens.

love is red
Kembali lagi kepada Cinta - sumber gambar

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana 
seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api 
yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan
yang menjadikannya tiada

Semoga, bagi kalian yang ingin menikah, jadikan ini sebagai pengingat. Karena suatu saat, masa pertengkaran itu pasti akan terjadi. Menikahlah dengan penuh rasa cinta, karena cinta bisa mengalahkan segalanya.

“Jika kalian tidak bisa mengingat cinta,
maka ingatlah Sang Pemberi Cinta itu sendiri.”


-----------------
BIODATA PENULIS
-----------------
Wawan Setiawan adalah seorang muslim asal Cirebon yang tak segan menjadi pribadi yang unik. Menganggap dirinya masih bersekolah di kelas Nol Kecil alias selalu menempa semangatnya untuk terus belajar tanpa kenal usia. Penyuka artistic, mistery, history, legend, science and news of the world. Bergelar blogger piawai sejak Juli 2008 silam yang dilakukannya di sela-sela rutinitas kerja yang menumpuk. Kini tengah mengelola tiga buah website keren tentang hidup dan cinta di Penghuni 60, situs peretas kejadian ilmiah di Science Box  dan blog artistic review di Theatre 61. Bercita-cita untuk menjadi orang sukses meskipun dengan keterbatasan fasilitas yang ada. Motto hidupnya adalah, "Diam itu berpikir, banyak bicara itu penyesalan".  Ingin menghubungi penulis lebih lanjut? Silakan kirim email di waaoow.one@gmail.com.

48 comments:

  1. “Jika kalian tidak bisa mengingat cinta,
    maka ingatlah Sang Pemberi Cinta itu sendiri.”

    suka sama quote itu.
    semuanya benar. Right.

    ReplyDelete
  2. Walaupun panjang, tulisan Mas Wawan menyentuh :D Nasehat yang indah...

    Mkasih Mas... juga untuk Kak May yang menghimpun tulisan dari temen2. Kapan yah dibukukan? *eh :D

    ReplyDelete
  3. koment ke-2 cop.... haha keifa haluk kak Maya??? *gak nyambung

    ReplyDelete
  4. waaah, tulisanku jadi berasa religinya May..
    ^_^)b
    hehe..
    thanks ya..
    Semoga kita semua bs selalu mengingat Sang Pemberi Cinta itu sendiri.

    "Dunia ini tanpa cinta, pasti kiamat sudah terjadi sejak lama."
    Peace and Love!!!

    ReplyDelete
  5. Dapet pelajaran lagi dari sini hihi... ^^

    ReplyDelete
  6. ilustrasinya yang pertama kali bikin saya terpana. bagus abis!

    ReplyDelete
  7. Aku akan menikah dengan rasa cinta .. :)

    ReplyDelete
  8. saat hamba ALLAH dalam keadaan marah..maka agak sulitlah dia mengontrol dirinya sendiri karena sedang berada dalam fase marah,
    paling bijak adalah belajar mengendalikan amarah...sehingga marah menjadi pilihan terakhir dalam hidup berumah tangga,
    karena marah itu adalah api, dan api adalah setan,
    oleh karenanya setiap mau marah segeralah ber-wudhu untuk memadamkan api amarahmu,
    agar cinta selalu hadir damai bersamamu dan juga tetap ingat kepada Pemilik dan Pemberi Cinta :)

    ReplyDelete
  9. Ending tulisan dengan puisinya sapardi djoko Dharmono memang selalu pas utk merepresentasikan cinta...

    ReplyDelete
  10. Ane bookmark duulu nih, mantep juga cara penulisan abang wawan dari blog penghuni60 :)

    ReplyDelete
  11. bagus nih buat yg sudah berkeluarga. buat yg belum berkeluarga bisa mnjadi acuan kedepannya agar langgeng nikahnya kelak.

    ReplyDelete
  12. Wau nasehatnya komplit...
    btw baru tau admin Penghuni 60 namanya mas Wawan Setiawan,,,

    ReplyDelete
  13. speechless...

    aw.. aw.. gue ngerasa digombalin ama wawan! jiah.. komen apa ini??

    ReplyDelete
  14. owh.. namanya wawan setiawan yaa ^^ lama ga ngeblog jd ketinggalan berita nih... gmn kabar yundaku? masih dibuka lagi nggak nih nulis di lapaknya yunda? :D

    ReplyDelete
  15. cinta itu saling percaya bahwasannya...
    kita itu satu untuk tujuan itu.
    bukan berebda untuk tujuan mereka..
    kita bukan aku atau kamu.

    :)

    ReplyDelete
  16. Karena perbedaan itulah akan timbul keunikan dalam berumah tangga. Saya sangat satu ide dengan postingan ini.

    ReplyDelete
  17. @A. Y. Indrayana
    ya harus gitu donk! sama siapkan sumber nafkah yang cukup, hehe. baru deh menikah..

    ReplyDelete
  18. Artikel yang menyejukkan,
    sangat cocok untuk pengantin baru seperti saya .......baru dua tahun maksudnya....he.he.he..
    terima kasih untaian kalimat penyejuknya.....

    ReplyDelete
  19. wah artikelnya bagus nih ^_^

    dooh jd pngen nikah >_<

    ReplyDelete
  20. betapa bodohnya aku tdk menyadari ke 6 hal tersebut

    ReplyDelete
  21. @Samaranji Subhanallah!
    Tenang :) Insya Allah sedang kuusahakan kok ^^

    ReplyDelete
  22. @Puspita Resky Amaliyah Haha, bukan ma ki kedua, dinda =P
    Alhamdulillah bi khair ^^ nggak nyambung juga nggak apa tuh~

    ReplyDelete
  23. @Penghuni 60 Aku nih yang thanks :)
    Insya Allah... Aamiin..

    ReplyDelete
  24. @BlogS of Hariyanto Setuju ^^
    jangan marah-marah, auehhh soalnya bisa lost control :)

    ReplyDelete
  25. @eksak Buh-hh! Haha, aku sampe sakit perut baca komentarmu sak :) #ngakak habis.

    ReplyDelete
  26. @Uswah Alhamdulillah mbakku sayang <3 kayfa haluki mbak uswah? semoga sehat selalu yaa ^^

    hehe, afwan mbak.
    invitasinya udah tutup.
    moga di kesempatan lain yaaa.

    ReplyDelete
  27. @Nedi Arwandi :)
    Alhamdulillah, semoga bisa diambil ibrahnya.

    ReplyDelete
  28. @Enny Law Insya Allah, as soon as possible for you, ny :)

    ReplyDelete
  29. bener2 terbawa dengan alur ceritanya, tulisan bang wawan itu emang khas banget .
    paling suka quotenya :)

    ReplyDelete
  30. Dapat nasehat sebelum menikah nih :) Pernikahan itu menyenangkan, atau bahkan menakutkan ya? Masa pertengkaran itu pasti terjadi! WOW!

    Tulisannya bagus. Website ini juga, keren!

    :D

    ReplyDelete